TUJUAN UMUM :
Warga belajar meyakini dan menjadikan Allah SWT sebagai satu-satunya ilah yang disembah (al-ma’bud)
TUJUAN KHUSUS
1. Memahami pengertian aqidah dalam ajaran Islam
2. Meyakini aqidah sebagai fundasi Dinul Islam, yang menentukan baik buruknya perilaku manusia
3. Memahami pengertian dan hakikat syahadatain
4. Memahami pengertian ilah dan kalimat la ilaha illallah
5. Memahami proses pembinaan aqidah dimulai dari penolakan /penghancuran terhadap ilah-ilah dalam diri dan mengokohkan Allah sebagai satu-satunya ilah
6. Anggota dapat memahami perkara-perkara yang membatalkan SyahadahMemahami rukun iman dan menjadikannya sebagai prinsip dalam hidup dan kehidupan
7. Memahami pengertian iman kepada qadha dan qadar Allah dan konsekuensinya bagi seorang muslim
POKOK BAHASAN :
1. Pengertian aqidah secara lughoh dan isthilah
Kata aqidah berasal dari kata ﻋﻘﺪ - ﻴﻌﻘﺪ - ﻋﻗﺪﺍ - ﻋﻘﻳﺪﺓ yang artinya naqiedul hal نقيد الحل(mengikatkan sesuatu), Penggunaan kata aqada di dalam Al Qur’an :
a. “Aqdun” yang berarti ikatan Qs. 2:237
b. “Ahdu” yang berarti perjanjian Qs. 5:1 2:27
c. “Qosmu” yang berarti sumpah Qs. 4:33
Secara istilah, aqidah adalah :
a. Ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan. Sedang pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan
b. Beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketenteraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan. (Hasan Al Bana)
c. Ketentuan atau ketetapan Allah yang fitrah, selalu bersandar kepada kebenaran (haq), sah selamanya (tidak pernah berubah), dan terikat ke dalam hati manusia (Abu Bakar Al-Jazairy)
d. Keimanan yang pasti teguh kepada asma dan shifat-Nya, Rububiyyah-Nya, Mulkiyah-Nya, Uluhiyyah-Nya, para Rasul-Nya, kitab-Nya, hari Kiamat, malaikat-Nya, qadha dan qadar-Nya, semua yang terdapat dalam pokok-pokok agama (ushuluddiin) dengan ketundukkan yang total kepada Allah Ta'ala baik dalam perintah-Nya, hukum-Nya maupun ketaatan kepada-Nya serta meneladani Rasulullah SAW
2. Kedudukan Aqidah dalam Dinul Islam
Aqidah merupakan hak Allah yang harus dipenuhi oleh setiap muslim. Kedudukan aqidah adalah :
a. Seperti fondasi bagi bangunan, yaitu bangunan Al Islam (minhajul hayah). Qs. 9:109
b. Jika diibaratkan dengan pohon, aqidah merupakan akar pohon tersebut. Qs. 14:24-25
3. Nilai penting Aqidah :
a. Syarat sahnya amal perbuatan manusia Qs. 18:110 39:65 39:2-3
b. Landasan setiap amal manusia QS. 16: 97
c. Aqidah merupakan penyelamat satu-satunya bagi manusia di hari qiyamat
4. Pengaruh Aqidah dalam pembinaan ummat
a. Merdeka, lepas dari segala bentuk penghambaan kepada segala Thagut Qs. 60:4 109:1-5
b. Meraih kemuliaan dan harga diri Qs. 63:8
c. Mendapatkan ketenangan Qs. 13:28
d. Mendapatkan rasa aman Qs. 6:82
e. Optimis dengan masa depan Qs. 12:87
f. Mendapatkan keberkahan Qs. 7:96
g. Mendapatkan keberanian Qs. 9:40 41:31
h. Mendapatkan kepemimpinan Qs. 24:55
5. Aqidah sebagai asas dakwah pada Nabi dan Rasul
Aqidah merupakan asas dakwah para Nabi. Setiap diutus Nabi kepada suatu kaum maka misi utamanya adalah membersihkan aqidah kaum tersebut, mendidik mereka untuk menjadikan Allah sebagai satu-satunya Ilah Qs. 16 : 36, 21 : 25, 7 : 59, 65,73,85
6. Syahadatain
Syahadatain adalah satu-satunya garis pembatas antara muslim dan kafir. Syahadah adalah kalimat pertama dalam dakwah, setelah manusia menerimanya barulah mereka diajak untuk menegakkan rukun-rukun Islam. Qs. 3:64
Kalimat Asyhadu dalam bahasa Arab mempunyai kemungkinan tiga makna. Al Qu’an telah menggunakan bentuk derivative kata ini dengan ketiga makna tersebut yaitu :
a. Dari kata dasar almusyaahadah “penglihatan” المشاهدة Qs. 83:21
b. Dari kata dasar asysyahaadah “persaksian” الشهادة Qs. 65:2
c. Dari kata dasar al-half “sumpah” الحلف Qs. 63:1-2
Maka perkataan nasyhadu ﻨﺸﻬﺪ sebagai sumpah. Diantara makna-makna ini ada keterkaitan yang utuh, manusia bersumpah jika ia bersaksi dan bersaksi jika dia menyaksikan. Dengan ini maka persaksian Lailaha Illallah dilihat dengan terpenuhinya makna-makna sebagai berikut :
a. Memberi persaksian bahwa dengan akal dan hati
b. Memberi persaksian ini dengan lisan
c. Dan persaksian ini harus dilakukan dengan tegas dan tanpa keragu-raguan
Menurut Abul Ala Maududi, “Ketika anda membaca syahadah lailaha illallah muhammadan rasulullah, berarti pada saat itu anda telah mengakui bahwa satu-satunya hukum yang harus anda patuhi adalah hukum Allah, yang berdaulat atas diri anda hanyalah Allah, pemerintah anda hanyalah Allah, hanya Allah-lah yang harus anda patuhi”.
