Situasi Dunia dan Pemegang Supremasi Politik Internasional

 

Pada masa Rasulullah SAW, berdiri dua negara adidaya (imperium) yang menguasai dunia yakni Parsi di wilayah dunia belahan timur dan Roma di wilayah belahan barat. Kedua negara adidaya ini merupakan pusat urat nadi yang menggerakkan seluruh aktifitas politik, kebudayaan dan militer negara-negara kecil yang ada pada saat itu. 

Kedua imperium ini juga merupakan kekuasaan agama, Parsi dengan agama Majusi dan Roma dengan agama Kristen. Keduanya memiliki hasrat ekspansi dan penjajahan. Berikut sekilas sejarah kedua kerajaan besar ini.

Imperium Parsi sangat dikenal dalam sejarah dunia karena berhasil menguasai dunia belahan timur selama berabad-abad lamanya. Ibukota Imperium Parsi adalah Ctesipon, terletak di pesisir timur Sungai Tigris, wilayah ini dikenal dengan nama Iran Arabi.

Imperium Parsi dipimpin oleh berbagai dinasti sebagai berikut:

1. 600-330 SM = Dinasti Achaemenids (al-Hakkam), dibangun oleh Raja Hystaspes yang mengembangkan agama Zarathusta. Ketika itu ibukota kerajaan berada di Balkh di Asia Tengah. Ditangan cucunya Cyrus the Great (550-330 SM) wilayah kerajaan Persia meluas dengan berbatasan pegunungan Thian Shan di timur dan pesisir Laut Tengah dan pesisir Laut Aegia di barat. Pada masa ini kerajaan membebaskan tawanan Yahudi di Babilonia, dan membantu pembangunan kota suci Jerusalem kembali beserta Kuil Nabi Sulaiman yang telah dihancurkan oleh Raja Nebukhadnezar (605-561 SM) dari Babilonia. Semasa Cyrus ibukota dipindahkan ke kota Sussa sebelah barat Iran.

2. 330-323 SM = Alexander the Great (356-323 SM) dari Makedonia menggerakkan serangan ke Asia Kecil dan berhasil menaklukkan wilayah Imperium PArsi sampai perbatasan pegunungan Thian Shan, sehingga berakhirlah kekuasaan nasional bangsa Parsi di tangan Raja Darius III (363-330 SM), dan berada dibawah kekuasan Grik. Ibukota kerajaan di pindah lagi ke Bandar Apollo (Ubulla).

3. 323-312 SM = Masa kemelut perebutan kakuasaan di antara panglima-panglima Grik sepeninggal Alexander.

4. 312-249 SM = Dinasti Seleucius dibangun ole Panglima Seleucius, yang berhasil menguasai wilayah Imperium Parsi lebih setengah abad lamanya. Ibukota kerajaan dipindah ke kota benteng Seleucia di pinggir sungai Tigris.

5. 249-228 SM = Dinasti Arsacids dibangun oleh Arsaces I, dan terbentuk kembali kekuasaan nasional bangsa Parsi, dan berlangsung perang terus menerus dengan pihak Grik. Ibukota kerajaan di pindah ke Persepolis (Istakhri) di wilayah Farsi, pada masa ini Imperium Romawi yang baru muncul mulai dirasakan sebagai ancaman terutama setelah Romawi ikut menguasai wilayah-wilayah Grik, perang antara Parsi dan Romawi mulai terjadi.

6. 228-651 M = Dinasti Sassanids, dibangun oleh Ardashir dari keluarga Sasan of Khir, yang menumbangkan raja terakhir dari keluarga Arsacids yakni Artabanus IV. Selanjutnya berlangsung peperangan yang terus menerus dengan Imperium Roma sampai msa kedatangan Islam. 

Pada masa terakhir berlangsung perebutan kekuasaan yang terus menerus di ibukota Ctesiphon (Madain) dan khosru terakhir ialah Khosru Yezdegrid III (632-651 M). Pada masa dinasti inilah Rasulullah SAW pernah mengirim utusan kepada Khosru Parviz di Ctesiphon, tahun 8H/632M, yang mengoyak-ngoyak surat Nabi SAW dan memerintahkan gubernur Parsi di Yaman yakni Mirza Bazan untuk menangkap Rasulullah SAW dan membawanya dengan terikat ke ibukota. Rasulullah SAW berkata : “Kerajaannya akan terkoyak-koyak di tanganmu”. Ketika itu utusan Nabi SAW dipimpin oleh Abdullah bin Huzafah al-Sahami. Khosru Anushirwan (531-579 M) memindahkan ibukota ke Ctesiphon, sebuah kota bandar yang sangat sibuk dengan perdagangan.

Pada saat melakukan peperangan, sering dibawa juga bendera pusaka kerajaan yang disebut Dirafshi Kaviyan, bendera ini dianggap suci (The Secred Banner of the Persian Emipre). Ibukota Ctesiphon dikuasai kaum muslimin semasa Khalifah Umar bin Khattab pada tahun 16H/637M, kini dinamai dengan madain, bermakna kotanya kota, kota yang berlapis-lapis.

Sebelum Imperium Parsi berdiri, dunia mengenal Kerajaan Babilonia (1900-538 SM), beribukota di Babil, terletak di persimpangan anak sungai Euphrate. Kerajaan ini pada masa itu memiliki “Taman Tergantung” yang dinyatakan sebagai salah satu dari Seven Wondres of The World. Agama yang dianut adalah pemujaan terhadap Dewa Matahari. 

