TUJUAN UMUM :
Warga melaksanakan ibadah kepada Allah WT dengan dasar, tujuan dan cara yang benar sesuai tuntunan al qur’an dan sunnah rasulullah saw
TUJUAN KHUSUS
1. Memahami konsepsi ibadah dalam ajaran Islam
2. Memahami bahwa ibadah kepada Allah SWT tidak dilakukan sembarangan tetapi ada ketentuan-ketentuan yang mengaturnya
3. Memahami tata cara melaksanakan toharoh sebagai syarat untuk melaksanakan sholat
4. Memahami pengertian aqimu sholat dan kedudukan sholat sebagai konsumsi ruhani mukmin.
5. Memahami dan mampu melaksanakan sholat secara khusyu
6. Memahami pentingnya sholat lail untuk meraih maqom mahmuda
7. Mengenal macam-macam dzikir dan doa-doa harian untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT
8. Memahami kedudukan harta dalam pandangan Islam sebagai unsur pendukung dan penopang (mata’un) bagi tegaknya risalah
9. Memiliki kemauan untuk menginfakkan hartanya pada jalan Allah, melalui institusi otoritatif sebagaimana sunnah Rasulullah SAW
10. Memahami syariah puasa syariah dalam ajaran Islam
11. Mengenal syariah puasa ramadhan sesuai sunnah Rasulullah SAW
12. Memiliki kemauan untuk melaksanakan puasa berdasar ketetapan dari institusi otoritatif sesuai sunnah Rasulullah SAW
13. Memahami nikah dalam ketentuan syariah dalam rangka membentuk keluarga sakinah sebagai fundasi bagi masyarakat Islam
14. Memiliki kemauan untuk menikah sesuai sunnah Rasulullah SAW dan bukan berdasar pendekatan materialis tik dan kapitalistik
15. Memahami bahwa bentukan keluarga merupakan sasaran antara bagi tegaknya al-Islam, dan bukan sebagai terminal akhir dari kehidupan itu sendiri
16. Memahami kaidah-kaidah AL Qur’an dalam rangka pembentukan keluarga sakinah
17. Memahami perintah syariah Qurban dan meningkatkan jiwa berkurban dengan apa yang dimiliki untuk meninggikan kalimat Allah
18. Memahami dan meyakini bahwa ibadah terstruktur sebagaimana sunnah aplikatif rasulullah saw yang dijalankan melalui lembaga yang otoritatif dan berwenang untuk itu
19. Memahami bahwa pemberlakuan syari’ah hingga menjadi ketentuan hokum yang mengikat memerlukan adanya lembaga yang otoritatif dan legal dalam pandangan Islam
20. Memahami sasaran dari pelaksanaan ibadah adalah pembentukan pribadi muttaqin
POKOK BAHASAN :
1. Pengertian Ibadah
Ditinjau dari segi bahasa, kata ‘abdiyah, ‘ubudiyah, ‘ubudah” berarti kepatuhan, yaitu menyerah dan pasrah kepada pihak lain hingga dapat dipergunakan dengan mudah dan menurut kehendak pihak tersebut. Sebagai contoh ada kalimat “ba’irun mu’abbad” artinya unta yang jinak, “thoriqun mu’abbad” artinya jalanan yang rata
Didalam kamus “Lisanul Arab”, dibawah huruf ‘ain, ba’, dal antara lain diartikan
a. ‘Abdun artinya seorang budak, “ta’abbadarrojula” artinya ia memperbudak orang itu. Ibadah dalam pengertian ini artinya adalah pengabdian.
b. Al ’ibadah artinya tunduk, taat. “iyyaka na’budu wa iyya kanasta’in” artinya kami taat - tunduk kepada-mu. “wa’abadaththogut” artinya tunduk-taat kepada thagut. Pengertian ini bermakna ketaatan.
c. ‘Abadahu, ‘ibadatan . Ma’badatan artinya butuh perlindungan pada-nya. Pengertian ini bermakna peribadatan ritual.
d. ‘Abada bihi artinya menyertai dia atau dia tidak meninggalkannya
e. Maa ‘abadaka ‘anniiy artinya apa yang menghalangi anda untuk menemuiku.
Pengertian keempat dan kelima diatas hanya merupakan penjelas dari pengertian pertama
Didalam al Qur’an penggunaan kata-kata ‘ibadah menurut :
a. Ibadah dalam pengertian ubudiyah dan ketaatan, Qs. 2/172
b. Ibadah yang hanya berarti ketaatan, Qs. 9/31
c. Ibadah dalam pengertian ta’alluh (kerinduan) atau tanassuk/manasik, Qs. 40/66
Kata ibadah dalam pengertian taalluh atau tanassuk terbagi dalam dua penjelasan yaitu :
a. Mengadakan syiar-syiar seperti sholat misalnya terdiri dari cara-cara takbir, ruku, sujud, atau dalam manasik haji yaitu tawaf, sai, wuquf, dll.
b. Percaya kepada sesuatu yang menguasai aturan sebab atau hukum alam, maka dipanjatkan padanya permohonan supaya menghilangkan kesulitannya dan berlindung padanya dari segala bencana.
Syarat-syarat diterimanya ibadah :
a. Ibadah dilakukan dengan tujuan semata mengharap ridho Allah SWT, tujuannya ilallah Qs. 2:207
b. Ibadah dilakukan dengan niat yang ikhlas, niatnya lillah Qs. 98:5
c. Ibadah dilakuan dengan tata cara yang telah dicontohkah Rasulullah SAW, caranya billah. Qs. 33:21
Tujuan dari dilaksanakannya ibadah adalah meraih kualitas taqwa Qs. 2:21 21:49
2. Thoharoh
a. Pengertian toharoh yaitu bersuci dari hadats dengan maksud melaksanakan sholat. Qs.2:222 16:80 74:4
b. Keutamaan thoharoh
c. Pengertian najis dan macam-macam najis Qs.2:173, 6:145, 16:115
1) Najis darah
2) Najis daging babi
3) Najis bangkai
4) Jilatan anjing,
5) dll
d. Tata cara thoharoh : Qs. 4:43, 5:6
1) Membersihkan diri dan pakaian dari Najis
2) Wudhu
3) Tayamum
4) Mandi Junub
3. Hakikat Sholat
Allah SWT dalam Qs. 2/43 telah memerintahkan kaum muslimin untuk menegakkan sholat, Kata aqiimu merupakan kata perintah dari kata aqoma artinya mendirikan atau menegakkan, atau lebih tepatnya kata berarti “dirikanlah” atau “tegakkanlah”. Sedangkan kata ashsholatu merupakan kata benda atau kata kerja yang dibendakan, yaitu dari kata kerja yang menurut artinya adalah memuliakan. Kata berubah menjadi sholatan sholawaat atau ash-sholatu.
Aqimush sholata merupakan kewajiban hamba Allah (Qs.14:31) dan merupakan manisfestasi taqwa (Qs.2:3), iman (Qs.8:3) dan ikhsan (Qs.31:4).
Dalam kaitannya dengan konsumsi ruhani, sholat terbagi dalam tiga kategori :
a. Menurut Qs. 8:35 terdapat orang yang melakukan sholat hanyalah “muka’an wa tashdiyah”, pengertiannya bukan sholat dengan bersiul dan bertepuk tangan, tetapi inilah sholatnya orang musyrikin, yaitu mereka-mereka yang memperserikatkan Allah dan mereka inilah orang-orang yang menolak “Diinul Islam”
b. Menurut Qs. 107:4-5 yaitu mereka yang sholatnya secara kaifiyat sudah benar tetapi dilakukan tanpa “asysyu’uriyah”, tanpa menghayati dan merasakan bacaan dan gerakan sholat yang dilakukannya
c. Menurut Qs. 2:45, inilah sholat yang bisa memberikan bekas (atsar) kepada ruhani, dan juga sholat yang mampu mejadi ista’inu, sebagai penolog bagi yang melakukanya. Akan tetapi sholat ini hanya mampu dilakukan oleh khasyiin, orang-orang yang khusyu’, yaitu orang-orang yang berdzhan akan menemui dan kembali Rabbnya
Manfaat dari sholat yang khusyu :
a. Sholat sebagai media dzikrullah, untuk mengingat Allah
b. Sholat sebagai penolong
c. Sholat mencegah perbuatan keji dan munkar
d. Melahirkan jiwa berkorban
e. Menghapus dosa-dosa
f. Membersihkan badan dan jiwa
Tuntunan melaksanakan sholat (akhlaq sholat) meliputi :
a. Mengerti apa yang diucapkan dan dilakukan Qs. 4:43
b. Tadorru’ ( konsentrasi raga kepada Allah) Qs. 7:55, 205
c. Khusyu’ (konsentrasi jiwa kepada Allah) Qs. 23:1-4, 2:45-46
d. Ikhlas (penyerahan total (kepada Allah). Qs. 39:11-14, 7:29, 40:14
e. Tepat pada waktunya Qs. 4:103
f. Tidak ria, lalai Qs. 107:4-6
Tata cara sholat yang perlu diajarkan kepada anggota taklim meliputi bacaan dan gerakan mulai dari takbiratul ihram sampai salam. Setiap anggota taklim juga hendaknya menguasai lafziah bacaan sholat dan mampu mempraktikkannya dalam sholatnya sendiri.
4. Sholat Lail
Salah satu shalat sunat adalah shalat malam atau Qiyamul Lail. Perintah Shalat Malam untuk Rasul-Nya terdapat dalam awal surat Al-Muzzamil. Bangun diwaktu malam akan mengharmonikan antara hati dengan lisan serta lebih dapat berkonsentrasi dalam membaca Al-Qur’an.