7. Fungsi dan nilai penting syahadah
Fungsi Syahadah : sebagai pembeda muslim dan kafir, sebagai furqon alhaq dan albathil, dan prosedur standart memasuki Dinul Islam. Qs. 3/64 3/52 63/1
Nilai penting syahadah :
a. Haram darah dan hartanya sebagai muslim
b. Pasti Allah memasukkannya ke dalam surga
c. Diampuni dosanya oleh Allah
d. Masuk surga tanpa dihisab
e. Sebaliknya jika seseorang mati dalam keadaan menyekutukan Allah, maka ia akan masuk neraka
8. Pengertian La Ilaha Illallah
Pengertian Ilah ; al-Ilah dari dari segi lughoh adalah pecahan dari “laa ha”, “yaliihu”, “layhan” berarti berlindung, lindungan. “Alaha”, “ya’luhu”, “ilaahatan” berarti menyerahkan atau menitipkan diri supaya selamat dan terjamin. “Al ilahu” berarti “alma’bud” yaitu yang disembah (Qs 2:21). Penggunaan kata Ilah dalam Al Quran :
a. Sesuatu yang dicintai/mahbuub Qs. 9:24 2:165
b. Sesuatu yang diikuti/matbu’ Qs. 10/35
c. Sesuatu yang ditakuti/marhub Qs. 16:51-52
Makna kata ilah dalam kalimat La ilaha illallah sebagai sumber otoritas, sumber legalitas dan sumber loyalitas. Qs. 5/117 7/59,65 7/73 7/85 11/50,61,84 23/23
Makna Kalimat Thoyyibah berdasar Qs. 112:1-4 42:11 16:74 : Kalimat la ilaha illallah dimulai dengan kalimatun nafii (kalimat peniadaan) yaitu la ilaha, yang nafikan/ditiadakan adalah ilah, tidak ada satu ilahpun bagi diri seorang mukmin. Illa, kecuali, Allah. Illa adalah kalimatul itsbat (kalimat peneguhan), yang adalah Allah, Allah sebagai satu-satunya ilah yang diteguhkan dalam qalbu seorang mukmin. Inilah yang disebut dengan keyakinan Allahu Wahdah. Qs. 6:102 6:62 Bagi seorang muslim Allah adalah satu-satunya ilah yang harus diteguhkan (itsbat) dan meniadakan secara total (nafi’) ilah-ilah yang lain. Ia adalah satu di dalam zat-Nya dan unik dalam segala karakteristik-Nya
9. Pengertian Muhammad Rasulullah
Muhammah bin Abdullah SAW adalah Nabi dan Rasul terakhir yang diutus oleh Allah SWT.
Makna kata Muhammadan Rasulullah dalam kalimat La ilaha illallah adalah : Qs. 33:21 9:24 2:165 3:31-32 4:80
a. bahwa Rasulullah SAW merupakan sumber dan pusat keteladanan (uswah), baik dalam hablummiinallah dan hablumminaas.
b. bahwa kecintaan kepada Allah dan Rasulullah harus di atas kecintaan kepada yang lain
10. Perkara Yang Membatalkan Syahadah
a. Batalnya syahadah terjadi jika seseorang murtad dari Dinul Islam. Qs. 2/217 3/144 33/14 5/54 4/137 4/115 3/91 5/5 14/18 47/25-32 3/106 3/176-178
b. Perkara-perkara yang membatalkan syahadah :
1) Syirik Qs. 4/48 5/72
2) Mengadakan perantara dia dengan Allah seperti dalam berdoa, meminta syafaat dan bertawakkal Qs. 2/165-166
3) Tidak mau mengkafirkan orang-orang musyrik dan ragu terhadap kekufuran mereka
4) Meyakini bahwa selain petunjuk Rasulullah SAW ada petunjuk lain yang lebih sempurna Qs.47/8-9
5) Membenci ajaran yang dibawa Rasulullah SAW Qs.9/65-66
6) Menghina sesuatu dari Islam
7) Sihir Qs.2/102
8) Mengangkat orang kafir dan munafik menjadi pemimpin Qs.5/51 4/138-139
9) Memberikan hak mengharamkan dan menghalalkan kepada selain Allah Qs.6/57 9/31
10) Taat secara mutlak kepada selain Allah dan Rasul-Nya Qs.26/151-152
11) Tidak menegakkan hukum Allah Qs.5/44 4/65
12) Lebih menyukai kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat Qs.14/2-3
13) Tidak beriman kepada nash Al Qur’an dan Sunnah Qs.2/85
14) Beribadah bukan kepada Allah SWT Qs.13/13-14
11. Pengertian dan Ruang Lingkup Rukun Iman
Pengertian iman secara etimologi dan terminology, Al Imanu tashdiqun bil qalbi, wa iqrarun billisan, wa amalun bil arkan. Qs.74/31 8/2-4 2/285 8/74 8/2-4 8/74
