Fenomena Religiusitas Bangsa Arab Pra Islam


1. Situasi kegamaan di luar Bangsa Arab 

Situasi keagamaan di luar bangsa Arab secara garis besar terdiri dari tiga  agama besar yaitu Yahudi, Nasrani dan Majusi. Istilah Yahudi berasal dari dari kata hada yang berarti kembali dan bertobat. Nama ini diberikan karena Nabi Musa pernah mengatakan, “Sesungguhnya kami kembali (bertobat) kepada engkau…” (QS Al A’raf:156). 

Ajaran Yahudi bersumber dari kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Musa AS. Orang Yahudi menganggap bahwa syari’at itu hanya satu. Syari’at bermula dari syari’at nabi Musa AS dan mencapai kesempurnaan pada zaman Musa AS. Tidak ada syari’at-syariat sebelumnya kecuali hukum-hukum yang diperoleh dari akal dan hukum-hukum yang lahir berdasarkan kemaslahatan hidup manusia. Menurut mereka syari’at Musa AS tidak mungkin dihapus (Nasakh). Melakukan nasakh berarti perubahan dan pembatalan terhadap perintah Allah yang sudah ada sebelumnya. Konsepsi ajaran Yahudi inilah yang menjadi dasar kaum Yahudi Arab menolak kehadiran Syariat Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.

Agama Yahudi dianut oleh para imigran yang bermukim di Yastrib, Taima’, Fadak dan Wadi al Qura’, juga di Yaman. Tidak banyak data sejarah tentang pemeluk dan kejadian penting agama ini di Jazirah Arab, kecuali di Yaman. Dzun Nuwas merupakan penguasa Yaman yang condong ke Yahudi. Dia tidak menyukai penyembahan berhala yang telah menimpa bangsanya. 

Dia meminta penduduk Najran agar masuk agama Yahudi. sehingga kalau mereka menolak, maka akan dibunuh. Namun yang terjadi justru menolak, maka digalilah sebuah parit dan dipasang api di dalamnya. Mereka dimasukkan ke dalam parit itu, serta dibunuh dengan pedang atau dilukai sampai cacat bagi yang selamat dari api tersebut. Korban pembunuhan itu mencapai dua puluh ribu orang. Tragedi berdarah dengan motif fanatisme agama ini diabadikan dalam al-Quran dalam kisah “orang-orang yang membuat parit” (Ashab al-Ukhdud). (Qs 85:4-8) 

Sedangkan Agama Kristen di jazirah Arab dan sekitarnya sebelum kedatangan Islam tidak ternodai oleh tragedi yang mengerikan semacam itu. Yang tampak hanyalah pertikaian di antara sekte-sekte Kristen. Al-Quran menggunakan istilah “Nasara” bukan “al-Masih” bagi pemeluk agama Kristen. Bagi pendeta Kristen resmi (Katolik, Ortodoks, dan Evangelis) istilah “Nasara” adalah sekte sesat, tetapi bagi ulama Islam mereka adalah “Hawariyun”. 

Para misionaris Kristen menyebarkan doktrinnya dengan bahasa Yunani yang waktu itu madhab-madhab filsafat menyerbu daerah itu. Inilah yang menimbulkan pertentangan antara misionaris dan pemikir Yunani yang memunculkan usaha-usaha mendamaikan antara filsafat Yunani yang bertumpu pada akal dan doktrin Kristen yang bertumpu pada iman. Inilah yang melahirkan sekte-sekte Kristen yang kemudian menyebar ke berbagai penjuru, termasuk jazirah Arab dan sekitarnya. Sekte Arius menyebar di bagian selatan jazirah Arab, yaitu dari Suria dan Palestina ke Irak dan Persia.

Salah satu tokoh Nasrani yang terkenal dalam sejarah Islam adalah Waraqah bin Naufal bis Asad bin Abdul Uzza bin Qushay al Quraisyi. Ia adalah sepupu tertua dari jalur ayah Khadijah, istri nabi Muhammad SAW. Waraqah bin Naufal adalah seorang imam Nestorian  yang dikenal sebagai salah seorang Kristen yang membenarkan berita kedatangan nabi baru yaitu Nabi Muhammad SAW.

