1. Yastrib alternatif wilayah kondusif bagi berdirinya Daulah Islamiyah (Madinah).
Sejak masuk islamnya 6 orang penduduk Yatsrib, Rasulullah mulai mengidentifikasi daerah Yatsrib tersebut sebagai daerah yang basis gerakan. Sejak tahun kesepuluh bi’tsah tersebut pula, pembicaraan tentang Islam dan Rasulullah mendominasi penduduk Yatsrib.
Ketika bay’at aqabah kedua selesai dilaksanakan, Rasulullah SAW menggerakkan orang-orang mukmin untuk berhijrah ke Yatsrib, sehingga berjumpa dengan saudara-saudara mereka yang Anshar. Selanjutnya Rasulullah SAW berkata,
اِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ قَدْ جَعَلَ لَكُمْ اِخْوَانًا وَدَارًا تَأْمَنُوْنَ بِهَا
“Sesungguhnya Allah SWT telah mempersaudarakan masing-masing kalian dan mengaruniai suatu negeri (daaran) yang membuat kalian aman di dalamnya”.
Seperti yang telah diketahui, penduduk Madinah terdiri dari penduduk asli, yaitu musyrikin Arab dan orang-orang Yahudi yang datang dari berbagai tempat di Jazirah. Kaum musyrik Arab terbagi atas dua kabilah besar yaitu Aus dan Khazraj. Sehingga terjadi beberapa kali peperangan antara mereka.
Berkata Muhamamd bin Abdul-wahab di dalam kitabnya, Mukhtashar Sirah Rasulullah saw : Bahwa peperangan antara kedua suku ini berlangsung selama seratus dua puluh tahun. Dalam peperangan ynag panjang ini, masing-masing dari suku Aus dan Khazraj bersekutu dengan kabilah Yahudi. Aus bersekutu dengan Bani Quraidhah, dan Khazraj bersekutu dengan Bani Nadhir dan Bani Qainuqa’.
Peperangan berakhir yang terjadi antara Aus dan Khazraj ialah perang Bu’ats. Terjadi beberapa tahun sebelum hijrah dan mengorbankan sejumlah besar pemimpn mereka. Selama masa tersebut, setiap kali terjadi perselisihan antara Yahudi dan Arab, kaum Yahudi senantiasa mengancam orang-orang Arab dengan kedatangan seorang Nabi yang mereka akan menjadi pengikutnya dan memerangi orang-orang Arab sebagaimana ‘Aad dan Iram diperangi.
Kondisi inilah yang menjadikan penduduk madinah senantiasa mengharapkan kedatangan agama ini, sehingga banyak di antara mereka yang menggantungkan harapan kepada agama ini untuk bisa mempersatukan barisan mereka dan mengakhiri perselisihan yang berkepanjangan sesama mereka sendiri.
Hal ini termasuk sesuatu yang telah dilakukan Allah untuk Rasul-Nya, sebagaimana dikatakan Ibnul-Qayyim di dalam Zadu’ul-Ma’ad. Sehingga dengan demikian dia telah dipersiapkan untuk hijrah ke Yatsrib, karena Allah menghendaki Yatsrib yang kemudian berubah menjadi Madinah sebagai tempat bertolaknya penyebaran Islam ke seluruh penjuru dunia.
2. Para sahabat mulai berhijrah ke Madinah
Ibnu Sa’d di dalam kitabnya ath-Thabaqat menyebutkan riwayat dari Aisyah ra. : Ketika jumlah pengikutnya mencapai tujuh puluh orang. Rasulullah saw merasa senang, Karena Allah telah membuatnya suatu “benteng pertahanan” dari suatu kaum yang memiliki keahlian dalam peperangan, persenjataan, dan pembelaan. Tetapi permusuhan dan penyiksaan kaum musyrik terhadap kaum Muslim pun semakin gencar dan berat. Mereka menerima cacian dan penyiksaan yang sebelumnya tidak pernah mereka alami, sehingga para sahabat mengadu kepada Rasulullah saw dan permintaan ijin ini dijawab oleh Rasulullah saw : “Sesungguhnya aku pun telah diberitahu bahwa tempat hijrah kalian adalah Yatsrib. Barang siapa yang ingin ke luar, maka hendaklah ia keluar ke Yatsrib.”
Maka para sahabat pun bersiap-siap , mengemas semau keperluan perjalanan, kemduian berangkatlah ke Madinah secara sembunyi-sembunyi. Sahabat yang pertama kali sampai di Madinah ialah Abu Salamah bin Abdul - Asad kemudian Amir bin Rab’ah bersama istrinya. Laila binti Abi Hasymah, dialah wanita yang pertama kali datang ke Madinah dengan menggunakan kendaraan sekedup. Setelah itu para sahabat Rasulullah saw datang secara bergelombang. Mereka turun di rumah-rumah kaum Anshar mendapatkan tempat perlindungan.