Rukun-rukun iman : Iman kepada Allah, hari akhir, malaikat Allah, kitab Allah, rasul Allah dan qadha qadhar Allah Qs.2/177 4/136
12. Iman kepada Allah
Salah satu bahasan dalam Aqidah adalah meyakini keberadaan Allah SWT sebagai Rabb yang menciptakan alam semesta beserta segala isinya. Wujud (ada)-nya Allah SWT merupakan sesuatu yang bersifat badihiyat (aksiomatika). Namun demikian untuk membuktikan wujud-Nya dapat dikemuukakan beberapa dalil, antara lain :
a. Dalil Fitrah, secara fitrah setiap anak yang lahir ke dunia memiliki potensi tauhid hanya saja orang tuanyalah yang menjadikan mereka sebagai Yahudi, Nashrani atau Majusi. Qs. 10:12 10:22 17:67
Keyakiinan bahwa Allah wujud muncul dengan sendirinya, terutama dalam kondisi dimana seseorang menghadapi situasi genting
b. Dalil Aqal, dengan menggunakan fikirannya memikirkan dirinya sendiri, alam semesta, dll manusia dapat membuktian adanya Allah SWT. Sejalan dengan ini, Said Hawa mengajukan Teori Fenomenologis yang mencakup sembilan fenoma yang bisa membuktikan adanya dan berkuasanya Allah SWT. Qs. 40:67 16:10-18
c. Dalil Naqli, yaitu Allah SWT memperkenalkan dirinya sendiri kepada manusia melalui wahyu-Nya.
1) Allah adalah Al Awwal dan Al Akhir Qs. 57:3 55:26-27
2) Tidak ada satupun yang menyerupai diri-Nya Qs. 42:11
3) Allahu Ahad, Maha Esa Qs. 112:1
4) Allah mempunyai Asma wa Shifat Qs. 7:18
Mengimani Allah SWT berarti :
a. Mengimani wujud-Nya (keberadaan-Nya), asma wa shifat-Nya (nama dan sifat-Nya), wazhifah-Nya (kedudukan-Nya sebagai Rabbinnas, Malikinnas dan Ilahinnas)
b. Menerima Nabi dan Rasul-Nya
c. Menerima Kitab-Nya sebagai sumber hukum, nilai dan peradaban
13. Iman kepada hari akhir
a. Keimanan kepada Allah dan hari akhir disebut secara khusus oleh Allah dalam Al Qur’an Qs.2/62 14/27
b. Al Qur’an membantah adanya sanggahan dan keraguan manusia akan hari akhir yang berdampak kepada keimanannya kepada Allah Qs.13/5 23/82-83 50/3 32/10 17/99 22/5 30/27 36/77-79 22/5 7/57 43/11 2/72-73 2/243 2/259-260 31/28
c. Hakikat hari akhir dalam Al Qur’an :
1) Finalisasi keadilan bagi segala konflik/ masalah yang ada di dunia Qs.3/18 55/7 42/17
2) Bukti dan wujudnya janji-janji Allah SWT Qs. 39/74 35/5 2/40 40/55 21/104
3) Hadirnya kebenaran sejati yaitu bertemu dengan Allah SWT Qs.11/29 75/23
14. Iman kepada Malaikat
a. Kata malaikat adalah bentuk jamak dari malak, berasal dari mashdar al-alukah artinya arrisalah (misi atau pesan). Malaikat adalah makhluk Allah yang diciptakan dari cahaya dengan tugas dan sifat tertentu Qs. 43/19; 21/26-27; 37/150-152
b. Manusia lebih mulia dari malaikat karena :
1) Fakta bahwa perintah Allah kepada Malaikat untuk bersujud kepada manusia. Q.s. 2/34
2) Malaikat tidak bisa menjawab pertanyaan Allah tentang asma (nama-nama ilmu pengetahuan) Qs. 2/31-33
3) Kepatuhan malaikat kepada Allah karena sifat dan tabiat dasarnya, sementara kepatuhan manusia kepada Allah melalui perjuangan menundukkan hawa nafsu dan godaan syaithan Qs. 21/27 21/19 66/6
4) Manusia diberi tugas oleh Allah untuk mengatur bumi yaitu menjadi khalifah-Nya Qs. 2/30
Dengan melihat pengertian, sifat, kedudukan dan tugas-tugas malaikat diatas, maka bisa diambil hikmah iman kepada malaikat yaitu :
a. Lebih mengenal kebesaran dan kekuasaan Allah SWT yang telah menciptakan dan menugaskan malaikat itu.
b. Lebih bersyukur kepada Allah SWT atas perhatian dan perlindungannya kepada hamba-hamba-Nya melalui para malaikat.
c. Lebih merasakan adanya pengawasan Allah SWT, sehingga selalu hati-hati dan waspada dalam mengarungi kehidupan.
