AlQuran sebagai Dasar Pembinaan Ummat


Bismillahirrahmanirrahim
Sejak awal dakwahnya, Rasulullah SAW menjadikan Al Quran sebagai hujjah dalam mengajak bangsa Arab menjadi bagian dari Dinul Islam dan penjadi pendukungnya yang setia. Berkenaan dengan hal ini Allah SWT berfirman,

Qs. 16/92.  ”Dan Ini (Al Quran) adalah Kitab yang Telah kami turunkan yang diberkahi; membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) ummul Qura (ibukota) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. orang-orang yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Al Quran) dan mereka selalu memelihara sembahyangnya.”

Qs. 42/7.  Demikianlah kami wahyukan kepadamu Al Quran dalam bahasa Arab, supaya kamu memberi peringatan kepada ummul Qura (ibukota) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak ada keraguan padanya. segolongan masuk surga, dan segolongan masuk jahannam.

Ayat-ayat tersebut di atas diperjelas oleh beberapa rwayat berikut ini : 
1. Orang pertama di luar jalur keturunan keluarga Nabi Muhammad yang masuk Islam adalah Abu Bakr. Nabi Muhammad mengajak masuk Islam dengan membacakan beberapa ayat Al-Qur'an. 
2. Kemudian Abu Bakr membawa teman-teman terdekat menemui Nabi Muhammad, seperti `Uthman bin ‘Aff-an, `Abdur-Rahman bin 'Auf, az¬Zubair bin al-‘Awwam, Talha, dan Sa'd bin Abi Waqqas. Nabi Muhammad mengenalkan agama baru dengan membacakankan ayat-ayat AI¬Qur'an dan cara itulah yang menyebabkan mereka masuk Islam. 
3. Abu ‘Ubaidah, Abu Salama, `Abdullah bin al-Arqam dan ‘Uthman bin Maz'zun menemui Nabi Muhammad dan bertanya tentang hal ihwal Islam. Nabi Muhammad menjelaskan dengan membaca Al-Qur'an dan kemudian mereka menerima Islam. 
4. Ketika ‘Utba bin Rabi'a pergi menemui Nabi Muhammad dengan membawa usulan atas nama orang Quraish, dan menawarkan rayuan dengan harapan Nabi Muhammad dapat meninggalkan misinya, Nabi Muhammad dengan sabar menunggu sebelum ia menjawab dan kemudian berkata, "Sekarang dengarkan ucapan saya," dan kemudian la membaca beberapa ayat sebagai respons terhadap tawaran mereka. 
5. Beberapa orang Kristen dari Ethiopia mengunjungi Nabi Muhammad di Mekah dan  bertanya tentang Islam. Beliau menjelaskan kepada mereka dengan membaca Al-Qur'an dan mereka masuk Islam. 
6. As'ad bin Zurara dan Dhakwan pergi dari Madinah ke Mekah menemui ‘Utba bin Rabi'a tentang persaingan kehormatan ketika mereka mendengar berita Nabi Muhammad. Mereka berkunjung dan mendengar bacaan AI-Qur'an, dan akhirnya masuk Islam. 
7. Sewaktu musim haji Nabi Muhammad menemui delegasi dari Madinah. Beliau menjelaskan tentang rukun Islam dan membaca beberapa ayat Al-¬Qur'an. Semuanya masuk Islam. 
8. Pada bai'ah ‘aqabah kedua, Nabi Muhammad, lagi-lagi, membaca Al-Qur'an 
9. Nabi Muhammad membaca Al Quran untuk Suwaid bin Samit di Mekah. 
10. ‘Iyas bin Mu'adh menuju Mekah mencari aliansi kekuatan dengan pihak Quraish. Nabi Muhammad mendatangi dan membacakan AI-Qur'an kepadanya. 
11. Rafi bin Malik al-Ansari merupakan orang pertama yang membawa Surah Yusuf ke Yatsrib.  
12. Nabi Muhammad mengajarkan tiga orang sahabat tentang Sarah Yunus, Taha, dan Hal-ata secara berurutan. 
13. Ibn Um Maktum menemui Nabi Muhammad dan meminta beliau membaca Al-Qur'an. 

