Sistem pemerintahan bangsa Arab dibangun di atas pondasi kesukuan/kabilah. Boleh dikatakan bahwa setiap orang tidak mempunyai sistem hubungan dengan pihak lain selain ikatan keluarga atau kabilah atau ikatan sumpah setia kawan atau sistem jiwar (perlindungan bertetangga) yang biasa diminta oleh pihak yang lemah kepada yang lebih kuat.
Ini menyebabkan lahirnya tata kekuasaan berbasis kabilah, setiap kabilah memiliki pemimpin masing-masing, dan kemudian tiap pemimpin kabilah di satu daerah mengangkat pemimpin diantara mereka sendiri.
Munculnya penguasa-penguasa daerah-daerah Jazirah Arab dimungkinkan karena saat itu tidak ada penguasa di luar jazirah Arab yang berkeinginan menjajah tanah yang luar biasa tandus ini. Baik imperium Roma maupun Parsi tidak memiliki keinginan sedikit pun untuk menguasai tanah yang tandus ini, sekalipun Yaman pernah menjadi daerah perebutan antara Kerajaan Habasyah dan Persia, Persia yang mengalahkan Habaysah menetapkan orang local sebagai Gubernur Persia di Yaman.
Yaman menjadi incaran karena daerahnya yang subur dan menjadi tujuan perdagangan di Jazirah Arab, sementara daerah-daerah lain tidak disentuh oleh peradaban yang dibawa Imperium Roma maupun Persia. Dunia tidak mengenal negeri-negeri yang ada di Arab, kecuali Yaman, bahkan jika tidak ada Ka’bah di Mekkah, orang mungkin tidak terlalu perduli dengan Hijaz.
Jazirah Arab masa itu merupakan daerah lalu lintas perdagangan yang diseberanginya melalui Mesir atau Teluk Persia, lewat terusan yang terletak di mulut Teluk Persia itu. karenanya wajar sekali jika penduduk pedalaman jazirah Arab itu menjadi “Raja Sahara”, sama halnya para pelaut menjadi raja laut. Di daerah yang tandus itu mereka mengenal dengan baik jalan-jalan, pohon-pohon korma, oase-oase dan lokasi-lokasinya.
Ini menyebabkan di hampir seluruh daerah Jazirah Arab, ada penguasa-penguasa daerah masing-masing. Negeri-negeri ini ditempati oleh Ahlul Hadlar, yaitu penduduk yang tinggalnya menetap, mereka memiliki tata kehidupan yang lebih baik dan banyak mendiami wilayah-wilayah pinggir laut/teluk dan bagian utara jazirah.
a. Kerajaan Yaman
Yaman adalah daerah paling penting di tanah Arab, sebelum datangnya Islam. Hujan yang turun teratur di daerah ini menyebabkan tanahnya subur dan menjadi kota dengan tata sosial yang kuat. Penduduknya terdiri dari suku Himyar. Ketokohan raja di Yaman menyebabkan raja-raja kecil di sekitarnya tunduk kepadanya, termasuk Hadramaut.
Yaman beribukota di kota Shan’a. yang pertama memerintah adalah Qathan bin ‘Aabar. Keturunan Qathan bin Aabar memerintah sampai keturunan raja ke-28. Kemudian berganti ke Tubba’ Al Awwal bin Aqram memerintah sampai keturunan raja ke 20, raja terakhir bernama Dzu Jadan al-Himyari. Raja terakhir ini dikalahkan Aryat, seorang tentara Najasyi (Raja Habasyah/Abesinia/ Etiopia).
Sejak itu Yaman disatukan dengan Kerajaan Habasyah. Abrahah sebagai kepala tentara Najasyi berhasil menggulingkan pemerintahan Aryat, dan memerintahnya, diikui oleh anaknya yaitu Yaksum bin Abrahah dan Masruq bin Abrahah. Abrahah adalah Raja pernah berniat akan menghancurkan Ka’bah.
Saat kerajaan ini dipimpin oleh Masruq bin Abrahah, ia dibunuh atas perintah Raja Persia. Raja Kisra pernah mengangkat Badzan sebagai gubernur Persia di Yaman, dan pada masa inilah Rasulullah SAW mengirim surat delegasi pasca Hudaybiah.
b. Kerajaan Saba
Kerajaan Saba mulai berdiri tahun 950 SM. Pada mulanya merupakan kerajaan kecil, kemudian bertambah besar dan luas. Kerajaan Ma’in dan Qutban yang pernah ada semakin kecil dan akhirnya roboh dikuasai oleh Saba, sebagaimana kerajaan Hadramaut. Kerajaan Saba berdiri sampai tahun 115 SM.