لَمْ يَكُنِ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ مُنْفَكِّينَ حَتَّى تَأْتِيَهُمُ الْبَيِّنَةُ (١)

“Orang-orang kafir Yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata”, Qs. 98:1 

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَسْتُمْ عَلَى شَيْءٍ حَتَّى تُقِيمُوا التَّوْرَاةَ وَالإنْجِيلَ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ وَلَيَزِيدَنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ 

رَبِّكَ طُغْيَانًا وَكُفْرًا فَلا تَأْسَ عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ (٦٨)

“Katakanlah: “Hai ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun hingga kamu menegakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil, dan Al Quran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu”. Sesungguhnya apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dari Tuhanmu akan menambah kedurhakaan dan kekafiran kepada kebanyakan dari mereka; Maka janganlah kamu bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir itu”. Qs. 5:68 

يَا أَهْلَ الْكِتَابِ قَدْ جَاءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ عَلَى فَتْرَةٍ مِنَ الرُّسُلِ أَنْ تَقُولُوا مَا جَاءَنَا مِنْ بَشِيرٍ وَلا نَذِيرٍ فَقَدْ جَاءَكُمْ بَشِيرٌ وَنَذِيرٌ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (١٩)

“Hai ahli Kitab, Sesungguhnya telah datang kepada kamu Rasul Kami, menjelaskan (syari'at Kami) kepadamu ketika terputus (pengiriman) Rasul-rasul agar kamu tidak mengatakan: “tidak ada datang kepada Kami baik seorang pembawa berita gembira maupun seorang pemberi peringatan”. Sesungguhnya telah datang kepadamu pembawa berita gembira dan pemberi peringatan. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. Qs. 5:19

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلا نَعْبُدَ إِلا اللَّهَ وَلا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ (٦٤)

“Katakanlah: “Hai ahli Kitab, Marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara Kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah”. jika mereka berpaling Maka Katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa Kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. Qs. 3:64,

Adapun agama Majusi, Majusi adalah istilah Al Qur’an untuk menyebut penganut Zoroaster. Penganut ajaran ini berkembang di Iran dan sekitarnya, wilayah kebudayaan dan peradaban bangsa Persia. Ajaran ini telah menjadi agama resmi selama kekuasaan Dinasti Sassaniah sebelum kedatangan ajaran Islam. Ajaran atau agama Majusi (Zoroaster) ini lahir sekitar 700 atau 800 SM, didirikan oleh Zarathustra. Zarathustra menciptakan himne-himne gatha yang kemudian disusun  dalam kitab penganut Zoroaster yaitu Zend Avesta.

Ajaran-ajarannya mempengaruhi beberapa agama yang muncul setelahnya, yaitu doktrin tentang kebangkitan postmortem, keberadaan jiwa, surge dan neraka, akhir dunia, dunia yang mengikuti sebuah peperangan antara kekuatan kebaikan dan kejahatan, serta kepercayaan atas hari kiamat. Penganut ajaran Majusi tersebar di daerah timur jazirah Arab yaitu Oman, Bahrain dan Yamamah. Daerah-daerah ini sebelumnya berada di bawah pengaruh politik dan kebudayaan bangsa Persia.

Sejak zaman Umar bin Khattab dan penguasa muslim sesudahnya mengakui penganut ajaran zoroastrianise sebagai “ahli kitab”. Status mereka adalah kafir Zimmi. Tetapi, umat Islam dilarang mengawini perempuan dari kalangan Majusi dan memakan sembelihan mereka, karena kitab suci mereka telah diangkat dan tidak diakui lagi.

Kedekatan konsepsi dan ajaran Zoroaster/ Majusi ini dengan ajaran Islam diduga kuat menjadi faktor kunci alih keyakinan (konversi) penganutnya kepada agama Islam. Kodifikasi ajaran Islam yang lebih sistematis dan landasan ajaran Islam yang bersumber dari kitab suci yang jelas membuat penganut Majusi lebih mudah memahami ajaran Islam.