Hal ini berlanjut.  Sampai kepada pembinaan para sahabat, Rasulullah SAW menjadikan Al Quran sebagai satu-satunya materi pembinaan bagi para sahabat Rasulullah SAW. Rasulullah SAW menyatakan bahwa dalam keadaan belajar maupun mengajarkan Al Quran kita akan mendapatkan kedudukan yang mulia dari Allah SWT. 

Pembinaan ummat (sahabat) pada awal-awal nubuwah Rasulullah SAW hanya mengambil Al Qur’an sebagai satu-satunya materi pembinaan, tidak ada bahan selain itu. Fakta yang terang atas keadaan ini ialah kemurkaan Rasulullah SAW ketika beliau melihat Umar bin Al- Khattab R.A. memegang sehelai kitab Taurat. Melihat keadaan ini beliau pun bersabda: “Demi Allah sekiranya Nabi Musa masih hidup bersama-sama kamu sekarang pun, tidak halal baginya melainkan mesti mengikut ajaranku.” (Hadis riwayat Al-hafidz Abu Ya'la dari Hammad dari Asy-sya'bi dari Jabir).

Dalam salah satu kisah diceritakan tentang pembinaan para sahabat menjadikan Al Quran sebagai materi pembinaan dalam kisah Umar bin Khattab menjelang masuk Islam. 
Suatu hari ‘Umar keluar rumah menenteng pedang terhunus hendak melibas leher Nabi Muhammad. Beberapa sahabat sedang berkumpul dalam sebuah rumah di bukit Safa. Jumlah mereka sekitar empat puluhan termasuk kaum wanita. Di antaranya adalah paman Nabi Muhammad, Hamza, Abu Bakr, 'All, dan juga lainnya yang tidak pergi berhijrah ke Ethiopia. Nu'aim secara tak sengaja berpapasan dan bertanya ke mana ‘Umar hendak pergi. "Saya hendak menghabisi Muhammad, manusia yang telah membuat orang Quraish khianat terhadap agama nenek moyang dan mereka tercabik-cabik serta ia (Muhammad) mencaci maki tata cara kehidupan, agama, dan tuhan-tuhan kami. Sekarang akan aku libas dia." "Engkau hanya akan menipu diri sendiri `Umar, katanya." "Jika engkau menganggap bahwa bani `Abd Manaf mengizinkanmu menapak di bumi ini hendak memutus nyawa Muhammad, lebih baik pulang temui keluarga anda dan selesaikan permasalahan mereka." `Umar pulang sambil bertanya-tanya apa yang telah menimpa ke¬luarganya. Nu'aim menjawab, "Saudara ipar, keponakan yang bernama Sa`id serta adik perempuanmu telah mengikuti agama baru yang dibawa Nabi Muhammad. Oleh karena itu, akan lebih baik jika anda kembali menghubungi mereka." `Umar cepat-cepat memburu iparnya di rumah, tempat Khabba sedang membaca Surah Taha dari sepotong tulisan Al-¬Qur'an. Saat mereka dengar suara ‘Umar, Khabba lari masuk ke kamar kecil, sedang Fatima mengambil kertas kulit yang bertuliskan Al-Qur' an dan diletakkan di bawah pahanya...( Sirah Ibn Hisham)

Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa Rasulullah SAW bermaksud dan mengarahkan supaya sumber pembelajaran dan pembinaan generasi pertama itu, dalam pertumbuhan ruhani dan karakter mereka, hanya terbatas kepada Al-Quran saja. Oleh karena itu beliau SAW murka melihat Umar bin AI-Khattab R.A. mencoba mencari panduan dari sumber selain Al-Quran.