Sejarah turunnya perintah Sholat Lail ; Shalat Malam pada mulanya bersifat wajib dengan turunnya surat Al Muzammil, Rasulullah beserta ummatnya melaksanakan perintah Allah ini hampir setahun dengan sangat bersungguh-sungguh. Kemudian dengan turunnya ayat 20 surat ini kewajiban shalat malam dihapus.
Keutamaan Shalat Malam :
a. Sebagai ibadah tambahan/nafilah Qs. 17:79
b. Dalam shahih Muslim dari Abu Huraira ra dari Rasulullah SAW, Nabi ditanya, shalat apakah yang paling utama selain shalat fardhu? Beliau menjawab, shalat malam [Muttafaq ‘alaihi]
c. Orang yang membiasakan Shalat Malam adalah orang yang berbuat baik dan berhak mendapatkan kebaikan dan rahmat Allah. Qs. 56 : 15 – 18
d. Orang yang membiasakan Shalat Malam termasuk golongan hamba-Nya yang mendapat kemuliaan Qs. 25 : 63 – 64
e. Allah SWT memberi kesaksian bahwa mereka beriman kepada ayat-ayat-Nya, Qs. 32 : 15 – 17
f. Allah SWT menolak menyamakan mereka dengan orang-orang yang tidak memiliki sifat seperti mereka Qs. 39 : 9
g. Menjadi sabar dan kokoh iman Qs. 76 : 24 – 26
5. Doa dan Dzikir Harian
Nilai penting dan keutamaan dzikir dalam Al Qur’an Qs. 2:152 33:35. Adab dalam zikir kepada Allah
a. Zikir setiap saat Qs. 3:191, 4:103
b. Takut dan menangis saat berzikir karena memahami kandungan dzikirnya Qs. 8:2, 17:109, 19:58, 22:35
c. Merendahkan suara ketika berzikir Qs. 7:205
Waktu-waktu zikir
a. Zikir setelah ibadat Qs. 2:185, 4:103, 22:28
b. Zikir Ketika ditimpa bala/musibah Qs. 2:156, 3:173, 20:25
c. Zikir ketika lupa Qs. 18:24
d. Zikir di setiap waktu Qs. 3:41, 7:205
e. Bacaan zikir pada waktu pagi dan sore Qs. 7:205
f. Ancaman bagi yang melupakan zikir kepada Allah Qs. 4:142, 5:91, 7:205
g. Zikir ketika menghadapi musuh Qs. 8:45
Perintah berdoa Qs. 7:29, 7:55, 7:56, 9:103
Etika berdoa
a. Ikhlas dalam berdoa Qs. 7:29, 10:22, 29:65
b. Berdoa antara suara pelan dan keras Qs. 7:55, 7:205, 17:110
a. Mengulang-ulang doa Qs. 11:45, 19:4
Macam-macam dzikir dan doa harian :
a. Bacaan dzikir dimulai dari membiasakan menyebut asma Allah dalam keseharian seperti basmalah, tahmid, tasbih, tahlil, takbir, masya Allah, dzikir setelah sholat.
b. Doa harian dimulai dari aktifitas keseharian seperti makan, tidur, bepergian, berpakaian, selesai sholat, kesehatan, rezeki.
6. Harta dan Zakat
Hakikat kekayaan dalam Al Qur’an :
a. Al Qur’an menyebutkan beberapa bentuk kekayaan seperti emas dan perak, tanaman dan buah-buahan, usaha dagang atau lainnya, barang-barang tambang dari perut bumi. Al Qur’an juga menyebutkan rumusan yang lebih umum yaitu kekayaan (amwal) Qs.9/34 6/141 2/267, 9/103 51/19
b. Pada hakikatnya, kekayaan yang ada pada manusia itu adalah milik Allah SWT yang dikaruniai untuk manusia. Manusia hanyalah pihak yang diberikan kuasa oleh Allah untuk menyimpan kekayaan itu Qs.24/33 2/254 3/180, 57/7
c. Namun karena Allah juga menjadikan manusia sebagai khalifah-Nya, maka Allah juga menyebutkan pemberian kekayaan kepada manusia dalam konteks menghormati, hadiah atau cobaan kepada manusia Qs.63/9 64/15 104/3 111/2 51/19 9/103
d. Bahkan Allah begitu sayang dan hormat kepada manusia sehingga meminta manusia memberi-Nya pinjaman yang sebenarnya adalah milik-Nya dan mengganti kekayaan itu. Qs.73/20 9/111 2/245
e. Pada hakikatnya Allah adalah pemilik tunggal seluruh kekayaan yang ada di langit dan bumi, namun Allah juga memberikan hak kepada manusia untuk menyimpan, menjaga, mengelola dan mengeluarkannya sesuai dengan ketentuan yang digariskan Allah dan Rasul-Nya Qs. 10:55 45:13
Bagi mukminin penggunaan harta yang benar adalah :
a. Menjadikan harta sebagai mata’un yaitu unsur pendukung/penopang bagi tugas-tugas pengabdian dan kekhalifahan seorang hamba Qs. 3:14
b. Menjadikan harta yang dimiliki sebagai sarana berjihad fisabilillah Qs. 9:41
c. Kulminasinya adalah menggadaikan harta dan jiwa demi mencapai syahid fisabilillah Qs. 9:111
d. Karena itu apa-apa yang telah dikuasai oleh manusia harus dikeluarkan bagian infaqnya sebagai wujud keimanan kepada-Nya Qs. 57:7
Dari penjelasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa selain zakat atas harta yang sudah jelas ketentuannya, juga terdapat kewajiban melakukan infaq Qs. 9/60 2/254, 57/7
Penggunaan harta yang salah yaitu :
a. Mencintai harta secara berlebihan bahkan lebih dari mencintai jihad fisabilillah Qs. 9:24
b. Serakah, melampaui batas dalam mengeruk harta dunia bahkan sampai mendzalimi orang lain Qs. 42:27
c. Sampai melalaikan dari mengingat Allah Qs. 63:9
d. Sampai melalaikan dari melaksanakan sholat dan membayar zakat Qs. 24:37
e. Sampai melalaikan dari kematian hingga ia masuk keliang kubur Qs. 102:1-2
Dalam sejarah Rasulullah praktik zakat bukan sekedar mengeluarkan sebagian harta yang dimiliki, tapi zakat adalah hubungan antara seorang hamba dengan Dinul Islam (baca : Jama’ah). Perhatikan kisah sahabat Nabi sAW dalam Qs. 9:103 9:75-78
Zakat adalah sejumlah harta yang dikeluarkan berdasar ketentuan nisab dan haulnya, sementara infaq adalah sejumlah harta yang dikeluarkan secara rutin setiap harta tersebut diperoleh sekalipun belum mencapai nishab zakat. Hikmah mengeluarkan zakat dan infaq :
a. Untuk membersihkan harta dan mensucikan ruhani kaum muslimin Qs. 9:103
b. Untuk meningkatkan kehatian-hatian, penuh perhitungan dan bersikap tawazun (seimbang) dalam memandang harta Qs. 17:29
c. Untuk meningkatkan jiwa pengorbanan (tadhiyah) Qs. 3:92
7. Puasa
Puasa (shaum) asal katanya adalah shoma menahan dari segala sesuatu. Secara syari’at adalah menahan hal-hal yang membatalkan puasa sejak terbit fajar hingga terbenam matahari. Puasa telah diwajibkan bahkan kepada ummat-ummat terdahulu
Perintah pelaksanaan puasa memiliki karakteristik yang khusus, sebagaimana dinyatakan dalam kalimat KUTIBA ALAYKUM artinya telah diwajibkan atas kamu, atau telah diundangkan atas kamu. Maksudnya untuk jenis perilaku ibadah ini perlu pengundangan dan pemaklumatan terlebih dahulu. Qs. 2:183-187
Jika diperhatikan dengan seksama perintah-perintah tersebut tidak bisa dilaksanakan secara infirodhi/ sendirian melainkan harus secara berjama’ah diatur melalui struktur pemerintahan. Qishah, puasa, perang dan menulis wasiat jika dilaksanakan secara sendirian maka akan terjadi tabrakan kepentingan di dalam masyarakat, bisa lahir ketidak tertiban dalam masyarakat. Pelaksanaan perintah puasa melalui pemberlakuan secara menyeluruh kepada ummat, sebagaimana yang pernah dicontohkan Nabi SAW memerintahkan puasa melalui Bilal. Qs. 2/178 2/280 2/183 2/216
Keutamaan puasa dan pahalanya
a. Menghapus dosa dengan puasa
b. Orang yang berpuasa terhindar dari perbuatan maksiat
Yang membatalkan puasa
a. Makan dan minum saat berpuasa
b. Bersetubuh saat berpuasa
c. Nilai puasa juga bisa hilang karena berkata-kata dan berakhlaq buruk ketika berpuasa
Bulan Ramadhan Qs. 33:35 Qs. 2:183
a. Keutamaan bulan Ramadhan ; Al Quran diturunkan di bulan Ramadhan 97:1
b. Hukum puasa Ramadhan Qs. 2:183-185
c. Penetapan bulan Ramadhan ; dengan maklumat pemerintah Qs. 2:189
d. Shalat malam Ramadhan
e. Malam Lailatul Qadar dan nilai kelebihannya Qs. 44:3, 44:4, 97:1, 97:2, 97:3, 97:4, 97:5
f. Berbuka puasa di bulan Ramadhan dan menggantinya dengan qadha atau fidyah
Sunnah-sunnah Rasulullah SAW dalam pelaksanaan puasa seperti berniat, memperbanyak tilawah quran, memperbanyak dzikir dan doa, mengakhiri sahur, menyegerakan berbuka, memperbanyak amalan sunnah, memperbanyak shadaqah, dll.