Tidak seorangpun dari sahabat Rasulullah saw yang berani hijrah secara terangterangan kecuali Umar bin al-Khattab ra. Ali bin Abi Thalib meriwayatkan bahwa ketika Umar ra hendak berhijrah , ia membaa pedang busur, panah dan tongkat di tangannya menuju Ka’bah. Kemudian sambil disaksikan oleh tokoh-tokoh Quraisy, Umar ra melakuakn thawaf tujuh kali dengan tenang. Setelah thawaf tujuh kali ia datang ke Maqam dan mengerjakan shalat. Kemudian berdiri seraya berkata :”Semoga celakalah wajah-wajah ini! Wajah-wajah inilah yang akan dikalahkan Allah! Barangsiapa ingin ibunya kehilangan anaknya, atau istrinya menjadi janda, atau anaknya menjadi yatim piatu, hendaklah ia menghadangku di balik lembah ini.”
Selanjutnya Ali ra mengatakan :”Tidak seorangpun berani mengikuti Umar kecuali beberapa kaum lemah yang telah diberitahu oleh Umar. Kemudian Umar ra berjalan dengan aman. Demikianlah secara berangsur-angsur kaum Muslim melakukan hijrah ke Madinah sehingga tidak ada yang tertinggal di Mekkah kecuali Rasullah saw , Abu Bakar ra, Ali ra, orang-orang yang ditahan, orang-orang sakit dan orang-orang yang tidak mampu keluar
3. Persiapan dan pelaksanaan Hijrah Rasul ke Yastrib/Madinah pada tahun ke-13 ke nabian
Dalam riwayat Bukhari, Aisya ra mengatakan, ”Pada suatu hari kami duduk di rumah Abu Bakar ra, tiba-tiba ada seseorang yang berkata kepada Abu Bakar,”Rasulullah saw datnag padahal beliau tidak biasa datang kemari pada saat-saat seperti ini.” Kemudian Abu Bakar berkata:”Demi bapak dan ibuku yang menjadi tebusan engkau, Demi Allah , Rasulullah saw datang pada saat seperti ini, tentu ada suatu kejadian penting.” Aisya ra berkata ”Kemudian Rasulullah saw datang dan meminta ijin untuk masuk.
Setelah dipesilahkan oleh Abu Bakar, Rasulullah saw pun masuk ke rumah, lalu berkata kepada Abu Bakar,”Suruhlah keluargamu masuk ke rumah.” Abu Bakar menjawab,”Ya, Rasulullah saw tidak ada siapa-siapa kecuali keluargaku.” Rasulullah saw menjelaskan,”Allah telah mengijinkan aku berangkat berhijrah.” Tanya Abu Bakar,”Apakah aku jadi menemani anda , ya RAsulullah ?” Jawab Nabi saw ,”Ya, benar engkau menemani aku .”Kemudian Abu Bakar berkata,”Ya, Rasulullah saw , ambillah salah satu dari dua ekor untaku.” Jawab Rasulullah saw.”Ya, tetapi dengan harga.”
Lebih jauh Aisyah ra menceritakan :”Kemduian kami mempersiapkan segala keperluan secepat mungkin , dan kami buatkan bekal makanannya yang kami bungkus dalam kantung terbuat dari kulit. Lalu Asma’ binti Abu Bakar memotong ikat pinggangnya untuk mengikat mulut kantong itu, sehingga dia mendapatkan sebutan “pemilik ikat pinggang”.
Kemudian Rasulullah saw menemui Abi bin Abi Thalib dan memerintahkan untuk menunda keberangkatannya hingga selesai mengembalikan barang-barang titipan setiap orang di Mekkah yang merasa khawatir terhadap terhadap barang miliknya yang berharga , mereka selalu menitipkannya kepada Rasulullah saw , karena mereka mengetahui kejujuran dan kesetiaan beliau di dalam menjaga barang amanat.
Sementara itu Abu Bakar memerintahkan anak lelakinya Abdullah supaya menyadap berita-berita yang dibicarakan orang banyak di luar untuk di sampaikan pada sore harinya kepadanya di dalam gua. Selain Abdullah kepada bekas budaknya yang bernama Amir bin Fahirah, Abu Bakar juga memerintahkan supaya menggembalakan kambingnya di siang hari, dan pada sore harinya supaya digiring ke gua untuk diperah air susunya di samping untuk menghapuskan jejak. Kepada Asma’ ,Abu Bakar menugasinya supaya membawa makanan kepadanya setiap sore.