Ada tiga resep memberikan sebuah resep bagaimana menciptakan Generasi Our'ani Yang Unik (Jaylul Our anil Farid), resep ini berisi petunjuk-petunjuk bagaimana agar seorang muslim dapat menjadi bagian generasi tersebut yaitu dengan menjadikan Al Our'an sebagai satu-satunya sumber nilai dan hukum, menjadikan Al Qur'an sebagaimana sebuah "perintah harian" dari komandan (qiyad) kepada tentaranya (Jundi), bukan sekedar sebagai text-book materi kuliah belaka dan terakhir melakukan pemisahan total kepada kehidupan jahiliyah setelah masuk islam (masuk kedalam barisan rasulullah) dan menegakkan furqon ruhani alas masyarakat jahiliyah. 

Untuk melaksanakan resep ini secara hakikat maupun praktis, seorang Pembina perlu memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup -dimana pengalaman ini didapatnya dari interaksi langsung dengan Al Our'an- tentang bagaimana methode pemahaman terhadap Al Qur'an tersebut. 

Al Qur'an memiliki gaya yang sedemikian unik yang menjadikan ia sebagai satu-satunya kitab yang paling banyak dibaca oleh ummat manusia. Gaya tersebut adalah Al Qur'an menyerukan adanya kesatuan antara penalaran dan perasaan serta akal dan hati. Gaya Al Our'an adalah pendek, tepat, langsung, pribadi dan bersemangat. Al Our'an memberikan beberapa pilihan kepada pendengarnya untuk membuat keputusan dan mendorongnya agar memperhatikan dan mengamalkannya. Bahasa Al Qur'an sangat lugas seperti isi kandungannya, sehingga dapat menerobos kedalam hati sanubari Argumentasi yang disajikan selalu dapat dipahami pendengarnya, karena diambil dari pengalaman hidup sehari-hari, atau merupakan cermin kehidupan.

Menurut Qs. 38:29 ada dua kategori pemahaman : Tadzakkur dan Tadabbur. Tadzakkur adalah suatu proses penyerapan secara umum mengenai pesan dan ajaran yang disampaikan, agar dapat difahami apa makna Al Our'an bagi kita dan apa yang dituntut Al Our'an dari kita, kemudian memperhatikannya agar mendapatkan respon dari hati dan fikiran, sehingga kita dapat bersikap dan bertindak sesuai dengan apa yang diperoleh dari Al Qur'an, dan akhirnya menetapkan pesan yang harus disampaikan kepada sesama ummat manusia.

Sedangkan tadabbur adalah suatu proses untuk memperoleh arti setiap kata, setiap ayat dan surat dengan lengkap, menjajaki arti yang lebih dalam dibalik kata-kata metafor dan perumpamaan-perumpamaan. mencari keterikatan tekstual dengan keterpaduan yang mendasari, menentukan gagasan pokok, menyelidiki seluk-beluk leksikal, tanzil, latar belakang sejarah dan melakukan studi perbandingan tentang tafsir yang berbeda.

Kemudian mencoba menentukan semua implikasi antara hubungan manusia dengan khaliqnya, sesama ummat manusia dan diri sendiri serta dunia sekitarnya, juga mengambil hukum-hukum dan moral untuk perorangan dan masyarakat, undang-undang untuk negara dan masyarakat, prinsip-prinsip sejarah, implikasi-implikasinya bagi tingkat pengetahuan manusia masa kini.

Untuk memahami Al Qur'an, keterlibatan hati harus dioptimalkan secara penuh, sebab hanya hatilah yang mampu menangkap pesan-pesan langit dan rahasia-rahasia ghaib serta petunjuk-petunjuk yang ada dalam Al Our'an. Apabila membaca Al Qur'an, kita harus melibatkan seluruh jiwa, hanya dengan cara demikian kita dapat mengangkat hubungan kita dengan Al Qur'an ketingkat yang disebut Al Qur'an dengan "orang yang benar-benar beriman" (Qs. 2:121). Bagian paling penting adalah apa yang disebut Al Qur'an dengan hati {qalbu). Hati Rasulullah -lah yang pertama menerima Al Our'an (Qs. 26:192-194). Hati tidak berarti "sepotong daging dalam tubuh", malainkan pusat segala emosi, perasaan, motif, dorongan, aspirasi, ingatan dan perhatian.