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالصَّابِئِينَ وَالنَّصَارَى وَالْمَجُوسَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا إِنَّ اللَّهَ يَفْصِلُ بَيْنَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ (١٧)

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Shaabi-iin[983] orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi dan orang-orang musyrik, Allah akan memberi keputusan di antara mereka pada hari kiamat. Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu”. (QS 22:17)

فِي أَدْنَى الأرْضِ وَهُمْ مِنْ بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُونَ (٣)

“Di negeri yang terdekat[1162] dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang[1163]”. (Qs 30:3)

[1162] Maksudnya: terdekat ke negeri Arab Yaitu Syria dan Palestina sewaktu menjadi jajahan kerajaan Rumawi Timur.

[1163] Bangsa Rumawi adalah satu bangsa yang beragama Nasrani yang mempunyai kitab suci sedang bangsa Persia adalah beragama Majusi, menyembah api dan berhala (musyrik). kedua bangsa itu saling perang memerangi. ketika tersiar berita kekalahan bangsa Rumawi oleh bangsa Persia, Maka kaum musyrik Mekah menyambutnya dengan gembira karena berpihak kepada orang musyrikin Persia. sedang kaum muslimin berduka cita karenanya. kemudian turunlah ayat ini dan ayat yang berikutnya menerangkan bahwa bangsa Rumawi sesudah kalah itu akan mendapat kemenangan dalam masa beberapa tahun saja. hal itu benar-benar terjadi. beberapa tahun sesudah itu menanglah bangsa Rumawi dan kalahlah bangsa Persia. dengan kejadian yang demikian nyatalah kebenaran Nabi Muhammad s.a.w. sebagai Nabi dan Rasul dan kebenaran Al Quran sebagai firman Allah.

Selain fenomena keagamaan tersebut diatas, ada pula satu corak beragama yang lain sebelum bi’tsah yaitu Hanifiyah. Sebagaimana disebutkan oleh Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthy bahwa mereka ini adalah sekelompok orang yang mencari agama Ibrahim yang murni yang tidak terkontaminasi oleh nafsu penyembahan berhala-berhala. Mereka juga tidak menganut agama Yahudi ataupun Kristen, tetapi mengakui keesaan Allah. Mereka berpandangan bahwa agama yang benar di sisi Allah adalah Hanifiyah, sebagai aktualisasi dari millah Ibrahim. Gerakan ini menyebar luas ke berbagai penjuru Jazirah Arab khususnya di tiga wilayah Hijaz, yaitu Yastrib, Taif, dan Mekah. 

وَكَذَلِكَ زَيَّنَ لِكَثِيرٍ مِنَ الْمُشْرِكِينَ قَتْلَ أَوْلادِهِمْ شُرَكَاؤُهُمْ لِيُرْدُوهُمْ وَلِيَلْبِسُوا عَلَيْهِمْ دِينَهُمْ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ (١٣٧)

“Dan Demikianlah pemimpin-pemimpin mereka telah menjadikan kebanyakan dari orang-orang musyrik itu memandang baik membunuh anak-anak mereka untuk membinasakan mereka dan untuk mengaburkan bagi mereka agama-Nya[509]. dan kalau Allah menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, Maka tinggallah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” (Qs 6:137)

[509] Sebahagian orang Arab itu adalah penganut syariat Ibrahim. Ibrahim a.s. pernah diperintahkan Allah mengorbankan anaknya Isma'il. kemudian pemimpin-pemimpin agama mereka mengaburkan pengertian berkorban itu, sehingga mereka dapat menanamkan kepada pengikutnya, rasa memandang baik membunuh anak-anak mereka dengan alasan mendekatkan diri kepada Allah, Padahal alasan yang Sesungguhnya ialah karena takut miskin dan takut ternoda.