8. Umroh dan Haji
Hukum haji
a. Turunnya perintah haji dalam konteks Shiroh Nabawiyah
b. Kewajiban haji, Qs. 3:97,22:27
c. Haji salah satu rukun Islam Qs. 2:196
d. Hajinya orang-orang musyrik Qs. 9:2, 9:3, 9:17, 9:28
e. Syarat-syarat haji Qs. 3:97
f. Haji dengan berjalan atau bekendaraan Qs. 22:27
g. Tahapan-tahapan ibadah haji ; rukun, hakikat dan maknanya
IHRAM
a. Miqat (batas) ihram
b. Batas-batas waktu ihram Qs. 2:189, 2:197
c. Jenis ihram ; Haji Tamattu' Qs. 2:196
d. Larangan-larangan saat berihram Qs. 2:197
e. Berbuat fasik waktu haji Qs. 2:197
f. Bertengkar waktu haji
g. Berburu hewan waktu haji Qs. 5:1, 5:2, 5:94, 5:95, 5:96
h. Perbuatan yang diperbolehkan saat berihram Qs. 2:197
i. Berjual beli Qs. 2:198, 22:28
j. Tahallul dari ihram Qs. 5:2, 22:29
Tata Cara Melakukan Umrah Dan Haji sebagaimana sunnah Rasulullah SAW perlu dijelaskan secara sekilas dengan senantiasa memperhatikan hikmah dari seluruh pelaksanaanya. Hikmah Haji : simbol dari kulminasi pernyataan kehendak seorang muslim untuk meninggalkan segala bentuk Kemusyrikan, menegakkan Tauhidullah dan menegakkan Kerajaan Allah di permukaan bumi dibelahan manapun ia berada, terangkum dalam Kalimat Talbiyah
9. Pernikahan
a. Nikah adalah ikatan lahir bathin antara seorang ikhwah dan akhwat untuk membentuk keluarga sakinah dalam rangka li’ila kalimatillah Qs. 4/21 30/21
b. Ruang lingkup syariah pernikahan meliputi dasar-dasar, tujuan, cara atau proses pernikahan dalam Islam Qs. 24/32 2/221
c. Pentingnya institusi otoritatif yang mengatur pernikahan dalam masyarakat, agar nikah tidak menjadi pelampiasan emosi hawa nafsu tetapi sebagai tahapan antara menuju pembentukan masyarakat Islam, yang diatur pembentukannya oleh institusi otoritatif tersebut Qs. 2/228 16/72 4/32 4/19 4/128 24/32-33
d. Keluarga sebagai media perpaduan kekuatan seorang ikhwan dan akhwat, dalam rangka iqomatud diin, dan tidak boleh menjadi media eksploitasi Qs. 4/34
e. Kaidah-kaidah pembentukan keluarga sakinah
1) Dalam hubungan di antara anggota-anggota keluarga yang ada adalah persamaan hak dan kewajiban, bukannya eksploitasi Qs. 2:228
2) Di sunnahkan untuk membanyakkan keturunan, dalam hal ini keturunan bukan sebagai sesuatu yang dibanggakan tetapi keturunan sebagai asset jama’ah untuk melanjutkan misi risalah Qs. 16:72
3) Dalam menata hubungan kekeluargaan yang paling utama adalah saling menghargai satu sama lain Qs. 4/32
4) Bergaul dengan baik Qs. 4:19
5) Berusaha memperbaiki sekalipun dalam keadaan berselisih Qs. 4:128
6) Larangan berbuat keji (melakukan kekerasan atau penghinaan) kepada siapapun dalam keluarga Qs. 6:151 16:90 24:21
7) Suami menjadi pemimpin dalam keluarga Qs. 4:34
Hal-hal yang berkaitan dengan pernikahan :
a. Nusyuz Qs. 4:34-35
b. Li’an Qs. 24:6-10
c. Zihar Qs. 33:4 58:1-6
d. Ilaa’ Qs. 2:226-227
e. Thalaq Qs. 4:19-21 65:1 2:229-230
f. Iddah Qs. 2:228-234 33:49 65:4-7
g. Rujuk Qs. 2:228 65:2
h. Mut’ah, pemberian yang berfungsi sebagai penghibur bagi wanita yang telah ditalaq Qs. 2:240-242 2:236 33:49
i. Hak-hak wanita setelah dicerai dan habis masa iddahnya Qs. 2:229-232 2:234-235
Contoh Istri yang sholeh dan tidak sholeh :
a) Istri yang kafir dari suami mu’min Qs. 66:10
b) Istri yang mu’min sekalipun suami kafir Qs. 66:11
10. Qurban
Perintah dan syariat Qurban Qs. 22:34-37
Cara-cara menyembelih
a. Membaca bismillah sebelum menyembelih Qs. 16:115, 22:34, 22:36
b. Cara meletakkan binatang ketika disembelih Qs. 22:36
c. Cara menyembelih binatang yang jatuh dan yang lari Qs. 5:3
Syarat makan binatang sembelihan
a. Menyebut nama Allah ketika menyembelih Qs. 5:3, 6:118, 6:119, 6:121, 22:34, 22:36
b. Menyembelih dan menyebut nama selain Qs. 2:173, 5:3, 6:121, 6:138, 6:145, 16:115Allah
c. Pengharaman sembelihan karena selain Allah Qs. 2:173, 5:3, 6:145, 16:115
11. Ibadah Terstruktur
Persepsi terhadap Islam, yaitu Islam dipandang sebagai Budaya dan Islam dipandang sebagai Diin (institusi perjuangan/al jama’ah) Qs. 4/64-65 2/178 2/280 2/183 33:66-68
24:51
Ibadah Terstruktur dan Tidak Terstruktur, dan contoh-contohnya dalam Shiroh Nabawiyah :
a. Pemberlakuan maklumat puasa Ramadhan dan syawal
b. Keputusan Rasulullah untuk membatalkan Puasa Ramadhan ketika sampai di perbatasan Mekkah ketika Perang Fathul Mekkah
c. Kisah suami istri yang berhubungan di bulan puasa kemudian mendapat sanksi dari Rasulullah
d. Kisah sahabat yang tidak mau membayar zakat
Pemberlakuan ibadah terstruktur melalui lembaga yang otoritatif, dan praktiknya dalam konteks keummatan masa kini
12. Taqwa
Taqwa pada dasarnya berarti menjaga diri dari hal-hal yang dibenci, kata taqwa berasal dari kata الوقا ية alwiqoyah (penjagaan). Taqwa merupakan bentuk mashdar dari kata ittaqaa ﺍﺘﻘﻰ - yattaqi ﻴﺘﻘﻰ yang berarti menjaga diri dari segala yang membahayakan. Kata tersebut berasal dari kata waqaa ﻮﻘﻰ – yaqii ﻳﻘﻰ – wiqooyah ﺍﻠﻮﻘﺎﻳﻪ yang berarti menjaga diri, menghindar dan menjauhi. Perhatikan pengertian etimologi ini dalam Qs. 40/45 52/27 76/11 44/56 52/28 7/96
Kata taqwa sinonim dengan khauf dan khasyyah yang berarti takut, juga sinonim dengan kata tha’at, perhatikan pengertian etimologi ini dalam Qs. 24/52
Nilai Penting Taqwa
a. Sebaik-baik bekal dalam beribadah Qs. 2/197
b. Indikator kualitas seorang muslim Qs. 49/13
c. Mentalitas untuk selalu merencakan masa depan Qs. 59/18
d. Indikator khusnul khatimah Qs. 3/102
e. Pakaian terbaik Qs. 7/26
REFERENSI HADITS :
1. Toharoh
عَنْ عُثْمَانَ ابْنِ عَفَّانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّهُ دَعَابِإِنَاءٍ فَأَفْرَغَ عَلَى كَفَّيْهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ فَغَسَلَهُمَا ثُمَّ أَدْخَلَ يَمِيْنَهُ فِي الاِْنَاءِ فَمََضْمَضَ وَاسْـتَنْثَرَ ثُمَّ وَغَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثًا,وَيَدَيْهِ إِلَى الْمِرْفَقَيْنِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ َمَسَحَ بِرَأْسِهِ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيْهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ إِلَى الْكَعْبَيْنِ ثُمَّ قَالَ : رَأَ يْتُ رَسَوْلَ اللهِ تَوَضََّاءَ نَحْوَ وُضُوْئِي هذَا , ثُمَّ قَالَ : مَنْ َو تَوَضََّاءَ نَحْوَ وُضُوْئِي هذَا ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ لاَيُحَدِّثْ فِيْهِمَانَفْسَهُ غَفَرَ اللهُ لَهُ مَاتَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.متفق عليه