Adalah hati yang seringkah melemah (Qs. 39:23), mengeras dan membatu (Qs 2.74), yang membuat kita buta dan menolak kebenaran (Qs. 22:46), karena fungsi hati adalah memberi alasan dan memahami (Qs. 7:179 50:37). Dalam hati terdapat segala akar penyakit luar (Qs. 5:52), sumber penyakit dalam (Qs. 2:10). Hati adalah tempat tinggal iman (Qs. 5:41), kemunafikan (Qs. 9:77), merupakan pusat segala yang baik dan buruk, tentram dan damai (Qs. 13:28), kekuatan menghadapi musibah (Qs. 64:11), rahmat (Qs. 57:27), cinta persaudaraan (Qs. 8:63), taqwa (Qs. 49:3 22:32) atau keraguan dan kebimbangan (Qs. 9:45), penyesalan (Qs 3:156), amarah (Qs. 9:15).

Akhirnya kitalah yang akan mempertanggungjawabkan kondite hati masing-masing, siapa yang menghadap Allah dengan hati yang bersih, sehat, tulus dan ikhlas, dialah yang selamat (Qs. 2:225 26:88-89). Hati dengan sifat-sifat dan karakteristiknya tersebut diatas adalah satu-satunya instrumen dalam "menangkap" Al Haq.

Untuk memahami makna-makna, hakikat-hakikat dan petunjuk-petunjuk yang ada dalam isi Al Our'an, beberapa prinsip sebagai berikut perlu diperhatikan :
1 Pertama : Memahami Al Qur'an sebagai realitas kehidupan. Fahami setiap kata dalam Al Qur'an dengan sikap seakan-akan kata-kata itu diwahyukan kepada kita hari ini.
2. Kedua : Memahami Al Our'an sebagai pesan untuk kita. Terimalah segala pesan yang ada dalam Al Qur'an sebagai berita yang ditujukan bagi kita saat ini Begitu terlihat ada kemajuan, coba fahami ajaran apa yang disampaikan setiap teks Al Qur'an pada situasi pribadi.
3. Ketiga : Memahami Al Qur'an sebagai bagian dari satu keseluruhan. Seluruh kandungan Al Our'an merupakan satu kesatuan yang terpadu. Pesannya, walaupun disampaikan dalam bentuk yang bermacam-macam dan berbeda-beda, intinya tetap sama, semua bagian-bagiannya sangat konsisten antara satu dengan yang lainnya.
4. Keempat : Memahami Al Qur'an sebagai teks yang terpadu dan koheren. Al Our'an mengandung koherensi yang tertinggi dan susunan kata yang indah, walaupun banyak hal yang tampaknya diulang-ulang. Setiap bagian berkaitan dengan bagian lainnya, ayat dengan ayat dan surat dengan surat. Dapatkan susunan yang kohesif dalam ayat-ayat yang dibaca.
5. Kelima : Memahami Al Our'an dengan segenap kemampuan. Fahami Al Our'an dengan mengerahkan seluruh jiwa, raga, perasaan dan akal untuk memahami Al Our'an, kunci semua itu adalah bersihkan ruhani dari sifat thaga dan kibr (sombong)
6. Keenam : Memahami sesuatu yang disampaikan Al Our'an pada kita. Fahami apa yang disampaikan Al Qur'an, bukan malah mendikte Al Qur'an. Jangan menjadikan Al Qur'an sebagai pendukung ide dan gagasan kita tetapi jadikanlah Al Our'an sebagai sumber pangambilan ide dan gagasan.
7 Ketujuh : Tetap setia dalam konsensus Al Qur'an. Kita bukan orang yang pertama mengkaji dan mencoba memahami Al Qur'an, sebelumnya sudah berabad-abad orang mencoba menggali kandungan Al Our'an, ribuan karya telah dihasilkan, jadikanlah warisan karya yang tidak ternilai ini bermanfaat dalam memahami Al Qur'an.
8. Kedelapan : Memahami Al Our'an hanya dengan kriteria Our'ani. Didalam Al Our'an sendiri sudah terdapat kriteria-kriteria dalam memahami Al Qur'an, gunakan acuan ini dan jangan jadikan logika atau filsafat, yang jelas-jelas tidak bersumber dari Al Our'an.
9. Kesembilan : Memahami Al Qur'an dengan Al Our'an. Tafsir Al Qur'an yang terbaik adalah Al Our'an itu sendiri. Jika diperhatikan seolah-olah terdapat pengulangan dalam Al Our'an, tetapi sebenarnya itu semua memiliki tujuan dan penekanan yang berbeda-beda, gunakan pendekatan tematik (tafsir maudhu 'i) dalam menggali kandungannya.
10. Kesepuluh : Memahami dengan Hadits dan Shiroh. Rasulullah adalah Al Qur'an yang hidup. Pelajari hadits dan sunnahnya sebagai uswah terbaik dalam operasionalisasi Al Qur'an. Dalam buku-buku Hadits juga memiliki pengelompokkan tematik, satu tema dalam Al Qur'an gabungkan dengan tema yang sama yang didapat dari hadits.
11. Kesebelas : Bahasa Arab. Sungguh bahasa Arab adalah kunci pertama memahami Al Our'an. Penguasaan bahasa yang baik sangat membantu penguasaan makna Al Qur'an.