15. Iman kepada kitab Allah
Iman kepada kitab Allah
a. Pengertian kitab secara etimologi dan terminologi : yaitu kalam Allah yang diwahyukan kepada rosul-Nya agar mereka menyampaikan kepada manusia dan yang membacanya bernilai ibadah.
b. Setiap Nabi pasti mendapat risalah (kitab) yang wajib disampaikan kepada kaum atau umatnya. Qs. 2/213
c. Sedangkan beriman kepada kitab-kitab Allah adalah merupakan bagian daari rukun iman Qs. 2/177 2/285 3/184
d. Semua isi kitab menyerukan kepada mengesakan Allah dalam ibadah meskipun dengan syari’at yang berbeda-beda Qs. 16/36, 21/25, 7/65,73,85
Iman kepada kitab Allah diwujudkan dalam bentuk :
a. Meyakini bahwa Allah senantiasa membimbing manusia melalui pengajaran yang diberikan Nabi dan Rasul lewat kitab sucinya/risalahnya Qs. 3/164 62/6
b. Meyakini Al Qur’an sebagai kitab suci yang diturunkan Allah dan memiliki mu’jizat untuk mengalahkan berbagai keraguan manusia terhadapnya Qs. 41/26 17/88 11/13 10/38 2/23-24
c. Membenarkan kandungan/isi Al Qur’an Qs. 2:1-5 2:147 42:14
d. Menjadikan Al Qur’an sebagi satu-satunya hudan bagi kehidupan manusia Qs. 2/2,185 17/9 39/41 10/108 41/44 12/111 72/13
e. Menegakkan hukum-hukum di dalam Al Qur’an Qs. 24/1 13/37 10/37 4/13 5/1 28/85 5/89 5/66 60/10
16. Iman kepada Rasul Allah
a. Pengertian Nabi dan Rasul secara etimologi dan terminology Qs. 4/163 33/7 3/81 19/30-33 3/43 10/71 6/67 6/89
b. Nubuwah adalah anugerah Allah, diberikan kepada orang yang dipilih-Nya Qs. 10/47 4/64-65 33/36 24/51 16/36 62/2 3/164 3/144
Iman kepada Rasul Allah meliputi hal-hal berikut :
a. Mengimani segenap Nabi dan Rasul Allah tanpa membedakan satu dengan yang lainnya, namun meyakini bahwa sebagian mereka lebih utama dari sebagian yang lain Qs. 19/58 7/144 10/6 6/124 33/7 43/31-32
b. Menjadikan pola perjuangan Nabi dan Rasul sebagai ibrah dan mauizhah (pelajaran), khusus kepada Ibrahim AS dan Muhammad menjadikan mereka sebagai uswah (sunnahnya wajib diikuti). Qs. 16/35-36 2/253 2/285 2/136 3/84 4/152 4/150-152 40/78
c. Beriman kepada Nabi Muhammad SAW dengan jalan :
1) Meyakini dan menjadikan sunnahnya sebagai penjabaran dari Al Qur’an yang merupakan sumber hukum kedua Qs. 12/108 60/4 33/21 33/40 7/158 34/28
2) Menjadikan sejarah kehidupannya sebagai pola perjuangan (khittoh) penzhahiran Dinullah dan penjabaran resmi Al Qur’an oleh Rasulullah Qs. 3/31 5/67 16/44 16/64 16/89 14/1 57/9 25/27-30
3) Menjadikan kepribadian dan sifat-sifat Rasulullah SAW sebagai tuntutan akhlaq dan model kepribadian muslim (insan kamil) Qs. 33/21 59/7 17/77 33/62
Qs. 9/128 68/4 9/61 15/88 26/215
17. Iman kepada Qadha dan Qadar
Pengertian qadha dan qadar Qs. 13/8 15/21 54/49 65/3 17/23 15/66 41/10
a. Iman kepada qadha dan qadar meliputi keyakinan-keyakinan dibawah ini, yaitu :
1) Meyakini bahwa apa yang terjadi adalah atas seizin dan keputusan Allah SWT. Keyakinan ini akan melahirkan cara pandang/berfikir positif atas apa yang terjadi, sehingga bisa mengambil hikmah dari segala peristiwa Qs. 57/22-23 6/59 9/51
2) Meyakini bahwa segala nikmat yang diterima adalah berasal dari Allah tetapi jika ada bencana (musibah) itu karena kesalahan manusia sendiri. Keyakinan ini akan melahirkan sikap kehati-hatian (taqwa) dalam melakukan sesuatu Qs. 4/78-79 42/30
3) Meyakini bahwa janji-janji Allah bagi kaum mukminin pasti tercapai, baik janji di dunia atau di akhirat, termasuk janji-Nya untuk memberikan kemenangan kepada kaum muslimin. Keyakinan ini akan melahirkan sikap optimis atas kemenangan di mas depan. Qs. 39/74 35/5 2/40 40/55 21/104 24/55
4) Meyakini bahwa masa depan (keinginan, cita-cita) tidak akan tercapai kecuali melalui usaha dan kerja keras. Keyakinan ini akan melahirkan profesionalitas dalam bekerja dan kesungguhan dalam belajar Qs. 13/11 11/7 57/2 9/105
5) Kenikmatan surga tidak akan bisa dicapai kecuali dengan kualitas iman-ilmu-amal, sebaliknya kesengsaraan neraka disediakan bagi orang yang sengaja memilihnya. Keyakinan ini akan melahirkan kesungguhan dalam iman-ilmu-amal Qs. 18/29 81/28 52/21 57/2 11/7 2/256 3/179
b. Kesalahan dalam iman kepada qadha qadar Allah yaitu Qs. 6/148-149 16/35 10/99 27/47, alhadits
1) Ketika manusia menyalahkan Allah atas apa yang telah terjadi
2) Berdiam diri, atau berpangku tangan tidak melakukan apa-apa karena beranggapan bahwa masa depan sudah ditulis Allah
REFERENSI HADITS :
عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ عَلَى أَنْ يُعْبَدَ اللَّهُ وَيُكْفَرَ بِمَا دُونَهُ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَحَجِّ الْبَيْتِ وَصَوْمِ رَمَضَانَ
1. Dari Ibnu Umar dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau berkata: "Islam didirikan di atas lima dasar: Yaitu agar Allah disembah dan agar selainnya dikufurkan, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji di Baitullah, dan berpuasa Ramadlan (HR Bukhari dan Muslim)