1. Dari Utsman bin Affan RA bahwa ia pernah meminta bejana, lalu ia menuangkan air itu atas kedua tangannya – tiga kali – kemudian membasuhnya, lalu memasukkan yang sebelah kanan di dalam bejana, kemudian berkumur dan mengisap air hidung, kemudian membasuh mukanya tiga kali dan kedua tangan sampai siku-siku tiga kali, kemudian mengusap lalu membasuh kedua kakinya tiga kali sampai kedua mata kakinya, kemudian berkata”Aku melihat Rasulullah SAW berwudhu’ seperti wudhu’ku ini, lalu ia berkata, “Barangsiapa berwudhu’ seperti wudhu’ku ini, kemudian shalat dua rakaat, lalu hatinya tidak membisikkan sesuatu dalam dua rakaat itu, maka Allah mengampuni dosanya yang telah lalu”. (HR Bukhari dan Muslim)
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : سَمِعْت رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : إنَّ أُمَّتِي يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ غُرًّا مُحَجَّلِينَ مِنْ أَثَرِ الْوُضُوءِ فَمَنْ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يُطِيلَ غُرَّتَهُ فَلْيَفْعَلْ مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ وَاللَّفْظُ لِمُسْلِمٍ
2. Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya umatku akan datang pada hari kiamat dalam keadaan wajah dan tangan yang berkilauan dari bekas wudlu. Maka barangsiapa di antara kamu yang dapat memperpanjang kilauannya hendaklah ia mengerjakannya. (HR Muttafaq Alaihi , lafaznya menurut riwayat Muslim)
عَنْ اَلْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ رضي الله عنه قَالَ: ( كُنْتُ مَعَ اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَتَوَضَّأَ فَأَهْوَيْتُ لِأَنْزِعَ خُفَّيْهِ فَقَالَ: دَعْهُمَا فَإِنِّي أَدْخَلْتُهُمَا طَاهِرَتَيْنِ فَمَسَحَ عَلَيْهِمَا ) مُتَّفَقٌ عَلَيْه
3. Mughirah Ibnu Syu'bah Radliyallaahu 'anhu berkata: Aku pernah bersama Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam ketika beliau berwudlu aku membungkuk untuk melepas kedua sepatunya lalu beliau bersabda: Biarkanlah keduanya sebab aku dalam keadaan suci ketika aku mengenakannya Kemudian beliau mengusap bagian atas keduanya (HR Muttafaq Alaihi)
عَنْ عَمْرُو ابْنِ يَاسِرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : أَجْنَبْتُ وَ لَمْ أُصِبِ الْمَاءَ فَتَمَعَّكْتُ فِي الْصَعِيْدِ وَصلَّـيْتُ فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ فَقَالَ إِنَّمَا كَانَ يَكْفِيْكَ هَكَذَا وَضَرَبَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ بِكَفَيْهِ اْلأَرْضَ وَنَفَخَ فِيْهِمَا ثُمَّ مَسَحَ بِهِمَا وَجْهَهُ وَكَفَيْهِ .رواه البخاري و مسلم
4. Dari Ammar bin Yasir RA, ia berkata, “Aku berjunub, lalu tidak mendapatkan air, kemudian aku berguling-guling di atas debu dan shalat, lalu aku ceritakan hal itu kepada Nabi SAW, kemudian ia bersabda, ”Sesungguhnya cukup bagimu hanya berbuat begini”, yaitu Nabi SAW menepuk kedua telapak tangannya ke tanah, lalu meniup keduanya, kemudian mengusapkan kedua tangannya itu pada mukanya dan telapak tangannya”. (H.R. Bukhari dan Muslim)
عَنْ عَائِشَةَ أَِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ كَانَ إِذَا اغَْتَسَلَ مِنَ الْجَنَابَةِ يَبْدَأُ فَيَغْسِلُ يَدَيْهِ ثُمَّ يُفْرِعُ بِيَمِيْنِهِ عَلَى شِمَالِهِ فَيَغْسِلُ فَرْجَهُ ثُمَّ يَتَوَضَّأُ وُضُوْءَهُ لِلصَّلاَةِ ثُمَّ يَأْخُذُ الْمَاءَ وَيُدْخِلُ أَصَابِعَهُ فِيْ أُصُوْلِ الشَّعَرِ حَتَّى إِذَا رَأَى أَنْ قَدِ اسْتَبْرَأَ حَفَنَ عَلَى رَأْسِهِ ثَلاَثَ حَثَيَاتٍ ثُمَّ أَفَاضَ عَلَى سَائِرِ جَسَدِهِ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيْهِ. رواه البخاري ومسلم
5. Dari Aisyah RA, ia berkata, ”Bahwasa Nabi SAW apabila mandi janabah, ia memulai dengan mencuci kedua tangannya,kemudian ia menuangkan air dengan tangan kanannya pada tangan kirinya, lalu ia mencuci kemaluannya, kemudian ia berwudhu’ seperti wudhu’nya untuk shalat, kemudian ia mengambil air dan memasukkan jari-jarinya ke dalam pangkal-pangkal rambutnya, sehingga apabila ia melihat rambutnya sudah lurus, ia tuangkan (air) di atas kepalanya tiga kali tuangan, kemudian ia menyiram seluruh tubuhnya, kemudian ia mencuci kedua kakinya.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
2. Sholat
وَعَنْ أَبِيْ حُمَيْدٍالسَّاعِدِىِّ أَنَّهُ قَالَ- وَهُوَ فِيْ عَشْرَةٍ مِنْ أَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ
ص م. أَحَدُهُمْ أَبُوْ قَتَادَةَ ابْنِ رِبْعِىِّ - أَنَاْ أَعْلَمُكُمْ بِصَلاَةِ الرَّسُوْلِ الله ص م. قَالُوْا: مَا كُنْتَ أَقْدَمَ مِنَّا لَهُ صُحْبَةً وَلاَ أَكْثَرَنََالَهُ إِتُـيَانًا. قَالَ: بَلَى قَالُوْا: فَأَعْرِضْ فَقَالَ: كَانَ رَسُوْلُ الله ص م. إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلاَةِ اِعْتَدَلَ قَائِمًا, وَرَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِيَ بِهِمَا مَنْكِبَيْهِ,ثُمَّ كَبَّرَ فَإِذَاَ أَرَادَ أَنْ يَرْكَعَ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى يُعَادِيَ بِهِمَا مَنْكِبَيْهِ ثُمَّ قَالَ : اللهُ اَكْبَرُوَرَكَعَ, ثُمَّ اعْتَدَلَ فَلَمْ يُصَوِّبْ رَأْسَهُ وَلَمْ يُقْنِعْ وَوَضَعَ يَدَيْهِ عَلَى رُكْبَتَـيْهِ ثُمَّ قَالَ: سَمِعَ الله لِمَنْ حَمِدَهُ وَرَفَعَ يَدَيْهِ وَاعْتَدَلَ حَتَّى يَرْجِعَ كُلُّ عَظْمٍ فِيْ مَوْْضِعِهِ مُعْتَدِلاً. ثُمَّ هَوَا إِلَى اْلأَرْضِ سَاجِدًا ثُمَّ قَالَ : الله أَكْبَرُ, ثُمَّ تَنَّى رِجْلَهُ وَقَعَدَ عَلَيْهَاوَاعْتَدَلَ حَتَّى يَرْجِعَ كُلُّ عَظْمٍ فِيْ مَوْضِعِهِ. ثُمَّ نَهَضَ.ثُمَّ صَنَعَ فِي الرَّكْعَةِ الثَّانَِيَةِ مِثْلُ ذَالِكَ حَتَّى إِذَا قَامَ مِنَ السَّجْدَتَيْنِ كَبَّرَ وَرَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِيَ بِهِمَا مَنْكِبَيْهِ, كَمَا صَنَعَ حِيْنَ افْـــتَـــتَحَ الصَّلاَةَ. ثُمَّ صَنَعَ كَذَالِكَ حَتَّى إِذَا كَانَتِ الرَّكْعَةُ الَّتِيْ تَنْفَضِي فِيْهَا صَلاَّتُـهُ أَخَّرَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَقَعَدَ عَلَى شِقِّهِ مُتَوَرِّكًا ثُمَّ سَلَّمَ.
قَالُوْا صَدَقْتَ. هَكَذَا صَلَّى رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَمَ .
رواه الخمسة إلا النساءوصححه الترمذي ورواه البخاري مختصرا
6. Dan dari Abu Humaid As Sa’idi, sesungguhnya dia berkata – sedang dia berada dalam sepuluh sahabat-sahabat Nabi SAW, yang salah satu dari mereka itu adalah Abu Qatadah bin Ruba’i - , “Aku adalah yang paling tahu di antara kamu tentang shalatnya Rasulullah SAW, lalu mereka berkata, “Bukanlah engkau lebih dahulu bersahabat dengan Nabi daripada kami, dan tidak pula lebih banyak datang kepada Nabi. Ia menjawab, “Memang betul”. Lalu mereka pun berkata, “Dia berpaling”. Lalu ia berkata, “Adalah Rasulullah SAW apabila berdiri untuk shalat, ia berdiri dengan lurus, dan mengangkat kedua tangannya sehingga berbetulan dengan kedua pundaknya, lalu membaca, “ALLAHU AKBAR”, dan ruku’. Kemudian ia lurus tidak mengangkat kepalanya dan tidak pula menundukkan, dan ia meletakkan kedua tangannya itu pada kedua lututnya, lalu membaca, “SAMIALLAHU LIMAN HAMIDAH” dan ia angkat kedua tangannya dan lurus sehingga setiap tulangnya itu kembali pada tempatnya dengan lurus. Kemudian turun ke tanah untuk sujud, kemudian membaca, “ALLAHU AKBAR”. Kemudian menyilangkan kakinya dan ia duduk di atas kakinya itu dan lurus sehingga setiap tulang kembali pada tempatnya, lalu ia bangkit, kemudian berbuat dalam rakaat kedua seperti itu, sehingga apabila ia berdiri dari sujud (dua rakaat) ia takbir dan mengangkat kedua tangannya sehingga berbetulan dengan dua pundaknya sebagaimana ia berbuat ketika memulai shalat. Kemudian berbuat seperti itu sehingga apabila sudah sampai kepada rakaat akan mengakhiri shalatnya itu, ia belakangkan kakinya yang kiri dan ia duduk diatas pantatnya yang sebelah, kemudian salam. Mereka kemudian berkata, “Benar engkau. Memang begitulah cara Rasulullah SAW shalat”. (HR Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ قَالَ : كَانَتْ بِى بَوَاسِيْرُ فَسَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ عَنِ الصَّلاَةِ فَقَالَ: "صَلِّ قَائِِمًا, فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا, فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبِكَ. رواه البخارى و مسلم
7. Dari Imran bin Husain, ia berkata, ”Aku pernah menderita bawasir, lalu aku bertanya kepada Nabi SAW tentang (caranya) shalat”, maka jawabnya, ”Shalatlah engkau dengan berdiri, kalau tidak bisa hendaklah dengan duduk, dan kalau tidak bisa hendaklah dengan berbaring”. (H.R. Bukhari dan Nasai)
وَعَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ عَنِ الـنَّبِيِّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : يُصَلِّى الْمَرِيْضُ قَائِمًاإِنِ اسْتَطَاعَ, فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ صَلَّى قَاعِدًا, فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ أَنْ يَسْجُدَ أَوْمَأَبِرَأْسِهِ, وَجَعَلَ سُجُوْدَهُ اَخْفَضَ مِنْ رُكُوْعِهِ , فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ أَنْ يُصَلِّى قَاعِدًا صَلَّى عَلَى جَنْبِهِ الأَيْمَنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ . فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ أَنْ يُصَلِّى عَلَى جَنْبِهِ الأَيْمَنِ صَلَّى مُسْتَلْقِيًارِجْلاَهُ مِمَّايَلِيْ الْقِبْلَةَ. رواه الدرقطني
8. Dari Ali bin Abi Thalib RA, dari Nabi SAW, ia bersabda, “Seorang yang sakit itu hendaklah shalat dengan berdiri kalau bisa, kalau tidak bisa hendaklah dengan sujud, kemudian kalau tidak bisa sujud maka hendaklah cukup berisyarat dengan kepalanya, dengan menjadikan sujudnya itu lebih rendah daripada ruku’nya. Kemudian apabila ia tidak bisa shalat dengan duduk, maka hendaklah ia shalat dengan berbaring ke kanan dengan menghadap kiblat. Kemudian apabila ia tidak bisa berbaring ke kanan, maka hendaklah ia shalat dengan terlentang dengan menghadapkan kedua kakinya ke arah kiblat”. (H.R. Daruquthni)
وَعَنِ عَامِرِ ابْنِ رَبِيْعَةَ قَالَ :رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - وَهُوَ عَلَى رَاحِلَتِهِ – يُسَبِّحُ : يُوْمِئُ بِرَأْسِهِ قِبَلَ أَيِّ وِجْهَةٍ تَوَجَّهَ , وَلَمْ يَكُنْ يَصْنَعُ ذلِكَ فِي الصَّلاَةِ الْمَكْتُوْبَةِ. متفق عليه
9. Dan dari Amir bin Rabi’ah, ia berkata, ”Aku pernah melihat Rasulullah SAW – waktu itu ia berada di atas kendaraannya - bertasbih dan berisyarat dengan kepalanya, ke arah mana saja kendaraannya itu menghadap, dan ia tidak berbuat yang demikian itu dalam shalat fardhu”. (H.R. Ahmad, Bukhari dan Muslim)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ
10. Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Rabb kita Tabaraka wa Ta'ala setiap malam turun ke langit dunia ketika sepertiga malam, lantas Ia berkata, 'Siapa yang berdoa kepada-Ku maka aku beri, siapa yang meminta ampun kepada-Ku maka Aku ampuni?." (HR Bukhari)
فَإِذَا أَمَرْتُكُمْ بِشَيْئٍ فَأْتُوْا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ
11. Sabda nabi SAW, ““Jika aku memerintahkan kalian mengerjakan sesuatu, maka kerjakanlah menurut kesanggupan kalian.” (HR Bukhari dan Muslim)
3. Zakat
عَنِ اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا: ( أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم بَعَثَ مُعَاذًا رضي الله عنه إِلَى اَلْيَمَنِ ) فَذَكَرَ اَلْحَدِيثَ, وَفِيهِ: ( أَنَّ اَللَّهَ قَدِ اِفْتَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً فِي أَمْوَالِهِمْ, تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ, فَتُرَدُّ فِ ي فُقَرَائِهِمْ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ, وَاللَّفْظُ لِلْبُخَارِيّ ِ
12. Dari Ibnu Abbas r. bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengutus Mu'adz ke negeri Yaman --ia meneruskan hadits itu-- dan didalamnya (beliau bersabda): "Sesungguhnya Allah telah mewajibkan mereka zakat dari harta mereka yang diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan dibagikan kepada orang-orang fakir di antara mereka." (HR Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut Bukhari)
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: ( قِيلَ يَا رَسُولَ اَللَّهِ: أَيُّ اَلصَّدَقَةِ أَفْضَلُ? قَالَ: "جُهْدُ اَلْمُقِلِّ, وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُولُ" ) أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ, وَأَبُو دَاوُدَ, وَصَحَّحَهُ اِبْنُ خُزَيْمَةَ, وَابْنُ حِبَّانَ, وَالْحَاكِمُ
13. Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah ditanya: Wahai Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, sedekah apakah yang paling mulia? Beliau menjawab: "Sedekah orang yang tak punya, dan mulailah (memberi sedekah) atas orang yang banyak tanggungannya. Dikeluarkan oleh Ahmad dan Abu Dawud. (Hadits Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Hakim)
وَعَنْ حَكِيمِ بْنِ حِزَامٍ رضي الله عنه عَنِ اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ( اَلْيَدُ اَلْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ اَلْيَدِ اَلسُّفْلَى, وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُولُ, وَخَيْرُ اَلصَّدَقَةِ عَنْ ظَهْرِ غِنًى, وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اَللَّهُ, وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اَللَّهُ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ, وَاللَّفْظُ لِلْبُخَارِيِّ
14. Dari Hakim Ibnu Hazm Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Tangan yang di atas (pemberi) lebih baik daripada tangan yang di bawah (penerima); dan mulailah dari orang-orang yang banyak tanggungannya; dan sebaik-baik sedekah ialah yang diambil dari sisa kebutuhan sendiri, barangsiapa menjaga kehormatannya Allah akan menjaganya dan barangsiapa merasa cukup Allah akan mencukupkan kebutuhannya." (HR Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut riwayat Bukhari)
4. Puasa
وَعَنِ اِبْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ أَعْرَابِيًّا جَاءَ إِلَى اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ: ( إِنِّي رَأَيْتُ اَلْهِلَالَ, فَقَالَ: " أَتَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اَللَّهُ? " قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: " أَتَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اَللَّهِ? " قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: " فَأَذِّنْ فِي اَلنَّاسِ يَا بِلَالُ أَنْ يَصُومُوا غَدًا" ) رَوَاهُ اَلْخَمْسَةُ, وَصَحَّحَهُ اِبْنُ خُزَيْمَةَ, وَابْنُ حِبَّانَ
15. Dari Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu bahwa ada seorang Arab Badui menghadap Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, lalu berkata: Sungguh aku telah melihat bulan sabit (tanggal satu). Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bertanya: "Apakah engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah?" Ia berkata: Ya. Beliau bertanya: "Apakah engkau bersaksi bahwa Muhammad itu utusan Allah." Ia menjawab: Ya. Beliau bersabda: "Umumkanlah pada orang-orang wahai Bilal, agar besok mereka shaum." (HR Imam Lima. Hadits shahih menurut Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban)
وَعَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اَللَّهِ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا; ( أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم خَرَجَ عَامَ اَلْفَتْحِ إِلَى مَكَّةَ فِي رَمَضَانَ, فَصَامَ حَتَّى بَلَغَ كُرَاعَ الْغَمِيمِ, فَصَامَ اَلنَّاسُ, ثُمَّ دَعَا بِقَدَحٍ مِنْ مَاءٍ فَرَفَعَهُ, حَتَّى نَظَرَ اَلنَّاسُ إِلَيْهِ, ثُمَّ شَرِبَ, فَقِيلَ لَهُ بَعْدَ ذَلِكَ: إِنَّ بَعْضَ اَلنَّاسِ قَدْ صَامَ. قَالَ: أُولَئِكَ اَلْعُصَاةُ, أُولَئِكَ اَلْعُصَاةُ )
16. Dari Jabir Ibnu Abdullah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam keluar pada tahun penaklukan kota Mekah di bulan Ramadhan. Beliau shaum, hingga ketika sampai di kampung Kura' al-Ghomam orang-orang ikut shaum. Kemudian beliau meminta sekendi air, lalu mengangkatnya, sehingga orang-orang melihatnya dan beliau meminumnya. Kemudian seseorang bertanya kepada beliau bahwa sebagian orang telah shaum. Beliau bersabda: "Mereka itu durhaka, mereka itu durhaka."