وَقَالُوا كُونُوا هُودًا أَوْ نَصَارَى تَهْتَدُوا قُلْ بَلْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (١٣٥)

“Dan mereka berkata: "Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk". Katakanlah : "Tidak, melainkan (kami mengikuti) agama Ibrahim  yang lurus. dan bukanlah Dia (Ibrahim) dari golongan orang musyrik". (Qs 2:135)

مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلا نَصْرَانِيًّا وَلَكِنْ كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (٦٧)

“Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi Dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah Dia Termasuk golongan orang-orang musyrik”. Qs. 3;67 


2. Fenomena keagamaan (religiusitas) di kota Mekkah 

Tentang awal mula munculnya kemusyrikan di Mekkah dapat dijelaskan sebagai berikut. Orang pertama yang memasukkan ajaran syirik ke tubuh bangsa Arab dan mengajarkan mereka penyembahan berhala adalah tokoh bernama Amr ibn Luhayy ibn Qam'ah, ia adalah moyang suku/bani Khuza'ah.

Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Muhammad ibn Ibrahim ibn Harits Al Tatmi dari Abu Shalih Al Siman bahwa ia mendengar Abu Hurairah mengaku, ia mendengar Rasulullah Saw. bersabda kepada Aktsam ibn Jauh Al-Khuza'l, “Wahai Aktsam, aku melihat Amr ibn Luhayy ibn Qam'ah ibn Khandaf sedang menarik-narik berhala kayunya di neraka. Dan, aku tidak pernah melihat seorang lelaki pun yang lebih mirip denganmu dibandingkan dia, dan dia dibandingkan denganmu” Aktsam bertanya Apakah kemiripanku itu akan membahayakan diriku, wahai Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Tidak, karena engkau seorang mukmin, sedangkan dia kafir. Sesungguhnya dialah orang pertama yang mengubah agama Ismail dengan membuat berhala, dan membuat-buat adanya Bahirah, Saibah,  Washilah, dan Hami. “

Ibnu Hisyam menuturkan cara Amr ibn Muhay menginisiasi penyembahan berhala pertama kali di kalangan bangsa Arab. Menurutnya, suatu ketika, Amr ibn Luhayy pergi meninggalkan Mekah menuju Syam. Sesampainya di kawasan Moab yang termasuk daerah Balqa'—saat itu daerah tersebut ditempati suku 'Amaliq, keturunan 'Amlaq (sebagian orang menyebut nama Amliq ibn Lawidz ibn Sam ibn Nuh)—ia melihat orang-orang menyembah berhala. Amr bertanya kepada orang-orang yang ditemuinya itu mengenai berhala yang mereka sembah. 

Mereka menjawab, “Ini adalah berhala berhala yang kami sembah. Kami meminta hujan kepada mereka dan mereka pun memberi kami hujan. Kami meminta pertolongan kepada mereka dan mereka pun memberi kami pertolongan.” Amr berkata kepada para penyembah berhala itu, “Sudikah kalian memberiku salah satu berhala yang kalian sembah untuk kubawa ke tanah Arab agar orang-orang di sana juga dapat menyembahnya?” Para penyembah berhala itu pun menyerahkan sebuah berhala bernama Hubal. Amr pun langsung membawanya ke Mekah. Selanjutnya, Amr memerintahkan agar masyarakat Arab menyembah dan mengagungkan berhala tersebut.” Hubal ditempatkan di samping Ka’ah dan mengawali dari masuknya ratusan berhala di kemudian hari.

Diriwayatkan bahwa Hubal terbuat dari batu akik merah yang berbentuk manusia. Orang-orang Quraisy mendapati tangan kanan Hubal telah hancur. Lalu mereka ganti dengan tangan dari emas. Inilah berhala pertama orang-orang musyrik, yang paling besar, dan paling suci menurut mereka.

