A. Jumlah Surat dan Ayat
Al Quran terdiri dari 114 surat (السورة). Berikut ini merupakan daftar surah dalam Al-Qur'an berdasarkan Mushaf Al-Qur'an Utsmani. Jumlah surah ada 114 surah terbagi menjadi 2 tempat pewahyuan: Makkah dan Madinah dan ayat berjumlah 6236 ayat menurut riwayat Hafsh.[Lihat Mushaf al-Madinah an-Nabawiyah (bi-Riwayah Hafsh). Madinah: Mujamma' al-Malik Fahd li-Thiba'ah al-Mushaf asy-Syarif. Halaman Ba']
No. Nama Surah Bahasa Arab Arti Nama Ayat
1 Surah Al-Fatihah الفاتحة Pembukaan 7
2 Surah Al-Baqarah البقرة Sapi Betina 286
3 Surah Ali 'Imran آل عمران Keluarga 'Imran 200
4 Surah An-Nisa' النّساء Wanita 176
5 Surah Al-Ma'idah المائدة Jamuan (hidangan makanan) 120
6 Surah Al-An'am الانعام Hewan Ternak 165
7 Surah Al-A’raf الأعراف Tempat yang tertinggi 206
8 Surah Al-Anfal الأنفال Harta rampasan perang 75
9 Surah At-Taubah التوبة Pengampunan 129
10 Surah Yunus يونس Nabi Yunus 109
11 Surah Hud هود Nabi Hud 123
12 Surah Yusuf يوسف Nabi Yusuf 111
13 Surah Ar-Ra’d الرعد Guruh (petir) 43
14 Surah Ibrahim إبراهيم Nabi Ibrahim 52
15 Surah Al-Hijr الحجر Gunung Al Hijr 99
16 Surah An-Nahl النحل Lebah 128
17 Surah Al-Isra' الإسراء Perjalanan Malam 111
18 Surah Al-Kahf الكهف Penghuni-penghuni Gua 110
19 Surah Maryam مريم Maryam (Maria) 98
20 Surah Ta Ha طه Ta Ha 135
21 Surah Al-Anbiya الأنبياء Nabi-Nabi 112
22 Surah Al-Hajj الحجّ Haji 78
23 Surah Al-Mu’minun المؤمنون Orang-orang mukmin 118
24 Surah An-Nur النور Cahaya 64
25 Surah Al-Furqan الفرقان Pembeda 77
26 Surah Asy-Syu'ara' الشعراء Penyair 227
27 Surah An-Naml النمل Semut 93
28 Surah Al-Qasas القصص Kisah 88
29 Surah Al-'Ankabut العنكبوت Laba-laba 69
30 Surah Ar-Rum الروم Bangsa Romawi 60
31 Surah Luqman لقمان Keluarga Luqman 34
32 Surah As-Sajdah السجدة Sajdah 30
33 Surah Al-Ahzab الْأحزاب Golongan-Golongan yang bersekutu 73
34 Surah Saba’ سبأ Kaum Saba' 54
35 Surah Fatir فاطر Pencipta 45
36 Surah Ya Sin يس Yaasiin 83
37 Surah As-Saffat الصافات Barisan-barisan 182
38 Surah Sad ص Shaad 88
39 Surah Az-Zumar الزمر Rombongan-rombongan 75
40 Surah Ghafir غافر Yang mengampuni 85
41 Surah Fussilat فصلت Yang dijelaskan 54
42 Surah Asy-Syura الشورى Musyawarah 53
43 Surah Az-Zukhruf الزخرف Perhiasan 89
44 Surah Ad-Dukhan الدخان Kabut 59
45 Surah Al-Jasiyah الجاثية Yang bertekuk lutut 37
46 Surah Al-Ahqaf الَأحقاف Bukit-bukit pasir 35
47 Surah Muhammad محمد Nabi Muhammad 38
48 Surah Al-Fath الفتح Kemenangan 29
49 Surah Al-Hujurat الحجرات Kamar-kamar 18
50 Surah Qaf ق Qaaf 45
51 Surah Az-Zariyat الذاريات Angin yang menerbangkan 60
52 Surah At-Tur الطور Bukit 49
53 Surah An-Najm النجم Bintang 62
54 Surah Al-Qamar القمر Bulan 55
55 Surah Ar-Rahman الرحمن Yang Maha Pemurah 78
56 Surah Al-Waqi’ah الواقعة Hari Kiamat 96
57 Surah Al-Hadid الحديد Besi 29
58 Surah Al-Mujadilah المجادلة Wanita yang mengajukan gugatan 22
59 Surah Al-Hasyr الحشر Pengusiran 24
60 Surah Al-Mumtahanah الممتحنة Wanita yang diuji 13