وَفِي لَفْظٍ: ( فَقِيلَ لَهُ: إِنَّ اَلنَّاسَ قَدْ شَقَّ عَلَيْهِمُ اَلصِّيَامُ, وَإِنَّمَا يَنْظُرُونَ فِيمَا فَعَلْتَ، فَدَعَا بِقَدَحٍ مِنْ مَاءٍ بَعْدَ اَلْعَصْرِ، فَشَرِبَ ) رَوَاهُ مُسْلِمٌ
17. Dalam suatu lafadz hadits shahih ada seseorang berkata pada beliau: Orang-orang merasa berat shaum dan sesungguhnya mereka menunggu apa yang baginda perbuat. Lalu setelah Ashar beliau meminta sekendi air dan meminumnya. (HR Muslim)
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: ( جَاءَ رَجُلٌ إِلَى اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ: هَلَكْتُ يَا رَسُولَ اَللَّهِ. قَالَ: وَمَا أَهْلَكَكَ ? قَالَ: وَقَعْتُ عَلَى اِمْرَأَتِي فِي رَمَضَانَ، فَقَالَ: هَلْ تَجِدُ مَا تَعْتِقُ رَقَبَةً? قَالَ: لَا قَالَ: فَهَلْ تَسْتَطِيعُ أَنْ تَصُومَ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ? قَالَ: لَا قَالَ: فَهَلْ تَجِدُ مَا تُطْعِمُ سِتِّينَ مِسْكِينًا? قَالَ: لَا, ثُمَّ جَلَسَ, فَأُتِي اَلنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم بِعَرَقٍ فِيهِ تَمْرٌ. فَقَالَ: تَصَدَّقْ بِهَذَا , فَقَالَ: أَعَلَى أَفْقَرَ مِنَّا? فَمَا بَيْنَ لَابَتَيْهَا أَهْلُ بَيْتٍ أَحْوَجُ إِلَيْهِ مِنَّا, فَضَحِكَ اَلنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم حَتَّى بَدَتْ أَنْيَابُهُ، ثُمَّ قَالَ:اذْهَبْ فَأَطْعِمْهُ أَهْلَكَ ) رَوَاهُ اَلسَّبْعَةُ, وَاللَّفْظُ لِمُسْلِمٍ
18. Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu berkata: Ada seorang laki-laki menghadap Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, lalu berkata: Wahai Rasulullah, aku telah celaka. Beliau bertanya: "Apa yang mencelakakanmu?" Ia menjawab: Aku telah mencampuri istriku pada saat bulan Ramadhan. Beliau bertanya: "Apakah engkau mempunyai sesuatu untuk memerdekakan budak?" ia menjawab: Tidak. Beliau bertanya: "Apakah engkau mampu shaum dua bulan berturut-turut?" Ia menjawab: Tidak. Lalu ia duduk, kemudian Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memberinya sekeranjang kurma seraya bersabda: "Bersedekahlan denan ini." Ia berkata: "Apakah kepada orang yang lebih fakir daripada kami? Padahal antara dua batu hitam di Madinah tidak ada sebuah keluarga pun yang lebih memerlukannya daripada kami. Maka tertawalah Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sampai terlihat gigi siungnya, kemudian bersabda: "Pergilah dan berilah makan keluargamu dengan kurma itu." (HR Imam Tujuh dan lafadznya menurut riwayat Muslim.)
5. Haji, Umrah
َعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ( اَلْعُمْرَةُ إِلَى اَلْعُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا, وَالْحَجُّ اَلْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا اَلْجَنَّةَ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
19. Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Umrah ke umrah menghapus dosa antara keduanya, dan tidak ada pahala bagi haji mabruru kecuali surga." (HR Muttafaq Alaihi)
وَعَنْهُ قَالَ: خَطَبَنَا رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ: ( إِنَّ اَللَّهَ كَتَبَ عَلَيْكُمُ اَلْحَجَّ فَقَامَ اَلْأَقْرَعُ بْنُ حَابِسٍ فَقَالَ: أَفِي كَلِّ عَامٍ يَا رَسُولَ اَللَّهِ? قَالَ: لَوْ قُلْتُهَا لَوَجَبَتْ, اَلْحَجُّ مَرَّةٌ, فَمَا زَادَ فَهُوَ تَطَوُّعٌ ) رَوَاهُ اَلْخَمْسَةُ, غَيْرَ اَلتِّرْمِذِيِّ
20. Ibnu Abbas Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berkhutbah di hadapan kami seraya bersabda: "Sesungguhnya Allah telah mewajibkan haji atasmu." Maka berdirilah al-Aqra' Ibnu Habis dan bertanya: Apakah dalam setiap tahun, wahai Rasulullah? Beliau bersabda: "Jika aku mengatakannya, ia menjadi wajib. Haji itu sekali dan selebihnya adalah sunat." (HR Imam Lima selain Tirmidzi)
6. Dzikir dan Doa
حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ حَفْصٍ حَدَّثَنَا أَبِي حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ سَمِعْتُ أَبَا صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً
21. Telah menceritakan kepada kami 'Amru bin Hafs telah menceritakan kepada kami Ayahku telah menceritakan kepada kami Al A'masy aku mendengar Abu Shalih dari Abu Hurairah radliyallahu'anhu berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Aku berada dalam prasangka hamba-Ku, dan Aku selalu bersamanya jika ia mengingat-Ku, jika ia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Aku mengingatnya dalam diri-Ku, dan jika ia mengingat-Ku dalam perkumpulan, maka Aku mengingatnya dalam perkumpulan yang lebih baik daripada mereka, jika ia mendekatkan diri kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekatkan diri kepadanya sehasta, dan jika ia mendekatkan diri kepada-Ku sehasta, Aku mendekatkan diri kepadanya sedepa, jika ia mendatangi-Ku dalam keadaan berjalan, maka Aku mendatanginya dalam keadaan berlari." (HR Bukhari)
حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ أَخْبَرَنِي أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ قَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ وَاللَّهِ إِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِي الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً
22. Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman telah mengabarkan kepada kami Syu'aib dari Az Zuhri dia berkata; telah mengabarkan kepadaku Abu Salamah bin Abdurrahman dia berkata; Abu Hurairah berkata; saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Demi Allah, sesungguhnya aku beristighfar (meminta ampunan) dan bertaubat kepada Allah dalam satu hari lebih dari tujuh puluh kali." (HR Bukhari)
عَنْ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ الْأَغَرِّ الْمُزَنِيِّ وَكَانَتْ لَهُ صُحْبَةٌ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّهُ لَيُغَانُ عَلَى قَلْبِي وَإِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ فِي الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ
23. dari Abu Burdah dari Al Aghar Al Muzanni, -salah seorang sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, - Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya hatiku tidak pernah lalai dari dzikir kepada Allah, susungguhnya Aku beristighfar seratus kali dalam sehari." (HR Muslim)
وَعَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( سَيِّدُ اَلِاسْتِغْفَارِ أَنْ يَقُولَ اَلْعَبْدُ اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اِسْتَطَعْتُ أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَبُوءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ وَأَبُوءُ لَكَ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي; فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ اَلذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ ) أَخْرَجَهُ اَلْبُخَارِيُّ
24. Dari Syaddad Ibnu Aus Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Permohonan ampunan (istighfar) yang paling utama ialah seorang hamba membaca (artinya = Ya Allah Engkaulah Tuhanku tidak ada Tuhan selain Engkau yang telah menciptakan diriku aku hamba-Mu aku selalu berada dalam ikatan-Mu dan perjanjian-Mu selama aku mampu aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan yang aku perbuat aku mengaku kepada-Mu dengan dosaku maka ampunilah aku sebab tiada yang akan mengampuni dosa selain Engkau)." (HR Bukhari)
وَعَنْ أَبِي مُوسَى اَلْأَشْعَرِيِّ رضي الله عنه قَالَ: ( كَانَ اَلنَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يَدْعُو: اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي خَطِيئَتِي وَجَهْلِي وَإِسْرَافِي فِي أَمْرِي وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي اَللَّهُمَّ اِغْفِرْ لِي جِدِّي وَهَزْلِي وَخَطَئِي وَعَمْدِي وَكُلُّ ذَلِكَ عِنْدِي اَللَّهُمَّ اِغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي أَنْتَ اَلْمُقَدِّمُ وَالْمُؤَخِّرُ وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