Setelah Hubal, tanah Mekah berangsur-angsur disesaki berhala. Di antara berhala-berhala besar mereka adalah Manat yang disembah Kabilah Hudzail dan Khuza’ah. Berhala ini termasuk berhala tertua. Terletak di pantai Laut Merah. Di wilayah al-Musyallal, di Qudaid. Kemudian ada Latta. Berhalanya orang-orang Thaif. Dan al-Uzza, berhala termuda namun yang terbesar dari dua berhala sebelumnya. Berhala ini disembah oleh orang-orang Quraisy dan kabilah-kabilah lainnya. Keempat berhala ini adalah berhala terbesar masyarakat Arab.

Dikisahkan bahwa setelah Amr bin Luhai berhasil memboyong Hubbal, setan memberi inspirasi kepada Amr dengan munculnya kabar bahwa berhala kaum Nuh yaitu Wud, Suwa’, Yaghuts, Yauq, Nasr, terkubur di Jeddah. Amr datang ke sana, kemudian menggalinya. Ketika jamaah haji datang dari berbagai negeri, ia berikan berhala-berhala itu pada mereka. Hadiah dari penguasa Mekah, tanah suci tempat berhaji tentulah istimewa bagi mereka

Berhala Wud diberikan pada kabilah Kalb penduduk Daumatul Jandal. Suwa’ diserahkan pada Hudzail bin Mudrikah yang tinggal di Ruhath, wilayah Hijaz. Yaghuts untuk bani Uthaif keturunan bani Murad yang tinggal di Jurf dekat Saba’. Yauq diberikan kepada orang-orang Hamadan di wilayh Khaiwan di Yaman. Dan Nasr untuk keluarga Dzi al-Kila’ di wilayah Hamir. Kemudian mereka membuatkan kuil untuk berhala-berhala ini. Mereka mengangung-kannya sebagaimana mengagungkan Ka’bah. Walaupun mereka ber-keyakinan Ka’bah lah yang lebih utama..

Provokasi Amr bin Luhai kian menyebar ke seantero Jazirah Arab. Kabilah-kabilah lainnya meniru apa yang dilakukannya. Mereka menjadikan patung sebagai sesembahan. Membangunkannya kuil. Dan memberinya nama-nama. Walaupun berhala kian marak, namun masyarakat Arab tetap mengagungkan Ka’bah. Mereka pula yang menaruh berhala-berhala mereka di sekeliling Ka’bah.

Semenjak itu, penyembahan berhala merata tersebar luas di Semenanjung Arab, menjatuhkan aqidah pada titik paling terendah. Hilang sudah aqidah yang diwariskan Ibrahim AS hingga sekedar menjadi ajaran-ajaran (millah) yang terputus dari fundasi aqidah.

وَأَقْسَمُوا بِاللَّهِ جَهْدَ أَيْمَانِهِمْ لَئِنْ جَاءَهُمْ نَذِيرٌ لَيَكُونُنَّ أَهْدَى مِنْ إِحْدَى الأمَمِ فَلَمَّا جَاءَهُمْ نَذِيرٌ مَا زَادَهُمْ إِلا نُفُورًا (٤٢)اسْتِكْبَارًا فِي الأرْضِ وَمَكْرَ السَّيِّئِ وَلا يَحِيقُ الْمَكْرُ السَّيِّئُ إِلا بِأَهْلِهِ فَهَلْ يَنْظُرُونَ إِلا سُنَّةَ الأوَّلِينَ فَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ تَبْدِيلا وَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ تَحْوِيلا (٤٣)

“Dan mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sekuat-kuat sumpah; Sesungguhnya jika datang kepada mereka seorang pemberi peringatan, niscaya mereka akan lebih mendapat petunjuk dari salah satu umat-umat (yang lain). tatkala datang kepada mereka pemberi peringatan, Maka kedatangannya itu tidak menambah kepada mereka, kecuali jauhnya mereka dari (kebenaran), 43. Karena kesombongan (mereka) di muka bumi dan karena rencana (mereka) yang jahat. rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. Tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan (berlakunya) sunnah (Allah yang telah berlaku) kepada orang-orang yang terdahulu[1261]. Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu”. Qs. 35:42,43 