61 Surah As-Saff الصف Satu barisan 14
62 Surah Al-Jumu’ah الجمعة Hari Jum’at 11
63 Surah Al-Munafiqun المنافقون Orang-orang yang munafik 11
64 Surah At-Tagabun التغابن Hari dinampakkan kesalahan-kesalahan 18
65 Surah At-Talaq الطلاق Talak 12
66 Surah At-Tahrim التحريم Mengharamkan 12
67 Surah Al-Mulk الملك Kerajaan 30
68 Surah Al-Qalam القلم Pena 52
69 Surah Al-Haqqah الحآقة Hari kiamat 52
70 Surah Al-Ma’arij المعارج Tempat naik 44
71 Surah Nuh نوح Nabi Nuh 28
72 Surah Al-Jinn الجن Jin 28
73 Surah Al-Muzzammil المزمل Orang yang berselimut 20
74 Surah Al-Muddassir المدثر Orang yang berkemul 56
75 Surah Al-Qiyamah القيامة Kiamat 40
76 Surah Al-Insan الإنسان Manusia 31
77 Surah Al-Mursalat المرسلات Malaikat-Malaikat Yang Diutus 50
78 Surah An-Naba’ النبأ Berita besar 40
79 Surah An-Nazi’at النازعات Malaikat-Malaikat Yang Mencabut 46
80 Surah 'Abasa عبس Ia Bermuka masam 42
81 Surah At-Takwir التكوير Menggulung 29
82 Surah Al-Infitar الإنفطار Terbelah 19
83 Surah Al-Mutaffifin المطففين Orang-orang yang curang 36
84 Surah Al-Insyiqaq الإنشقاق Terbelah 25
85 Surah Al-Buruj البروج Gugusan bintang 22
86 Surah At-Tariq الطارق Yang datang di malam hari 17
87 Surah Al-A’la الأعلى Yang paling tinggi 19
88 Surah Al-Gasyiyah الغاشية Hari Pembalasan 26
89 Surah Al-Fajr الفجر Fajar 30
90 Surah Al-Balad البلد Negeri 20
91 Surah Asy-Syams الشمس Matahari 15
92 Surah Al-Lail اليل Malam 21
93 Surah Ad-Duha الضحى Waktu matahari sepenggalahan naik (Dhuha) 11
94 Surah Al-Insyirah الإنشراح Melapangkan 8
95 Surah At-Tin التينِ Buah Tin 8
96 Surah Al-'Alaq العلق Segumpal Darah 19
97 Surah Al-Qadr القدرِ Kemuliaan 5
98 Surah Al-Bayyinah البينة Pembuktian 8
99 Surah Az-Zalzalah الزلزلة Kegoncangan 8
100 Surah Al-'Adiyat العاديات Berlari kencang 11
101 Surah Al-Qari'ah القارعة Hari Kiamat 11
102 Surah At-Takasur التكاثر Bermegah-megahan 8
103 Surah Al-'Asr العصر Masa/Waktu 3
104 Surah Al-Humazah الهمزة Pengumpat 9
105 Surah Al-Fil الفيل Gajah 5
106 Surah Quraisy قريش Suku Quraisy 4
107 Surah Al-Ma’un الماعون Barang-barang yang berguna 7
108 Surah Al-Kausar الكوثر Nikmat yang berlimpah 3
109 Surah Al-Kafirun الكافرون Orang-orang kafir 6
110 Surah An-Nasr النصر Pertolongan 3
111 Surah Al-Lahab اللهب Gejolak Api/ Sabut 5
112 Surah Al-Ikhlas الإخلاص Keesaan Allah 4
113 Surah Al-Falaq الفلق Waktu Subuh 5
114 Surah An-Nas الناس Umat Manusia 6
Pembagian Al-Qur'an menjadi surah-surah merupakan pembagian yang dituliskan oleh al-Quran sendiri. Ayat-ayat yang memuat kata "Surah" antara lain Surah An-Nur ayat 1, At-Taubah ayat 86, dan Al-Baqarah ayat 23. Umumnya, pemberian nama surah disesuaikan dengan tema yang dibicarakan surah tersebut atau dengan nama yang telah ada dalam surah, seperti "al-Baqoroh", "Al 'Imran", dan "al-Isra'". Dalam naskah-naskah kuno AI-Quran, nama-nama surah sering dituliskan dengan nama semisal "Surah yang membicarakan sapi betina [al-Baqarah]" atau "Surah yang membicarakan keluarga Imron [Al Imran]".