25. Abu Musa al-Asy'ary Radliyallaahu 'anhu berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam membaca doa: "(artinya = Ya Allah ampunilah dosaku kebodohanku keborosanku dalam urusanku dan apa-apa yang Engkau lebih mengetahuinya daripada diriku. Ya Allah ampunilah diriku karena kesungguhanku senda gurauku kesalahanku dan kesengajaanku semuanya itu ada padaku. Ya Allah ampunilah diriku dari dosa yang telah dan aku lakukan apa yang aku sembunyikan apa yang aku tampakkan dan apa yang Engkau lebih mengetahuinya daripada diriku. Engkau yang memajukan Engkau yang mengundurkan dan Engkau berkuasa atas segala sesuatu)." (HR Muttafaq Alaihi)
7. Pernikahan
عَنْ عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ رضي الله عنه قَالَ لَنَا رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( يَا مَعْشَرَ اَلشَّبَابِ ! مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ اَلْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ , فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ , وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ , وَمَنْ لَمْ
يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ ; فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
26. Abdullah Ibnu Mas'ud Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda pada kami: "Wahai generasi muda, barangsiapa di antara kamu telah mampu berkeluarga hendaknya ia kawin, karena ia dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Barangsiapa belum mampu hendaknya berpuasa, sebab ia dapat mengendalikanmu." (HR Muttafaq Alaihi)
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : ( تُنْكَحُ اَلْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ : لِمَالِهَا , وَلِحَسَبِهَا , وَلِجَمَالِهَا , وَلِدِينِهَا , فَاظْفَرْ بِذَاتِ اَلدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
27. Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Perempuan itu dinikahi karena empat hal, yaitu: harta, keturunan, kecantikan, dan agamanya. Dapatkanlah wanita yang taat beragama, engkau akan berbahagia." (HR Muttafaq Alaihi)
حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عَوْنٍ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ عَنْ أَبِي حَازِمٍ عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ أَتَتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ امْرَأَةٌ فَقَالَتْ إِنَّهَا قَدْ وَهَبَتْ نَفْسَهَا لِلَّهِ وَلِرَسُولِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَا لِي فِي النِّسَاءِ مِنْ حَاجَةٍ فَقَالَ رَجُلٌ زَوِّجْنِيهَا قَالَ أَعْطِهَا ثَوْبًا قَالَ لَا أَجِدُ قَالَ أَعْطِهَا وَلَوْ خَاتَمًا مِنْ حَدِيدٍ فَاعْتَلَّ لَهُ فَقَالَ مَا مَعَكَ مِنْ الْقُرْآنِ قَالَ كَذَا وَكَذَا قَالَ فَقَدْ زَوَّجْتُكَهَا بِمَا مَعَكَ مِنْ الْقُرْآنِ
28. Telah menceritakan kepada kami Amru bin 'Aun Telah menceritakan kepada kami Hammad dari Abu Hazim dari Sahl bin Sa'd ia berkata; Seorang wanita mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata bahwasanya, ia telah menyerahkan dirinya untuk Allah dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wasallam. Maka beliau bersabda: Aku tidak berhasrat terhadap wanita itu. Tiba-tiba seorang laki-laki berkata, Nikahkanlah aku dengannya. Beliau bersabda: Berikanlah mahar (berupa) pakaian padanya. Laki-laki itu berkata, Aku tidak punya. Beliau pun bersabda kembali, Berikanlah meskipun hanya berupa cincin besi. Ternyata ia pun tak punya. Kemudian beliau bertanya, Apakah kamu memiliki hafalan Al Qur`an? laki-laki itu menjawab, Ya, surat ini dan ini. Maka beliau bersabda: Aku telah menikahkanmu dengan wanita itu, dengan mahar hafalan Al Qur`anmu
َوَعَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ اَلسَّاعِدِيِّ - رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا- قَالَ : ( جَاءَتِ امْرَأَةٌ إِلَى رَسُولِ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَتْ : يَا رَسُولَ اَللَّهِ ! جِئْتُ أَهَبُ لَكَ نَفْسِي , فَنَظَرَ إِلَيْهَا رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَصَعَّدَ اَلنَّظَرَ فِيهَا , وَصَوَّبَهُ , ثُمَّ طَأْطَأَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم رَأْسَهُ , فَلَمَّا رَأَتْ اَلْمَرْأَةُ أَنَّهُ لَمْ يَقْضِ فِيهَا شَيْئًا جَلَسَتْ , فَقَامَ رَجُلٌ مِنْ أَصْحَابِهِ. فَقَالَ : يَا رَسُولَ اَللَّهِ ! إِنْ لَمْ يَكُنْ لَكَ بِهَا حَاجَةٌ فَزَوِّجْنِيهَا. قَالَ : فَهَلْ عِنْدكَ مِنْ شَيْءٍ ? فَقَالَ : لَا , وَاَللَّهِ يَا رَسُولَ اَللَّهِ. فَقَالَ : اِذْهَبْ إِلَى أَهْلِكَ , فَانْظُرْ هَلْ تَجِدُ شَيْئًا ? فَذَهَبَ , ثُمَّ رَجَعَ ? فَقَالَ : لَا , وَاَللَّهِ يَا رَسُولَ اَللَّهِ، مَا وَجَدْتُ شَيْئًا. فَقَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم انْظُرْ وَلَوْ خَاتَمًا مِنْ حَدِيدٍ، فَذَهَبَ، ثُمَّ رَجَعَ. فَقَالَ : لَا وَاَللَّهِ , يَا رَسُولَ اَللَّهِ , وَلَا خَاتَمًا مِنْ حَدِيدٍ , وَلَكِنْ هَذَا إِزَارِي - قَالَ سَهْلٌ : مَالُهُ رِدَاءٌ - فَلَهَا نِصْفُهُ. فَقَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم مَا تَصْنَعُ بِإِزَارِكَ ? إِنْ لَبِسْتَهُ لَمْ يَكُنْ عَلَيْهَا مِنْهُ شَيْءٌ، وَإِنْ لَبِسَتْهُ لَمْ يَكُنْ عَلَيْكَ شَيْءٌ فَجَلَسَ اَلرَّجُلُ , وَحَتَّى إِذَا طَالَ مَجْلِسُهُ قَامَ ; فَرَآهُ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم مُوَلِّيًا , فَأَمَرَ بِهِ , فَدُعِيَ لَهُ , فَلَمَّا جَاءَ. قَالَ : مَاذَا مَعَكَ مِنَ الْقُرْآنِ ? قَالَ : مَعِي سُورَةُ كَذَا , وَسُورَةُ كَذَا , عَدَّدَهَا فَقَالَ : تَقْرَؤُهُنَّ عَنْ ظَهْرِ قَلْبِكَ ? قَالَ : نَعَمْ , قَالَ : اِذْهَبْ , فَقَدَ مَلَّكْتُكَهَا بِمَا مَعَكَ مِنَ الْقُرْآنِ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ , وَاللَّفْظُ لِمُسْلِمٍ وَفِي رِوَايَةٍ لَهُ : ( اِنْطَلِقْ , فَقَدْ زَوَّجْتُكَهَا , فَعَلِّمْهَا مِنَ الْقُرْآنِ ) وَفِي رِوَايَةٍ لِلْبُخَارِيِّ : ( أَمْكَنَّاكَهَا بِمَا مَعَكَ مِنَ الْقُرْآنِ )
29. Sahal Ibnu Sa'ad al-Sa'idy Radliyallaahu 'anhu berkata: Ada seorang wanita menemui Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan berkata: Wahai Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, aku datang untuk menghibahkan diriku pada baginda. Lalu Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memandangnya dengan penuh perhatian, kemudian beliau menganggukkan kepalanya. Ketika perempuan itu mengerti bahwa beliau tidak menghendakinya sama sekali, ia duduk. Berdirilah seorang shahabat dan berkata: "Wahai Rasulullah, jika baginda tidak menginginkannya, nikahkanlah aku dengannya. Beliau bersabda: "Apakah engkau mempunyai sesuatu?" Dia menjawab: Demi Allah tidak, wahai Rasulullah. Beliau bersabda: "Pergilah ke keluargamu, lalu lihatlah, apakah engkau mempunyai sesuatu." Ia pergi, kemudian kembali dam berkata: Demi Allah, tidak, aku tidak mempunyai sesuatu. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Carilah, walaupun hanya sebuah cincin dari besi." Ia pergi, kemudian kembali lagi dan berkata: Demi Allah tidak ada, wahai Rasulullah, walaupun hanya sebuah cincin dari besi, tetapi ini kainku -Sahal berkata: Ia mempunyai selendang -yang setengah untuknya (perempuan itu). Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Apa yang engkau akan lakukan dengan kainmu? Jika engkau memakainya, Ia tidak kebagian apa-apa dari kain itu dan jika ia memakainya, engkau tidak kebagian apa-apa." Lalu orang itu duduk. Setelah duduk lama, ia berdiri. Ketika Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melihatnya berpaling, beliau memerintah untuk memanggilnya. Setelah ia datang, beliau bertanya: "Apakah engkau mempunyai hafalan Qur'an?" Ia menjawab: Aku hafal surat ini dan itu. Beliau bertanya: "Apakah engkau menghafalnya di luar kepala?" Ia menjawab: Ya. Beliau bersabda: "Pergilah, aku telah berikan wanita itu padamu dengan hafalan Qur'an yang engkau miliki." Muttafaq Alaihi dan lafadznya menurut Muslim. Dalam suatu riwayat: Beliau bersabda padanya: "berangkatlah, aku telah nikahkan ia denganmu dan ajarilah ia al-Qur'an." Menurut riwayat Bukhari: "Aku serahkan ia kepadamu dengan (maskawin) al-Qur'an yang telah engkau hafal."