عَنْ أَنَسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَخْرُجُ مِنْ النَّارِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَفِي قَلْبِهِ وَزْنُ شَعِيرَةٍ مِنْ خَيْرٍ وَيَخْرُجُ مِنْ النَّارِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَفِي قَلْبِهِ وَزْنُ بُرَّةٍ مِنْ خَيْرٍ وَيَخْرُجُ مِنْ النَّارِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَفِي قَلْبِهِ وَزْنُ ذَرَّةٍ مِنْ خَيْرٍ قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ قَالَ أَبَانُ حَدَّثَنَا قَتَادَةُ حَدَّثَنَا أَنَسٌ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ إِيمَانٍ مَكَانَ مِنْ خَيْرٍ
2. Dari Anas dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: Akan dikeluarkan dari neraka siapa yang mengatakan tidak ada Ilah kecuali Allah dan dalam hatinya ada kebaikan sebesar jemawut. Dan akan dikeluarkan dari neraka siapa yang mengatakan tidak ada ilah kecuali Allah dan dalam hatinya ada kebaikan sebesar biji gandum. Dan akan dikeluarkan dari neraka siapa yang mengatakan tidak ada ilah kecuali Allah dan dalam hatinya ada kebaikan sebesar biji sawi. Abu Abdullah berkata; Aban berkata; Telah menceritakan kepada kami Qotadah Telah menceritakan kepada kami Anas dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda. Dan kata iman di dalam hadits ini diganti dengan kata kebaikan (HR Bukhari)
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَدْخُلُ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ وَأَهْلُ النَّارِ النَّارَ ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى أَخْرِجُوا مِنْ النَّارِ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ فَيُخْرَجُونَ مِنْهَا قَدْ اسْوَدُّوا فَيُلْقَوْنَ فِي نَهَرِ الْحَيَا أَوْ الْحَيَاةِ شَكَّ مَالِكٌ فَيَنْبُتُونَ كَمَا تَنْبُتُ الْحِبَّةُ فِي جَانِبِ السَّيْلِ أَلَمْ تَرَ أَنَّهَا تَخْرُجُ صَفْرَاءَ مُلْتَوِيَةً قَالَ وُهَيْبٌ حَدَّثَنَا عَمْرٌو الْحَيَاةِ وَقَالَ خَرْدَلٍ مِنْ خَيْرٍ
3. Dari Abu Sa'id Al Khudri dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: Ahlu surga telah masuk ke surga dan Ahlu neraka telah masuk neraka. Lalu Allah Ta'ala berfirman: Keluarkan dari neraka siapa yang didalam hatinya ada iman sebesar biji sawi. Maka mereka keluar dari neraka dalam kondisi yang telah menghitam gosong kemudian dimasukkan kedalam sungai hidup atau kehidupan. -Malik ragu. - Lalu mereka tumbuh bersemi seperti tumbuhnya benih di tepi aliran sungai. Tidakkah kamu perhatikan bagaimana dia keluar dengan warna kekuningan.Berkata Wuhaib Telah menceritakan kepada kami 'Amru: Kehidupan. Dan berkata: Sedikit dari kebaikan (HR Bukhari)
عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا مُعَاذُ أَتَدْرِي مَا حَقُّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ قَالَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلَا يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا أَتَدْرِي مَا حَقُّهُمْ عَلَيْهِ قَالَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ أَنْ لَا يُعَذِّبَهُمْ
4. Dari Mu'adz bin Jabal berkata, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Wahai Mu'adz, tahukah kamu hak Allah atas hamba? Allah dan rasul-Nya yang lebih tahu, Jawab Mu'adz. Nabi bersabda lagi: Yaitu agar mereka beribadah kepada-Nya dengan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Tahukah engkau apa hak mereka atas Allah? tanya Nabi selanjutnya.Allah dan Rasul-Nya yang lebih lebih tahu. Jawab Mu'adz. Nabi bersabda: Yaitu agar Dia tidak menyiksa mereka (HR Bukhari dan Muslim)
عَنْ أَبِي أَيُّوبَ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ أَعْمَلُهُ يُدْنِينِي مِنْ الْجَنَّةِ وَيُبَاعِدُنِي مِنْ النَّارِ قَالَ تَعْبُدُ اللَّهَ لَا تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيمُ الصَّلَاةَ وَتُؤْتِي الزَّكَاةَ وَتَصِلُ ذَا رَحِمِكَ فَلَمَّا أَدْبَرَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنْ تَمَسَّكَ بِمَا أُمِرَ بِهِ دَخَلَ الْجَنَّةَ وَفِي رِوَايَةِ ابْنِ أَبِي شَيْبَةَ إِنْ تَمَسَّكَ بِهِ
5. Dari Abu Ayyub dia berkata, Seorang laki-laki mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, seraya bertanya, 'Tunjukkanlah kepadaku suatu amalan yang mendekatkanku dari surga dan menjauhkanku dari neraka? ' Beliau menjawab: 'Kamu menyembah Allah, tidak mensyirikkan-Nya dengan sesuatu apa pun, mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyambung silaturrahim dengan keluarga. Ketika dia pamit maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Jika dia berpegang teguh pada sesuatu yang diperintahkan kepadanya niscaya dia masuk surga'. Dan dalam suatu riwayat Ibnu Abu Syaibah, Jika dia berpegang teguh dengannya. (HR Muslim)
عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلَّا بِحَقِّ الْإِسْلَامِ وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللَّهِ
6. Dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: "Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi; tidak ada ilah kecuali Allah dan bahwa sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat. Jika mereka lakukan yang demikian maka mereka telah memelihara darah dan harta mereka dariku kecuali dengan haq Islam dan perhitungan mereka ada pada Allah. (HR Bukhari)
عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَيُؤْمِنُوا بِي وَبِمَا جِئْتُ بِهِ فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلَّا بِحَقِّهَا وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللَّهِ
7. Dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Allah dan beriman kepadaku serta dengan al-Qur'an yang aku bawa, maka apabila mereka mengucapkan hal tersebut maka sungguh dia telah menjaga harta dan jiwanya dari (seranganku) kecuali disebabkan hak Islam. Dan hisab mereka diserahkan kepada Allah." (HR Muslim)
و حَدَّثَنِي حَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى التُّجِيبِيُّ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ قَالَ أَخْبَرَنِي يُونُسُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ أَخْبَرَنِي سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِيهِ قَالَ لَمَّا حَضَرَتْ أَبَا طَالِبٍ الْوَفَاةُ جَاءَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَوَجَدَ عِنْدَهُ أَبَا جَهْلٍ وَعَبْدَ اللَّهِ بْنَ أَبِي أُمَيَّةَ بْنِ الْمُغِيرَةِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا عَمِّ قُلْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ كَلِمَةً أَشْهَدُ لَكَ بِهَا عِنْدَ اللَّهِ فَقَالَ أَبُو جَهْلٍ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي أُمَيَّةَ يَا أَبَا طَالِبٍ أَتَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ فَلَمْ يَزَلْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْرِضُهَا عَلَيْهِ وَيُعِيدُ لَهُ تِلْكَ الْمَقَالَةَ حَتَّى قَالَ أَبُو طَالِبٍ آخِرَ مَا كَلَّمَهُمْ هُوَ عَلَى مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ وَأَبَى أَنْ يَقُولَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَا وَاللَّهِ لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ مَا لَمْ أُنْهَ عَنْكَ فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ { مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ } وَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى فِي أَبِي طَالِبٍ فَقَالَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ { إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ } و حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَعَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ قَالَا أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ ح و حَدَّثَنَا حَسَنٌ الْحُلْوَانِيُّ وَعَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ قَالَا حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ وَهُوَ ابْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ سَعْدٍ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ صَالِحٍ كِلَاهُمَا عَنْ الزُّهْرِيِّ بِهَذَا الْإِسْنَادِ مِثْلَهُ غَيْرَ أَنَّ حَدِيثَ صَالِحٍ انْتَهَى عِنْدَ قَوْلِهِ فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ فِيهِ وَلَمْ يَذْكُرْ الْآيَتَيْنِ وَقَالَ فِي حَدِيثِهِ وَيَعُودَانِ فِي تِلْكَ الْمَقَالَةِ وَفِي حَدِيثِ مَعْمَرٍ مَكَانَ هَذِهِ الْكَلِمَةِ فَلَمْ يَزَالَا بِهِ
8. Dan telah menceritakan kepadaku Harmalah bin Yahya at-Tujibi telah mengabarkan kepadaku Abdullah bin Wahb dia berkata, telah mengabarkan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab dia berkata, telah mengabarkan kepadaku Said bin al-Musayyab dari bapaknya dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menziarahi Abu Thalib di saat-saat dirinya tengah menghadapi sakaratul maut. Beliau mendapati Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umaiyyah bin al-Mughirah turut berada di sana. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Paman! Ucaplah Dua Kalimah Syahadat, aku akan menjadi saksi kamu di hadapan Allah. Lalu Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah mencelah, 'Wahai Abu Thalib sanggupkah kamu meninggalkan agama Abdul Muththalib? ' Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak berputus asa malah tetap mengajarnya mengucap Dua Kalimah Syahadat serta berkali-kali mengulanginya. Sehingga Abu Thalib menjawab sebagai ucapan terakhir kepada mereka, bahwa dia tetap bersama dengan agama Abdul MuThalib, dan enggan mengucapkan Kalimah Syahadat. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pun bersabda: Demi Allah, aku akan mohonkan ampunan dari Allah untukmu, sehingga Allah menurunkan ayat: '(Tidak dibenarkan bagi Nabi dan orang-orang yang beriman meminta ampun bagi orang-orang yang syirik sekalipun orang itu kaum kerabat sendiri setelah nyata bagi mereka bahwa orang-orang syirik itu adalah ahli Neraka) ' (Qs. AtTaubah: 113). Lalu Allah menurunkan firman-Nya berkenaan dengan peristiwa Abu Thalib: '(Sesungguhnya kamu wahai Muhammad tidak berkuasa memberi hidayat petunjuk kepada siapa yang kamu kasihi supaya dia menerima Islam tetapi Allah jualah yang berkuasa memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Dia jualah yang lebih mengetahui siapakah orang-orang yang (bersedia) untuk mendapat petunjuk memeluk Islam) '. (Qs. Al Qashash: 56). Dan telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim dan Abd bin Humaid keduanya berkata, telah mengabarkan kepada kami Abdurrazzaq telah mengabarkan kepada kami Ma'mar. (dalam riwayat lain disebutkan) Dan telah menceritakan kepada kami Hasan al-Hulwani dan Abd bin Humaid keduanya berkata, telah menceritakan kepada kami Ya'qub -yaitu Ibnu Ibrahim bin Sa'ad- dia berkata, telah menceritakan kepada kami bapakku dari Shalih keduanya dari az-Zuhri dengan sanad ini semisalnya. Hanya saja hadits Shalih selesai pada perkataannya, 'lalu Allah menurunkan firman-Nya tentangnya, ' dan dia tidak menyebutkan dua ayat tersebut. Dan dia menyebutkan di dalam haditsnya, 'Dan keduanya kembali mengucapkan perkataan tersebut, ' pada hadits Ma'mar adalah sebagai pengganti kalimat ini. Dan mereka berdua tetap berpedoman padanya.
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا أَبُو الْأَحْوَصِ سَلَّامُ بْنُ سُلَيْمٍ عَنْ أَبِي إِسْحَقَ عَنْ عَمْرِو بْنِ مَيْمُونٍ عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ قَالَ كُنْتُ رِدْفَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى حِمَارٍ يُقَالُ لَهُ عُفَيْرٌ قَالَ فَقَالَ يَا مُعَاذُ تَدْرِي مَا حَقُّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ وَمَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ قَالَ قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ فَإِنَّ حَقَّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَحَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ أَنْ لَا يُعَذِّبَ مَنْ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا أُبَشِّرُ النَّاسَ قَالَ لَا تُبَشِّرْهُمْ فَيَتَّكِلُوا
9. Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Abu al-Ahwash Sallam bin Sulaim dari Abu Ishaq dari Amru bin Maimun dari Mu'adz bin Jabal dia berkata, Saya berada di boncengan Rasulullah di atas keledai yang dinamakan Ufair. Beliau lalu bersabda: Wahai Mu'adz apakah kamu mengetahui apa hak Allah atas hamba dan hak hamba atas Allah.' Mu'adz berkata, 'Aku lalu menjawab, 'Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.' Beliau bersabda: Sesungguhnya hak Allah atas hamba adalah kalian menyembah Allah dan tidak mensyirikkan-Nya dengan sesuatu apa pun, dan hak hamba atas Allah adalah agar tidak disiksa orang yang tidak mensyirikkan-Nya dengan sesuatu apa pun.' Mu'adz berkata, 'Saya lalu berkata, 'Wahai Rasulullah, tidakkah boleh aku memberitakannya kepada manusia? ' Beliau menjawab: 'Jangan kamu memberitahukannya kepada mereka sehingga mereka bersandar kepadanya'. (HR Muslim)
عَنْ أَنَسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ مَنْ كَانَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللَّهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
10. Dari Anas dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, dia berkata, "Tiga perkara jika itu ada pada seseorang maka ia akan merasakan manisnya iman; orang yang mana Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada selain keduanya, mencintai seseorang yang ia tidak mencintainya kecuali karena Allah, dan benci untuk kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkannya dari kekafiran tersebut sebagaimana ia benci untuk masuk neraka." (HRMuslim)
حَدَّثَنَا جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ لَقِيَ اللَّهَ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ لَقِيَهُ يُشْرِكُ بِهِ دَخَلَ النَّارَ
11. Telah menceritakan kepada kami Jabir bin Abdullah dia berkata, Saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Orang yang meninggal menemui Allah dalam keadaan tidak mensyirikkan Allah dengan sesuatu apapun pasti masuk surga, dan orang yang meninggal (menemui Allah) dalam keadaan mensyirikkan Allah dengan sesuatu pasti masuk neraka. (HR Muslim)
عَنْ الْمَعْرُورِ بْنِ سُوَيْدٍ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا ذَرٍّ يُحَدِّثُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ أَتَانِي جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَام فَبَشَّرَنِي أَنَّهُ مَنْ مَاتَ مِنْ أُمَّتِكَ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ قُلْتُ وَإِنْ زَنَى وَإِنْ سَرَقَ قَالَ وَإِنْ زَنَى وَإِنْ سَرَقَ