Sedangkan Imperium Roma adalah penguasa dunia di belahan barat, dengan misi gospel yang mengiringi setiap jejak kaki tentaranya, Romawi berhasil menguasai wilayah yang sangat luas dan menjadi ancaman baru bagi Imperium Parsi yang sudah lama berdiri. Ibukota Imperium Roma berada di kota Roma Italia, dan kemudian di pindah ke Konstantinopel. Namun untuk wilayah Roma bagian Timur (Byzantium) ibukotanya berada di Antiokia. dari abad VIII SM sampai XV M.

Perluasan wilayah dimulai ketika Panglima Pompey (106-48 SM), tahun 65 SM ia berhasil menaklukkan Asia Kecil. Tahun 64 SM maju ke Syiria dan menaklukkannya dari kekuasan Grik yakni dari tangan Raja Philip (67-64 SM, raja terakhir dari Dinasti Seleucids). Tahun 63 SM maju ke Palestina dan menaklukkannya dari kekuasaan Yahudi yakni dari tangan Raja Aristobolus II (67-63 SM) raja terakhir dari Dinasti Makkabi (168-63 SM).

Semenjak itu selama tujuh abad lamanya wilayah Palestina dan Syiria yang dikenal dengan sebutan Syam masuk kedalam kekuasaan Imperium Roma, dengan ibukota berkedudukan di Antiokia. Ketika Rasulullah SAW masih hidup, Imperium Roma dipimpin oleh Raja Heraclius.

Peperangan antara Parsi dan Roma tersebut diatas berlangsung selama 18 tahun dari 610-628 M. Peperangan ini sangat menyedot sumber daya kedua negara adidaya ini. Beberapa peristiwa penting yang perlu dicatat berkaitan dengan peperangan tersebut adalah sebagai berikut.

Tahun 602 Phocas kepala pasukan dalam wilayah Danube, maju ke Konstantinople, menumbangkan Kaisar  maurica (582-602 M), membunuh seluruh keluarganya dan para penyokongnya, dan mengumumkan diri sebagai Kaisar Khosru Parvis II (590-628 M).Tahun 608 Parsi menguasai Syiria Utara dan Armenia dan Asia Kecil.

Tahun 610 Kudeta di Konstantinople di bawah pimpinan Priscus, dan Heraclius (610-641 M) terpilih menjabat Kaisar, yang dewasa itu menjabat Gubernur wilayah Afrika berkedudukan di Karthago, lalu diundang ke Konstantinople. Tahun 614 parsi merebut dan menguasai Damaskus.

Tahun 615 Parsi merebut dan menguasai Jerusalem, merampas Holy Cross yang dipandang suci oleh dunia Kristen sebagai lambang kemenangan, mengangkutnya ke Ctesiphon. Tahun 616 Parsi merebut dan menguasai Egypte, yakni lembah Sungai Nil. Selama 6 tahun Parsi terus memperlihatkan kemenangan, sedangkan Kaisar Heraclius masih terikat oleh kewajiban menertibkan situasi politik internal karena keadaan kemelut politik di dalam negara, juga karena minimnya sumber daya akibat perang berkepanjangan.

Ketika itu para pembesar di Quraisy menganggap kemenangan Parsi sebagai kemenangan mereka dan kekalahan Roma sebagai kekalahan Rasulullah SAW (ahli kitab). Karena itulah turun Qs. 30/1-5 untuk menghibur Rasulullah SAW. Firman Allah SWT ini menemukan buktinya ketika Rasulullah SAW hijrah pada 1H/622M, Kaisar Heraclius mulai memimpin peperangan dengan Parsi. Adnal Ardh (30/3) adalah bumi terendah (adn = terendah), yaitu kekalahan bangsa Persia terjadi di kawasan Laut Mati (kawasan terendah di muka bumi).

Tahun 627 Roma berhasil menguasai  Asia Kecil, Armenia, Syiria, Palestina dan Egypte (Mesir), bahkan Raja Heraclius berhasil masuk sampai ke Mesopotamia. Tahun 628 Roma dipimpin Heraclius mengepung Ctesiphon namun tak berhasil merebut dan menguasainya, tetapi sempat membunuh Khosru Parviz. Khosru Kavadh II menyerah meminta damai dan menyerahkan Holy Cross kepada Roma. Tahun 629 Kaisar Heraclius mengembalikan Holy Cross ke Jerussalem dan beristirahat di Damaskus. Ketika itulah Rasulullah SAW mengirim delegasi diplomatic dan diterima baik-baik oleh Heraclius tetapi tuntunan Nabi SAW dianggap enteng oleh Heraclius.

Salah satu kota suci bagi Roma adalah Jerussalem, yaitu dataran tinggi Zion di Palestina yang pada masa khalifah Umar bin Khattab berhasil dikuasai oleh pasukan kaum muslimin. Sedangkan kota Konstantinopel sendiri dikuasai kaum muslimin pada masa Sulthan Muhammad II (1430-1481M) dari Daulah Utsmaniyah.

Di tengah hiruk pikuk itu, diapit oleh dua peradaban besar dunia, semenanjung Arab pada masa itu termasuk kawasan yang tenang karena terhindar dari semua bentuk kekacauan yang menyebar di sekitarnya. Penduduk Arab kala itu tidak mengenyam kemewahan dan peradaban menjulang, seperti yang diraih Persia dan menjadikan mereka terperosok ke dalam kehancuran. Selain itu, mereka juga tidak disibukkan dengan berbagai bentuk paham amoral yang menghancurkan akhlak. 

Bangsa Arab kala itu tidak memiliki kepongahan seperti militer Romawi yang membuat mereka tidak berhenti mencaplok wilayah-wilayah di sekitarnya, Mereka juga tidak memiliki kekayaan filsafat-dialektika seperti bangsa Yunani yang mengubah mereka menjadi bangsa yang dikuasai takhayul dan mitos. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.