Ibnu Ishaq dan Imam Ahmad meriwayatkan dari Yahya bin ‘Ibad bin Abdillah bin Zubair dari Asma’ binti Abi Bakar ra, ia berkata : “Ketika Rasulullah saw berangkat bersama Abu Bakar, Abu Bakar membawa serta semua hartanya sejumlah enam atau lima ribu dirham. Selanjutnya Asma’ menceritakan : Kemudian kakekku yang sudah buta, Abu Quhafah , datang kepada kami seraya berkata, “Demi Allah aku melihat Abu Bakar berangkat meniggalkan kamu dengan membawa seluruh hartanya.” Aku jawab,”Tidak, wahai kakek. Dia telah meninggalkan kebaikan yang banyak untuk kami.” Lalu aku ambil beberapa batu kemudian aku letakkan di tempat di mana Abu Bakar biasa menaruh uanngya, lalu aku tutupi dengan kain. Kemudian aku pegang tangannya dan aku katakan kepadanya,” Letakkanlah tanganmu di atas uang ini.” Kemudian dia meletakan tanganya di antaranya seraya berkata,” Tidak mengapa, jika dia telah meninggalkan untukmu. Dia telah berbuat baik , dan ini cukup untukmu.” Asma’ berkata,”Demi Allah sebenarnya dia tidak meninggalkan sesuatu untuk kami, tetapi dengan cara itu aku hanya ingin menyuruh kakek diam.
Pada malam hijrah Nabi saw orang-orang musyrik telah menunggu di pintu Rasulullah saaw . Mereka mengintai hendak membunuhnya. Tetapi Rasulullah saw lewat di hadapan mereka dengan selamat, karena Allah telah mendatangkan rasa kantuk pada mereka. Ketika Nabi saw keluar mereka semau tertidur, sehingga tak seorangpun melihatnya. Bahkan sebagai penghinaan terhadap mereka, ketika keluar dan melewati mereka Rasulullah saw menaburkan pasir ke atas kepala mereka seraya membaca firman Allah : “Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.” QS Yasin : 9
Sementara itu, Ali bin Abi Thalib dengan tenang tidur di atas tempat tidur Rasulullah saw , setelah mendapatkan jaminan dari beliau bahwa mereka tidak akan berbuat kejahatan terhadapnya.
Maka berangkatlah Rasulullah saw bersama Abu Bakar menuju gua Tsur. Peristiwa ini menurut riwayat yang paling kuat terjadi pada tanggal 2 Rabi’ul awwal bertepatan dengan 20 September 622 M, tiga belas tahun setelah bi’tsah. Kemudian Abu Bakar memasuki gua terlebih dahulu untuk melihat barangkali di dalamnya ada binatang buas atau ular. Di gua inilah keduanya menginapselama tiga hari. Setiap malam Abdullah bin Abu Bakar menginap bersama mereka, kemudian turun ke Mekkah pada waktu Shubuh. Sementara Amir bin Fahirah datang ke gua dengan membawa kambing-kambingnya untuk menghapuskan jejak Abdullah.
Dalam pada itu, kaum musyrik setelah mengetahui keberangkatan Nabi saw menari Rasulullah sw dengan mengawasi semua jalan ke arah Madinah, dan memeriksa setiap persembunyian, bahkan sampai ke gua Tsur. Saat itu Rasulullah saw dan Abu Bakar mendengar langkah-langkah kaki kaum musyrik di sekitar gua, sehingga Abu Bakar merasa khawatir dan berbisik kepada Rasulullah saw ,”Seandainya di antara mereka ada yang melihat ke arah kakinya, niscaya mereka akan melihat kami.” Tetapi dijawab oleh Nabi saw ,”Wahai Abu Bakar, jangan kamu kira kita hanya berdua saya. Sesungguhnya Allah berserta kita.”
Allah menutup mata kaum musyrik sehingga tak seorangpun melihat ke arah gua itu , dan tak serorangpun di antara mereka yang berpikir tentang apa yang ada di dalamnya. Setelah tidak ada lagi yang mencari , dan setelah datang Abdullah bin Arqath seorang pemandu jalan yang dibayar untuk menunjukkan jalan rahasia ke Madinah, berangkatlah keduanya menyusuri jalan pantai dengan dipandu oleh Abdullah bin Arqath itu. Pada waktu itu kaum Quraisy mengumumkan tawaaran, bahwa siapa saja yang dapat menangkap Muhammad saw dan abu Bakar akan diberi hadiah sebesar harga diyat (tebusan) masing-masing dari keduanya.