Kadang juga beberapa kata atau bahkan kalimat dari suatu surah dipakai untuk menamakan surah, seperti surah "Iqra' Bismi Rabikka", "Innaa Anzalnaahu", dan "Lam Yakun". Sifat suatu surah juga dapat digunakan untuk menamakan surah itu, seperti surah "Faatihatul Kitaab", "Ummul Kitaab", "as-Sab'ul Matsani", "al-Ikhlas", dan "Nisabatur Rabbi". Nama-nama dan sifat-sifat ini telah ada pada masa awal Islam berdasarkan kesaksian asar dan sejarah. Bahkan, nama sebagian surah telah disebutkan dalam beberapa hadits Nabi, seperti surah al-Baqarah, Ali 'Imran, Hud, dan al-Waqi'ah yang mengindikasikan bahwa nama surah-surah tersebut telah ditentukan di zaman Muhammad dan bukan sesuatu yang ditentukan oleh pribadi Rasulullah Muhammad saw.
B. Urutan Surat-Surat Al Quran
Berikut ini merupakan daftar surah dalam Al-Qur'an berdasarkan Mushaf Al-Qur'an Utsmani. Jumlah surah ada 114 surah terbagi menjadi 2 tempat pewahyuan: Makkah dan Madinah dan ayat berjumlah 6236 ayat menurut riwayat Hafsh.[Lihat Mushaf al-Madinah an-Nabawiyah (bi-Riwayah Hafsh). Madinah: Mujamma' al-Malik Fahd li-Thiba'ah al-Mushaf asy-Syarif. Halaman Ba']
Syekh Manna Khattan dalam buku Mabahis fi Ulumil Quran dalam kaitan ini membagai pendapat para ulama menjadi tiga pendapat besar, yaitu:
1. Pendapat pertama mengatakan, bahwa urutan surah itu tauqifi dan ditangani langsung oleh Nabi Muhammad sebagaimana diberitahukan Malaikat Jibril atas perintah Allah. Pendapat ini didasarkan atas riwayat hadis dan qaul para sahabat.
2. Pendapat kedua mengatakan, bahwa urutan surah itu merupakan ijtihad dari sahabat, karena masing-masing sahabat ternyata memiliki urutan surah berbeda satu sama lain.
3. Pendapat ketiga mengatakan, bahwa urutan sebagian surah itu merpakan tauqifi dan sebagian lainnya berdasarkan ijtihad para sahabat.
Pendapat yang kuat adalah pendapat yang mengatakan bahwa urutan surah adalah tauqifi, ketentuan dari Allah dalam Lauh Mahfudz. Pendapat ini misalnya dikemukakan oleh Ibnu Hajar. Salah satu argementasi yang disampaikan Ibnu Hajar adalah hadis Hudzaifah as-Saqafi yang mengatakan, Rasulullah berkata kepada kami, "Telah datang kepadaku waktu untuk hizb (bagian) dari Al-Qur’an, maka aku tidak ingin keluar sebelum selesai. Lalu kami tanyakan kepada sahabat-sahabat Rasulullah; bagaimana kalian membagi Qur’an? Mereka menjawab, 'Kami membaginya menjadi tiga surah, lima surah, tujuh surah, sembilan surah, sebelas surah, tiga belas surah, dan bagian al-muassal dari Qaf sampai khatam."