Kemahsyuran kerajaan ini karena dua hal, pertama adanya cerita tentang Ratu Balqis yang memimpin kerajaan ini, bersamaan dengan kisah Nabi Sulaiman dan burung Hud-Hud dalam Qs. 27/20-44. kedua, adanya bendungan Ma’rib yang dibangun oleh arsitek-arsitek Yaman. Karena lemah dalam perawatan bendungan ini hancur oleh air bah yang disebut dengan Sailul Arim dalam Qs. Saba/16. Air bah inilah yang menyebabkan runtuhnya kerajaan Saba dan lahirnya kerajaan Himyar.
c. Kerajaan Himyar
Kerajaan Himyar berdiri ketika kerajaan Saba melemah. Sejak awal Himyar merupakan kerajaan kuat, raja-rajanya memperbaiki sistem pertanian dan pengairan, membangun dam-dam, balatentara mereka bahkan menjelajah sampai ke Irak dan Bahrain. Kehancuran kerajaan ini sama persis dengan hancurnya Saba, yaitu mereka melupakan pentingnya menjaga dan memelihara infrastruktur sosial ekonomi yang ada seperti bendungan, dam, dll.
d. Kerajaan Hirah (Manazirah)
Penduduk Yaman yang pindah karena hancurnya Ma’arib sebagian pindah ke negeri Iraq dan mendirikan kerajaan di sana. Namun Persia menjadikan kerajaan ini sebagai pendukung dan pelindung mereka dari serangan kabilah Arab lainnya, terutama menghadang laju perluasan wilayah Roma. Kerajaan ini adalah kerajaannya suku-suku bangsa Arab yang tinggal di bagian utara Arab, pada perbatasan Arab dengan Irak, wilayah kerajaan ini ada di kota Hirah, dekat dengan kota Kuffah.
Sejarah kerajaan ini dimulai sejak abad ke-3 M, dan tetap tegak sampai lahirnya Islam. raja-raja yang terkenal adalah :
1) Malik bin Fahm bin Ghanam (raja pertama), sampai keturunan raja ke-26.
2) Nu’man bin Umrul Qais, yang mendirikan istana Khawarnaq dan Sadir pada awal abad ke-5 M
3) Mundzir bin Nu’man bin Mundzir (raja terakhir, masa raja ini Khalid bin Walid memasuki hirah dan menaklukkannya)
e. Kerajaan Ghassan
Sebagian penduduk Yaman yang pindah ke Syam mendirikan kerajaan ini, di bagian utara Arab, pada perbatasan Arab dengan Syiria. Kerajaan ini oleh Roma digunakan untuk sebagai pendukung dan pelindung mereka dari serangan kabilah Arab lainnya. Nama Ghassaniah diambil dari nama mata air di Syam yang disebut Ghassan. Sebagian besar penduduknya memeluk Kristen, tinggal di selatan Syam atau utara Arab. Raja-rajanya yang terkenal :
1) Jafnah bin Amr Arqam bin Tsalabah, raja pertama, sampai keturunan raja ke-32
2) Jabalah bin Aiham, raja terakhirnya yang berperang melawan pasukan Islam di Yarmuk
f. Kerajaan Hijaz
Awalnya tidak ada sistem pemerintahan/kerajaan di Hijaz, orang hanya mengenalnya sebagai daerah suci karena terdapat Ka’bah yang sudah menjadi tradisi orang di seluruh Jazirah melakukan haji dan thawaf disana. Kota-kota terkenal di Hijaz adalah Mekah, Yatsrib dan Thaif.
Sekitar tahun 440 M Qushay bin Kilab dari keturunan Quraisy memegang kekuasaan Mekkah, dan membentuk kelengkapan sistem pemerintahan (6 majelis/departemen) sebagai langkah politik terpenting dalam modernisasi tata kehidupan sosial politik para pemuka kabilah di Mekkah. Kisahnya akan dibahas pada bagian berikut ini.
Bahasan tentang Hijaz ini akan dibahas lebih detil dalam judul Qushay bin Kilab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.