Pada suatu hari, ketika sejumlah orang dari bani Mudlij sedang mengadakan pertemuan, di anara mereka terdapat Suraqah bin Ja’tsam, tiba-tiba datang kepada mereka seorang laki-laki sambil berkata,” Saya baru saja melihat beberapa bayangan hitam di pantai. Saya yakin mereka adalah Muhammad dan para sahabatnya.” Suraqah pun mafhum bahwa mereka adlah Muhammad saw, tetapi dengan pura-pura berkata,” Ia berhenti sejenak, kemudian menunggang dan memacu kudanya untuk mengejar rombongan iut, hingga ketika telah sampai dekat Rasulullah saw, tiba-tiba kudanya tersungkur, dan dia pun jatuh terpelanting. Kemudian dia bangun dan mengejar kembali sampai mendengar bacaan Nabis aw. Berkali-kali Abu Bakar menoleh ke belakang, sementara Rasulullah saw berjalan terus dengan tenang. Tetapi tiba-tiba Suraqah terhempas lagi dari punggung kudanya dan jatuh terpelanting. Ia bangun lagi dengan tubuh berlumuran tanah, kemudian berteriak memanggil-manggil minta diselamatkan.
Tatkala Rasulullah aw dan Abu Bakar menghampirinya, ia meminta ma’af dan mohon supaya Nabisaw berdoa memohonkan ampunan untuknya, dan kepada Nabi saw ia menawarkan bekal perjalanan. Oleh Nabi saw dijawab,”Kami tidak membutuhkan itu! Yang kuminta supaya engkau tidak menyebarkan berita tentang kami.” Suraqah menyahut ,”baiklah.”
Maka pulanglah Suraqah dan setiap kali bertemu dengan orang-orang yang mencaricari Rasulullah saw dia selalu menyarankan supaya kembali saja. Demikianlah kisah Suraqah. Di pagi hari ia berjuang dengan giat ingin membunuh Nabi saw, tetapi di sore hari berbalik menjadi pelindungnya.
Sesampainya di Quba’ Rasulullah saw disambut dengan gembira oleh para penduduknya, dan tinggal di rumah Kaltsum bin Hidam selama beberapa hari. DI sinilah Ali bin Abi Thalib menyusul Rasulullah saw setelah mengembalikan barang-barang titipan kepada para pemiliknya. Kemudian Rasulullah saw membangun mesjid Quba’, mesjid yang disebut Allah sebagai “mesjd yang didirikan atas dasar takwa sejak hari pertama.” Setelah itu Rasulullah saw melanjutkan perjalannya ke Madinah.
4. Sampainya Rasulullah di Yatsrib
Menurut al-Mas’udi Rasulullah saw memasuki Madinah tepat pada malam hari tanggal 12 Rabi’ul Awwal. Di sini Rasulullah saw disambut dengan meriah dan dijemput oleh orang-orang Anshar.
Setiap orang berebut memegang tali untanya, karena mengharapkan Rasulullah saw sudi tinggal dirumahnya, sehingga Rasulullah saw berpesan kepada mereka, ”Biarkan saja tali unta itu karena ia berjalan menurut perintah.” Unta pun terus berjalan memasuki lorong-lorong Madinah hingga sampai pada sebidang tanah tempat pengeringan kurma milik dua anak yatim dari bani Najjar di depan ruah Abu Ayyub al-Ansary. Rasulullah saw bersabda :”Di sini lah tempatnya insya Allah.”
Lalu Abu Ayyub segera membawa kendaraan iut ke rumahnya, dan menyambut Nabi saw dengan penuh bahagia. Kedatangan nabi saw ini juga disambut dengan gembira oleh gadis-gadis kecil bani Najjar seraya bersenandung : “Kami gadis-gadis dari bani Najjar, Kami harap Muhammad menjadi tetangga kami” mendengar senandung ini Rasulullah saw bertanya kepad mereka,” Apakah kalian mencintaiku?” Jawab mereka,”Ya.” Kemudian Nabi saw bersabda, “ Allah mengetahui bahwa hatiku mencintai kalian.”
Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthy dalam bukunya Sirah Nabawiyah menyebutkan,
“Hijrah Rasulullah SAW ke Yatsrib yang kemudian kelak bernama Madinah, merupakan langkah awal proses terbentuknya Darul islam yang pertama di muka bumi saat itu. Di samping juga merupakan pernyataan berdirinya Negara Islam di bawah pimpinan pendirinya yang pertama, Muhammad SAW”.
Darul Islam adalah Negara Islam. Yatsrib yang kemudian dirubah menjadi Madinah merupakan Daarul Islam pertama yang ditegakkan Rasulullah SAW. Dr. Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthy menyebutkan bahwa,
“Setelah Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, yang mayoritas penduduknya mau tunduk dan memeluk islam, sehingga negeri itu menjadi wadah yang pertama kali bagi Dinullah maka Dia memberikan dua hak kepada beliau yang mana keduanya belum pernah diberikan kepada siapapun. (1) Darul Islam yang merupakan tempat pertama kali bagi pertumbuhan Islam sekaligus sebagai tempat tinggal yang aman bagi kaum muslimin, (2) Masyarakat Islam yang pertama yang di dalamnya tercermin makna ummatan wahidatan, dengan sistem yang komprehensif dan hukum-hukum serta ajaran Islam”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.