Untuk memahami Al Qur'an dengan baik, beberapa syarat harus dipenuhi terlebih dahulu. Pertama cobalah belajar bahasa Arab, paling tidak dapat memahami arti Al Our'an tanpa bantuan terjemahan, ini langkah utama dan terpenting. Dengan mengerti isi Al Our'an secara langsung akan memudahkan seorang Pembina untuk mencari ayat-ayat yang terkait dengan suatu tema langsung pada Al Our'an yang dipegangnya. Kemudian usahakan membaca Al Qur'an secara keseluruhan dari awal sampai akhir secara harfiah, jika tidak mengerti bahasa Arab bisa digunakan terjemahan.

Setelah itu bacalah tafsir-tafsir yang mendukung, disarankan membaca Tafsir induk seperti Ath Thabari, Al Qurthubi dan Ibnu Katsir. Untuk membahas suatu tema tertentu, sebagai contoh "Musyrik", pelajari ayat-ayat yang berbicara secara langsung maupun tidak dengan tema "Musyrik" Bacalah berulang-ulang ayat-ayat tersebut dan upayakan sekuat mungkin untuk mendekati makna Al Qur'an, perhatikan prinsip-prinsip yang sudah disebutkan diatas. Bukalah fikiran lebar-lebar, kembangkan jiwa yang selalu bertanya dan mencari arti Al Qur'an, hidupkan ruhani yang selalu rindu akan isi Al Qur'an.

Dan terakhir bertanyalah kepada orang yang lebih mengerti tentang Al Our'an, carilah orang lain yang bisa menjadi washilah dalam memahami Al Qur'an (Qs. 5:35). " Hai orang-orang yang beriman, bertaawalah kepada Allah dan carilah washilah yang mendekatkan diri kepada-Nya dan berjihadlah pada jalan-Nya supaya kamu mendapat keberuntungan. "