12. Dari al-Ma'rur bin Suwaid dia berkata, Saya mendengar Abu Dzar menceritakan dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda: Jibril Alaihissalam mendatangiku lalu memberikan kabar gembira kepadaku, bahwa orang yang meninggal dari umatmu dalam keadaan tidak mensyirikkan Allah dengan sesuatu apa pun niscaya masuk surga. Maka aku bertanya: Meskipun dia berzina dan mencuri? Jibril menjawab, Walaupun dia berzina dan mencuri. (HR Muslim)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَارِزًا يَوْمًا لِلنَّاسِ فَأَتَاهُ جِبْرِيلُ فَقَالَ مَا الْإِيمَانُ قَالَ الْإِيمَانُ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَبِلِقَائِهِ وَرُسُلِهِ وَتُؤْمِنَ بِالْبَعْثِ قَالَ مَا الْإِسْلَامُ قَالَ الْإِسْلَامُ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ وَلَا تُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيمَ الصَّلَاةَ وَتُؤَدِّيَ الزَّكَاةَ الْمَفْرُوضَةَ وَتَصُومَ رَمَضَانَ قَالَ مَا الْإِحْسَانُ قَالَ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ قَالَ مَتَى السَّاعَةُ قَالَ مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنْ السَّائِلِ وَسَأُخْبِرُكَ عَنْ أَشْرَاطِهَا إِذَا وَلَدَتْ الْأَمَةُ رَبَّهَا وَإِذَا تَطَاوَلَ رُعَاةُ الْإِبِلِ الْبُهْمُ فِي الْبُنْيَانِ فِي خَمْسٍ لَا يَعْلَمُهُنَّ إِلَّا اللَّهُ ثُمَّ تَلَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ { إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ } الْآيَةَ ثُمَّ أَدْبَرَ فَقَالَ رُدُّوهُ فَلَمْ يَرَوْا شَيْئًا فَقَالَ هَذَا جِبْرِيلُ جَاءَ يُعَلِّمُ النَّاسَ دِينَهُمْ قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ جَعَلَ ذَلِك كُلَّهُ مِنْ الْإِيمَانِ
13. Dari Abu Hurairah berkata; bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pada suatu hari muncul kepada para sahabat, lalu datang Malaikat Jibril 'Alaihis Salam yang kemudian bertanya: Apakah iman itu? Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: Iman adalah kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya, Rasul-Rasul-Nya, dan kamu beriman kepada hari berbangkit. (Jibril 'Alaihis salam) berkata: Apakah Islam itu? Jawab Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: Islam adalah kamu menyembah Allah dan tidak menyekutukannya dengan suatu apapun, kamu dirikan shalat, kamu tunaikan zakat yang diwajibkan, dan berpuasa di bulan Ramadlan. (Jibril 'Alaihis salam) berkata: Apakah ihsan itu? Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: Kamu menyembah Allah seolah-olah melihat-Nya dan bila kamu tidak melihat-Nya sesungguhnya Dia melihatmu. (Jibril 'Alaihis salam) berkata lagi: Kapan terjadinya hari kiamat? Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: Yang ditanya tentang itu tidak lebih tahu dari yang bertanya. Tapi aku akan terangkan tanda-tandanya; (yaitu); jika seorang budak telah melahirkan tuannya, jika para penggembala unta yang berkulit hitam berlomba-lomba membangun gedung-gedung selama lima masa, yang tidak diketahui lamanya kecuali oleh Allah. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam membaca: Sesungguhnya hanya pada Allah pengetahuan tentang hari kiamat (QS. Luqman: 34). Setelah itu Jibril 'Alaihis salam pergi, kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata; hadapkan dia ke sini. Tetapi para sahabat tidak melihat sesuatupun, maka Nabi bersabda; Dia adalah Malaikat Jibril datang kepada manusia untuk mengajarkan agama mereka. (HR Bukhari dan Muslim)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنْ الْإِيمَانِ
14. Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: Iman memiliki lebih dari enam puluh cabang, dan malu adalah bagian dari iman (HR Bukhari)
Daftar Pustaka :
1. Abdullah Azzam, Aqidah ; Landasan Pokok Membina Ummat, Jakarta : GIP, 1994
2. Abu Bakar Jabir al Jaziri, Aqidah seorang Mukmin (Aqidatul mu’min), Solo : Pustaka Mantiq, 1994
3. Abul A’la Maududi, Dasar-Dasar Iman, Bandung : Pustaka Salman,
4. Abul Ala Maududi, Empat Istilah dalam Al Qur’an, Surabaya : Al Ikhlas, 1985
5. Harun Yahya, Mengenal Allah Lewat Akal, Jakarta : Robbani Press, 2001
6. Ismail Raji Al Faruqi, Tauhid, Bandung : Pustaka, 1989
7. Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, Jakarta : Bulan Bintang, 1990
8. Muhammad Abdul Hadi Al Mishri, Manhaj dan Aqidah Ahlussunnah wal Jamaah, Jakarta : GIP, 1992
9. Muhammad bin Abdul Wahab, Kitab Tauhid, Jakarta : Minaret, 1988
10. Muhammad Quthb,Melawan Syirik dan Ilhad, Jakarta : Harakah, 2002
11. Ohan Sudjana, Fenomena Aqidah Islamiyah Berdasarkan Qur’an dan Sunnah, Jakarta : Media Dakwah, 1994
12. Sayid Qutb, Hari akhir dalam Al Qur’an (Masyahidul Qiyamah fil Qur’an), Jakarta : Pustaka Firdaus, 1986
13. Sayid Sabiq, Aqidah Islam, Bandung : CV Diponegoro, 1989
14. Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam, Yogyakarta : LPPI, 2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.