Argumentasi lain yang disampaikan adalah riwayat bahwa pada masa kodifikasi Usman, Al-Qur’an dikumpulkan, ditertibkan ayat-ayat dan surah-surahnya pada satu dialek, kemudian disepakati bersama, dan mushaf yang ada pada masing-masing sahabat yang berbeda ditinggalkan.
Pendapat terakhir ini didukung oleh al-Anbari, al-Kirmani, al-Baihaqi, as-Suyuti, dan lain-lain. Argumentasi tauqifi yang dibangun oleh pendukung pendapat ketiga ini, dengan demikian tidak hanya didasarkan pada hadis Rasulullah, tapi juga dibangun dengan bukti berupa mushaf Usmani yang disepakati oleh para sahabat, beberapa hal di dalamnya, termasuk urutan surah.
C. Klasifikasi Surat-Surat
Terdapat klasifikasi surat-surat Al Quran. Mengenai pembagian ini adalah hadis dari Watsilah bin al-Asqa’ radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أُعْطِيتُ مَكَانَ التَّوْرَاةِ السَّبْعَ، وَأُعْطِيتُ مَكَانَ الزَّبُورِ الْمَئِينَ، وَأُعْطِيتُ مَكَانَ الْإِنْجِيلِ الْمَثَانِيَ، وَفُضِّلْتُ بِالْمُفَصَّلِ
“Aku diberi pengganti isi Taurat dengan as-Sab’u (7 surat panjang), dan aku diberi pengganti isi Zabur dengan surat al-Mi-in, dan aku diberi pengganti isi Injil dengan al-Matsani, dan aku diberi tambahan dengan surat-surat al-Mufashal.” (HR. Ahmad 16982 dan dihasankan Syuaib al-Arnauth).
Berdasar hadits diatas maka, surat-surat dalam Al Quran ilihat dari panjang pendeknya, surat dalam al-Quran dibagi menjadi empat yaitu:
[1] Surat at-Thiwal
Dari kata thawil (طويل) yang artinya panjang. Surat at-Thiwal adalah surat yang panjang-panjang. Jumlahnya ada 7, karena itu sering disebut dengan as-Sab’u at-Thiwal (7 surat yang panjang). Meliputi: al-Baqarah, Ali Imran, an-Nisa, al-Maidah, al-An’am, al-A’raf, dan al-Anfal.
[2] Surat al-Mi-in
Dari kata Mi-ah (المائة) yang artinya angka seratus. Surat al-Mi-in berarti surat yang jumlah ayatnya kurang lebih seratus ayat.
[3] Surat al-Matsani
Dari kata tsanna (ثنَّى) yang artinya mengulang. Menurut keterangan Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu dan Said bin Jubair, disebut demikian karena Allah banyak mengulang tentang kewajiban-kewajiban (al-Faraid), hukum-hukum syariat, kisah-kisah (al-Qashas), dan perumpamaan (al-Amtsal). Berdasarkan urutannya, surat al-Matsani adalah surat setelah al-Mi-in.
[4] Surat al-Mufashal
Dari kata al-Fashl (الفصل) yang artinya batas. Disebut al-Mufashal dari kata al-Fashl yang artinya sekat/pembatas. Sehingga dinamakan mufashal karena ayatnya pendek-pendek. Ada juga yang mengatakan, dinamakan Mufashal karena suratnya pendek-pendek, sehingga banyak pemisah basmalahnya. Kemudian, menurut pendapat yang kuat, dimulai dari surat Qaf hingga surat an-Nas. (Tafsir Ibnu Katsir, 7/393).
Selanjutnya, surat al-Mufashal terbagi menjadi 3:
(a) Thiwal Mufashal – mufashal yang panjang. Dimulai dari surat Qaf hingga surat al-Mursalat (akhir juz 29).
(b) Wasath Mufashal – mufashal pertengahan. Dimulai dari surat an-Naba’, hingga surat ad-Dhuha
(c) Qishar Mufashal – mufashal pendek. Dimulai dari surat al-Insyirah, hingga akhir al-Quran, yaitu surat an-Nas.