Secara methodologis, beberapa langkah dibawah ini bisa menjadi acuan untuk mempelajari Al Our'an.
1 Pertama : Mengkaji kata demi kata. Cara yang paling mudah adalah membaca terjemahan dan penjelasannya
2. Kedua : Konteks teks. Begitu arti harfiah dikuasai, baca kembali teks tersebut dan pahami makna yang terkandung didalamnya, baca teks sebelum dan sesudahnya (beberapa ayat sebelum dan sesudahnya).
3. Ketiga : Latar belakang sejarah. Himpun sebanyak mungkin informasi historis yang dapat diperoleh dan diperlukan serta relevan. Baca kembali hadits-hadits tentang asbabun nuzul ayat.
4. Keempat : Arti "Asli". Cari arti langsung sebuah kata dengan melihat dalam kamus-kamus induk bahasa arab, seperi kamus Lisanul Arab, Mufradat fi Gharibil Our'an, dll
5. Kelima : Menterjemahkan kedalam situasi kita. Baca dan fahami teks ayat tersebut dalam konteks zaman sekarang. Pusatkan perhatian pada berita-berita penting dan aktual yang terjadi dimasyarakat yang bersesuaian secara kontekstual dengan ayat tersebut.
6. Keenam : Tingkat pengetahuan dan intehjensi. Berusahalah memahami ayat dengan tingkat pengetahuan dan intelegensi yang kita miliki, namun jangan mengabaikan tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh para assabiqunal awwalun.
7 Ketujuh : Pengetahuan modern manusia. Gunakan segala ilmu pengetahuan yang ada untuk menggali kandungan Al Qur'an, tetapi jangan paksakan Al Our'an untuk mempelajari ilmu pengetahuan modern.
8. Kedelapan : Sesuatu yang tidak bisa dimengerti Jangan terpaku pada teks ayat yang sulit dimengerti, catat saja untuk menjadi pertanyaan kepada yang lebih pintar, dan beralihlah kepada teks ayat yang berikutnya, mungkin jawabannya ada pada ayat-ayat berikutnya.

Dan akhirnya, Al Our'an sendiri memberikan petunjuk tentang adab-adab dalam membaca Al Qur'an, yang dengan adab-adab ini hidayah Allah terserap kepada tiap diri mu'minin.
1. Sebelum membaca Al Qur'an lafadzkan la awudz. (Qs. 16:98-100)
2. Membacanya dengan lartil. (Qs. 73:4)
3. Menyimak dengan penuh perhatian bila dibaca (Qs 7:204)
4. Tidak tergesa-gesa dalam membacanya. (Qs. 20:114)
5. Bershabar dalam membacanya sebab atas tanggungan Allah-lah pencerapan isinya. (Qs. 75:16-17)
6. Membaca dengan penuh perhatian dan segera mengamalkannya dalam kehidupan. (Qs. 73:4 75:17)
7. Menerima dan meyaldninya sebagai "The Best" tanpa alternatif yang lain. (Qs. 6:115))

8 Mempelajarinya dengan fikiran dan hati yang terbuka untuk menerima kebenaran yang dikandungnya, juga tidak bersempit dada saat menyerap pesan-pesan langit dan rahasia-rahasia ghaib yang muncul daripadanya dan langsung terkait dengan seluruh persoalan hidupnya. (Qs. 7:2)
9 Tunduk dan patuh pada kepastian isinya, sebab menyimpang dari suatu yang pasti hanya akan berakibat bencana. (Qs. 17.105-109 33:36 49.1 2:35 7:19-22 20:116-121)
Selain adab-adab diatas, Al Qur'an lebih mengena jika dibaca ketika malam hari, karena suasana pada saat itu lebih berkesan dan khidmat. (Qs. 73:1-10 3:113 17:78-79 39:9 3:16-17)

Prinsip Dalam Mengajarkan Al Qur'an
Yang dimaksud dengan Al Our'an dalam buku ini sekali lagi bukanlah dalam pengertian teks-teks ayat yang sudah terkodifikasi dalam bentuk buku, tetapi Al Qur'an adalah wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT melalui malaikat Jibril kedalam hati manusia, hal ini dikenal dengan hidayah dan setiap muslim akan menerima hidayah dari Allah sebagai nikmat-Nya yang terbesar Proses masuknya hidayah harus melalui washilah yang oleh Allah SWT ditetapkan bisa dari kalangan malaikat (Qs. 16:2) juga dari seorang manusia biasa (Qs. 7:63) yang memiliki peran sebagai khalifatullah, aparat Kerajaan Allah (Mulkiyatullah) dipermukaan bumi ini. Karena melalui washilah manusia, wahyu bisa disebut juga dengan ayat-ayat yang "menempel" pada tubuh washilah, atau perilaku yang nyata yang muncul dari dalam hati manusia (lima fi shudur).