َوَعَنْ عُبَادَةَ بْنِ اَلصَّامِتِ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( خُذُوا عَنِّي, خُذُوا عَنِّي, فَقَدْ جَعَلَ اَللَّهُ لَهُنَّ سَبِيلاً, اَلْبِكْرُ بِالْبِكْرِ جَلْدُ مِائَةٍ, وَنَفْيُ سَنَةٍ, وَالثَّيِّبُ بِالثَّيِّبِ جَلْدُ مِائَةٍ, وَالرَّجْمُ ) رَوَاهُ مُسْلِم
30. Dari Ubadah Ibnu al-Shomit bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Ambillah (hukum) dariku. Ambillah (hukum) dariku. Allah telah membuat jalan untuk mereka (para pezina). Jejaka berzina dengan gadis hukumannya seratus cambukan dan diasingkan setahun. Duda berzina dengan janda hukumannya seratus cambukan dan dirajam." (HR Muslim)
َوَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: ( أَتَى رَجُلٌ مِنْ اَلْمُسْلِمِينَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم -وَهُوَ فِي اَلْمَسْجِدِ- فَنَادَاهُ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اَللَّهِ! إِنِّي زَنَيْتُ, فَأَعْرَضَ عَنْهُ, فَتَنَحَّى تِلْقَاءَ وَجْهِهِ, فَقَالَ: يَا رَسُولَ اَللَّهِ! إِنِّي زَنَيْتُ, فَأَعْرَضَ عَنْهُ, حَتَّى ثَنَّى ذَلِكَ عَلَيْهِ أَرْبَعَ مَرَّاتٍ, فَلَمَّا شَهِدَ عَلَى. نَفْسِهِ أَرْبَعَ شَهَادَاتٍ. دَعَاهُ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ أَبِكَ جُنُونٌ? قَالَ لَا قَالَ: فَهَلْ أَحْصَنْتَ? قَالَ: نَعَمْ فَقَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم اِذْهَبُوا بِهِ فَارْجُمُوهُ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْه
31. Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu berkata: Ada seorang dari kaum muslimin menemui Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam ketika beliau sedang berada di masjid. Ia menyeru beliau dan berkata: wahai Rasulullah, sungguh aku telah berzina. Beliau berpaling darinya dan orang itu berputar menghadap wajah beliau, lalu berkata: Wahai Rasulullah, sungguh aku telah berzina. Beliau memalingkan muka lagi, hingga orang itu mengulangi ucapannya empat kali. Setelah ia bersaksi dengan kesalahannya sendiri empat kali, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memanggilnya dan bersabda: "Apakah engkau gila?". Ia menjawab: Tidak. Beliau bertanya: "Apakah engkau sudah kawin?". Ia menjawab: Ya. Lalu Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "bawalah dia dan rajamlah." (HR Muttafaq Alaihi)
َوَعَنْ عِمْرَانَ بْنِ حَصِينٍ رضي الله عنه ( أَنَّ اِمْرَأَةً مِنْ جُهَيْنَةَ أَتَتْ نَبِيَّ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم -وَهِيَ حُبْلَى مِنْ اَلزِّنَا-فَقَالَتْ: يَا نَبِيَّ اَللَّهِ! أَصَبْتُ حَدًّا, فَأَقِمْهُ عَلَيَّ, فَدَعَا نَبِيُّ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَلِيَّهَا. فَقَالَ: أَحْسِنْ إِلَيْهَا فَإِذَا وَضَعَتْ فَائْتِنِي بِهَا فَفَعَلَ فَأَمَرَ بِهَا فَشُكَّتْ عَلَيْهَا ثِيَابُهَا, ثُمَّ أَمَرَ بِهَا فَرُجِمَتْ, ثُمَّ صَلَّى عَلَيْهَا, فَقَالَ عُمَرُ: أَتُصَلِّي عَلَيْهَا يَا نَبِيَّ اَللَّهِ وَقَدْ زَنَتْ? فَقَالَ: لَقَدْ تَابَتْ تَوْبَةً لَوْ قُسِّمَتْ بَيْنَ سَبْعِينَ مِنْ أَهْلِ اَلْمَدِينَةِ لَوَسِعَتْهُمْ, وَهَلْ وَجَدَتْ أَفَضَلَ مِنْ أَنْ جَادَتْ بِنَفْسِهَا لِلَّهِ? ) رَوَاهُ مُسْلِمٌ
32. Dari Imran Ibnu Hushoin Radliyallaahu 'anhu bahwa ada seorang perempuan dari Juhainah menemui Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam -dia sedang hamil karena zina- dan berkata: Wahai Nabi Allah, aku harus dihukum, lakukanlah hukuman itu padaku. Lalu Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memanggil walinya dan bersabda: "Berbuat baiklah padanya, apabila ia melahirkan, bawalah bayi itu kepadaku." Kemudian beliau menyolatkannya. Berkatalah Umar: Apakah baginda menyolatkannya wahai Nabi Allah, padahal ia telah berzina? Beliau menjawab: "Ia benar-benar telah bertaubat yang sekiranya taubatnya dibagi antara tujuh puluh penduduk Madinah, niscaya cukup buat mereka. Apakah engkau mendapatkan seseorang yang lebih utama daripada ia menyerahkan dirinya karena Allah?". (HR Muslim)
8. Qurban
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ, فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا ) رَوَاهُ أَحْمَدُ, وَابْنُ مَاجَه
33. Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa mempunyai kemudahan untuk berkurban, namun ia belum berkurban, maka janganlah sekali-kali ia mendekati tempat sholat kami." (HR Ahmad dan Ibnu Majah)
َوَعَنْ جَابِرِ بنِ عَبْدِ اَللَّهِ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: ( نَحَرْنَا مَعَ اَلنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم عَامَ اَلْحُدَيْبِيَةِ: اَلْبَدَنَةَ عَنْ سَبْعَةٍ, وَالْبَقَرَةَ عَنْ سَبْعَةٍ ) رَوَاهُ مُسْلِم
34. Jabir Ibnu Abdullah berkata: Kami pernah menyembelih bersama Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pada tahun Hudaibiyyah seekor unta untuk tujuh orang dan seekor sapi untuk tujuh orang. (HR Muslim).
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ مُحَمَّدٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ ذَبَحَ قَبْلَ الصَّلَاةِ فَإِنَّمَا ذَبَحَ لِنَفْسِهِ وَمَنْ ذَبَحَ بَعْدَ الصَّلَاةِ فَقَدْ تَمَّ نُسُكُهُ وَأَصَابَ سُنَّةَ الْمُسْلِمِينَ
35. Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada kami Isma'il dari Ayyub dari Muhammad dari Anas bin Malik radliallahu 'anhu, dia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa menyembelih (binatang kurban) sebelum shalat (ied), maka ia menyembelih untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa menyembelih setelah shalat (ied), maka ibadah kurbannya telah sempurna dan bertindak sesuai dengan sunnah kaum Muslimin." (HR Bukhari)
حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ عَنْ يَزِيدَ بْنِ أَبِي عُبَيْدٍ عَنْ سَلَمَةَ بْنِ الْأَكْوَعِ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ ضَحَّى مِنْكُمْ فَلَا يُصْبِحَنَّ بَعْدَ ثَالِثَةٍ وَبَقِيَ فِي بَيْتِهِ مِنْهُ شَيْءٌ فَلَمَّا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ نَفْعَلُ كَمَا فَعَلْنَا عَامَ الْمَاضِي قَالَ كُلُوا وَأَطْعِمُوا وَادَّخِرُوا فَإِنَّ ذَلِكَ الْعَامَ كَانَ بِالنَّاسِ جَهْدٌ فَأَرَدْتُ أَنْ تُعِينُوا فِيهَا
36. Telah menceritakan kepada kami Abu 'Ashim dari Yazid bin Abu 'Ubaid dari Salamah bin Al Akwa' dia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Siapa saja di antara kalian yang berkurban, janganlah menyisakan daging kurban di rumahnya melebihi tiga hari. Pada tahun berikutnya orang-orang bertanya; Wahai Rasulullah, apakah kami harus melakukan sebagaimana yang kami lakukan pada tahun lalu? beliau bersabda: Makanlah daging kurban tersebut dan bagilah sebagiannya kepada orang lain serta simpanlah sebagian yang lain, sebab tahun lalu orang-orang dalam keadaan kesusahan, oleh karena itu saya bermaksud supaya kalian dapat membantu mereka. (HR Bukhari)
Daftar Pustaka :
1. Abdul Kadir Audah, Islam dan Perundang-Undangan (Al Islam wa Audha’unal Qanuniyyah), Jakarta : Bulan Bintang, 1984
2. Abdul Wahhab Khallaf, Ikhtisar Sejarah Pembentukan Hukum Islam (Khulashoh Tarikhut Tasyri’ Al Islami), Surabaya : Bina Ilmu, 1988
3. Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh ; Kaidah Hukum Islam, Jakarta : Pustaka Amani, 2003
4. Abdul Wahhab Khallaf, Sejarah Legislasi Islam (Tarikhut Tasyri’ Al Islami), Surabaya : Al Ikhlas, 1994
5. Ahmad Ibnu Hanbal, Betulkanlah Sholat Anda, Jakarta : Bulan Bintang, 1989
6. Ahmad Zaki Yamani, Syariat Islam yang Kekal dan Persoalan Masa Kini (Asysyariatul Khalidat wa Musykilatul Asr), Jakarta : LSIK, 1977
7. Al Ghazali, Rahasia-Rahasia Shalat, Bandung : Karisma, 1999
8. Hudari Bik, Tarjamah Tarikhut Tasyri al Islamiy (Tarikhut Tasyri al Islamiy), Semarang : Darul Ihya, 1980
9. Jamal Sulthon, Fiqh Harakah (Fiqhul Harakah al Ushul wal Muqadimat), Jakarta : Cahaya Press, 2001
10. Mohammad Muslehuddin, Hukum Darurat dalam Islam, Bandung Pustaka, 1985
11. Muhammad Baltaji, Metodologi Ijtihad Umar bin Al Khattab, Jakarta : Khalifa, 2005
12. Said Agil Husein Al-Munawwar, dkk, Mi’raj Orang Beriman ; Adab-Adab Maknawi Sholat, Jakarta : IIMaN dan Hikmah, 2001
13. Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram dalam Islam, Jakarta : Akbar,
14. Yusuf Qardhawi, Ibadah dalam Islam, Jakarta : Akbar,
15. Yusuf Qardhawi, Keluasan dan Keluwesan Syariat Islam (‘Awamilus Sa’ah Wal Murunah Fisy Syari’ah Al Islamiyah), Jakarta : Minaret, 1988
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.