Apa yang dilakukan Kementerian Agama dalam menetapkan mushaf standar Indonesia, sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bukan tanpa dasar dan alasan. Di antara alasan penetapan tersebut adalah dalam rangka memudahkan masyarakat Indonesia yang memang bukan orang Arab untuk mengucapkan lafadz dan ayat Al-Qur’an yang notabene menggunakan Bahasa Arab. Faktor ‘azam inilah yang menjadi salah satu bahan masukan para ulama dalam merumuskan mushaf standar Indonesia. Bagi orang Arab, melafalkan ayat Al-Qur’an tentu akan lebih mudah karena menggunakan bahasa dan tulisan mereka sehari-hari, sementara masyarakat Indonesia tidak demikian.
Alasan untuk memudahkan masyarakat Indonesia dalam membaca Al-Qur’an seperti dijelaskan sebelumnya bukan sekadar diperkirakan atau diduga semata-mata, tapi dikukuhkan berdasarkan riset yang dilakukan peneliti LPMQ tahun 2013. Dalam penelitian tersebut terungkap, bahwa kecenderungan masyarakat dalam menggunakan mushaf standar Indonesia diantaranya adalah karena faktor kemudahan dalam membacanya. Kemudahan yang dimaksud dalam hal ini adalah kemudahan membaca sesuai dengan kaidah tajwid, seperti ketika terjadi bacaan idgam, ikhfa, iqlab, bacaan panjang, dan beberapa kaidah bacaan tajwid lainnya.
Di Mushaf Madinah, ketika terjadi beberapa hukum bacaan tajwid pada ayat Al-Qur’an tidak ada tanda yang membantu bagaimana membaca dan membunyikannya. Sebagai contoh, pada lafdzul jalalah (lafadz Allah), Mushaf Madinah tidak mencantumkan fathah berdiri (fathah qaimah) pada lam yang memang harus dibaca panjang (dua harokat), sementara di mushaf standar Indoensia, lam pada lafadz Allah dibuat fathah berdiri agar dibaca panjang dua harakat. Tanda tersebut diberikan agar masyarakat Indonesia jangan sampai salah dalam memunyikan lafadz Allah. Orang Arab barangkali tidak perlu karena mereka sudah terbiasa membunyikan lafdz tersebut dengan lam yang dibaca panjang. Demikian halnya dengan hukum bacaan idgam, ikhfa, dan beberapa bacaan tajwid lainnya.
Mukernas Ulama Al-Qur’an dalam kaitan ini menetapkan sejumlah tanda baca pada Mushaf Standar Indonesia yang tidak ada pada msuhaf Saudi. Berikut adalah beberapa perbandingan perbedaan penulisan lafadz antara Mushaf Madinah dengan mushaf standar Indonesia;
Pada buku Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur’an Standar Indonesia yang ditulis oleh Zainal Arifin,dkk, dijelaskan 8 tanda, lambang yang secara prinsip dimaksudkan untuk membantu proses membaca teks Al-Qur’an agar tepat bacaan (qiraah)-nya sesuai hukum tajwid. Kedelapan tanda itu adalah,1) idgam, baik bi gunnah, bi la gunnah, mimiy, mutamasilain, mutajanisain, maupun mutaqoribain, semuanya diberi tanda tasydid; 2) iqlab, dengan tanda mim kecil; 3) Mad wajib; 4) Mad jaiz; 5) Saktah; 6) imalah; 7) isymam; dan 8) Tashil.
Membaca Al-Qur’an yang baik dan benar memang harus menggunakan metode talaqi musyafahah, bertatap muka langsung dengan guru karena dengan talaqi inilah murid bisa mengetahui bagaimana membunyikan huruf sesuai dengan makhaj dan sifatnya, bagaimana membaca idgam, ikhfa dan hukum bacaan lainnya dengan benar. Namun demikian, tulisan juga memiliki peran yang signifikan bagi seorang dalam membunyikan lafadz sesuai dengan kaidah yang ada. Karena itulah mushaf Standar Indonesia menetapkan hal ini dan menjadi acuan bagi para penerbit dalam menerbitkan dan mencetak mushaf Al-Qur’an di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.