Pertama kali wahyu diturunkan adalah kepada para Nabi dan Rasul, mereka inilah yang kemudian menyebarkan da'wah dan menjadi washilah dalam transfer wahyu kedalam hati ummatnya. Setelah tidak ada Nabi setelah Muhammad Rasulullah SAW, maka peran itu diambil oleh mereka yang dalam Al Qur'an disebut dengan Robbani yaitu mereka yang senantiasa mengkaji dan mengajarkan Al Qur'an (Qs. 3:79). Dengan proses belajar mengajar ini maka dapat dipastikan Al Qur'an akan senantiasa abadi hingga akhir zaman.

Al Qur'an sesungguhnya adalah kitab da'wah, ia diturunkan secara sengaja oleh Allah untuk menjadi materi da'wah (Qs. 32:3 6:92 42:7 46:12). Mengingat Al Qur'an adalah konsumsi ruhani maka untuk mengajarkan Al Qur'an ini diperlukan persiapan ruhani yang matang. Al Qur'an sendiri menjelaskan persiapan-persiapan tersebut yaitu dengan menjalankan sholat malam, melakukan tadarus Al Qur'an, menjalankan ibadah dengan tekun, berusaha memiliki sifat shabar dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan dan melakukan hijrah dengan hijrah yang jamil (Qs. 73:1-10). Selain itu juga senantiada seorang da'i / pembina berada dalam kondisi senantiasa mengagungkan Allah, menjalankan penyucian diri yang total, meninggalkan perbuatan-perbuatan ma'shiyat, berusaha memiliki sifat ikhlas dalam melakukan apa saja dan senantiasa shabar dalam menjalankan ketentuan Allah SWT. (Qs. 74:1-10)

Beberara prinsip lain dalam mengajarkan Al Our'an adalah sebagai berikut:
1. Menyampaikan Al Qur'an dengan bahasa yang mudah dimengerti (Qs. 14:4 19:98). Al Our'an bukan bahan kajian intelektual yang memerlukan telaahan ilmiah, tetapi ia adalah wahyu suci yang dapat diserap hanya oleh hati yang bersih.
2. Menyampaikan Al Our'an tidak boleh dengan hati yang sedang /lara/karatan, bisa sedang dalam kondisi kesal, marah-marah, sedang '«/«^/membanggakan diri, apalagi sedang dalam kesombongan. Pembina yang hatinya sedang dalam kondite demikian, apa-apa yang disampaikan akan menjadi hambar ditelinga pendengarnya. (Qs. 7:2)
3. Sampaikanlah Al Qur'an kepada orang-orang yang hatinya bersih, (Qs. 36:69-70) biasanya mereka adalah kaum mustadh'afm yang kehidupan kesehariannya terlihat polos dan lugu, serta tidak punya kepentingan apapun dalam kehidupan selain mengharapkan kebahagiaan dihari Akhir. Mereka menerima Al Qur'an secara polos, jika Al-Our'an menyuruh melaksanakan sesuatu maka merekapun akan melaksanakannya, jika Al Our'an melarang melakukan sesuatu maka merekapun tidak akan melaksanakannya. Mereka bukanlah orang-orang yang bodoh sebagaimana tuduhan para pembesar, tetapi itulah kualitas jiwa dan ruhani yang bersih yang hanya dimiliki oleh kaum mustadh'afin. Dan dalam sejarah gerakan da'wah Rasulullah, justru lapisan masyarakat yang menjadi pendukung utamanya adalah lapisan yang dikenal dengan kaum mustadh'afin.
4. Sampaikanlah Al Qur'an kepada orang-orang yang takut akan hari akhir, hari dimana tidak ada perlindungan selain perlindungan Allah, bagi mereka setetes ayat saja laksana hujan lebat yang turun ditanah padang pasir yang tandus, terasa sangat diperlukan dan dibutuhkan. (Qs. 6:51)
5. Sampaikan Al Our'an kepada kaum kerabat yang terdekat (Qs 26:214), sebab mereka lebih dikenal kebiasaan-kebiasaannya, kecenderungannya dan tabiat-tabiatnya. Karena dikenal tentu akan lebih mudah bagaimana pendekatannya sehingga mereka mau menerima Al Qur'an sebagai hidayah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.