لَوْ أَنَّ عِنْدَنَا ذِكْرًا مِنَ الأوَّلِينَ (١٦٨) لَكُنَّا عِبَادَ اللَّهِ الْمُخْلَصِينَ (١٦٩) فَكَفَرُوا بِهِ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ (١٧٠) وَلَقَدْ سَبَقَتْ كَلِمَتُنَا لِعِبَادِنَا الْمُرْسَلِينَ (١٧١) إِنَّهُمْ لَهُمُ الْمَنْصُورُونَ (١٧٢) وَإِنَّ جُنْدَنَا لَهُمُ الْغَالِبُونَ (١٧٣) فَتَوَلَّ عَنْهُمْ حَتَّى حِينٍ (١٧٤) وَأَبْصِرْهُمْ فَسَوْفَ يُبْصِرُونَ (١٧٥) أَفَبِعَذَابِنَا يَسْتَعْجِلُونَ (١٧٦) فَإِذَا نَزَلَ بِسَاحَتِهِمْ فَسَاءَ صَبَاحُ الْمُنْذَرِينَ (١٧٧)وَتَوَلَّ عَنْهُمْ حَتَّى حِينٍ (١٧٨) وَأَبْصِرْ فَسَوْفَ يُبْصِرُونَ (١٧٩) سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ (١٨٠) وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ (١٨١) وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (١٨٢)

168. “Kalau Sekiranya di sisi Kami ada sebuah kitab dari (kitab-kitab yang diturunkan) kepada orang-orang dahulu, Benar-benar Kami akan Jadi hamba Allah yang dibersihkan (dari dosa)”. Tetapi mereka mengingkarinya (Al Quran); Maka kelak mereka akan mengetahui (akibat keingkarannya itu). Dan Sesungguhnya telah tetap janji Kami kepada hamba-hamba Kami yang menjadi rasul, (yaitu) Sesungguhnya mereka Itulah yang pasti mendapat pertolongan.. Dan Sesungguhnya tentara Kami Itulah yang pasti menang, Maka berpalinglah kamu (Muhammad) dari mereka sampai suatu ketika. Dan lihatlah mereka, Maka kelak mereka akan melihat (azab itu). Maka Apakah mereka meminta supaya siksa Kami disegerakan? Maka apabila siksaan itu turun di halaman mereka, Maka Amat buruklah pagi hari yang dialami oleh orang-orang yang diperingatkan itu Dan berpalinglah kamu dari mereka hingga suatu ketika. Dan lihatlah, Maka kelak mereka juga akan melihat. Maha suci Tuhanmu yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan. Dan Kesejahteraan dilimpahkan atas Para rasul. Dan segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam”.  Qs. 37:168-182 

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَئِذَا كُنَّا تُرَابًا وَآبَاؤُنَا أَئِنَّا لَمُخْرَجُونَ (٦٧)لَقَدْ وُعِدْنَا هَذَا نَحْنُ وَآبَاؤُنَا مِنْ قَبْلُ إِنْ هَذَا إِلا أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ (٦٨)

“67. Berkatalah orang-orang yang kafir: “Apakah setelah kita menjadi tanah dan (begitu pula) bapak-bapak kita; Apakah Sesungguhnya kita akan dikeluarkan (dari kubur)? 68. Sesungguhnya Kami telah diberi ancaman dengan ini dan (juga) bapak-bapak Kami dahulu; ini tidak lain hanyalah dongengan-dongengan orang dahulu kala”.Qs. 27:67,68 

لَقَدْ وُعِدْنَا نَحْنُ وَآبَاؤُنَا هَذَا مِنْ قَبْلُ إِنْ هَذَا إِلا أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ

“Sesungguhnya Kami dan bapak-bapak Kami telah diberi ancaman (dengan) ini dahulu, ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu kala!”. Qs. 23:83

Secara lebih detil, kondisi keagamaan musyrikin Mekkah digambarkan dalam beberapa catatan sebagai berikut:


1. Mereka meyakini Allah sebagai pencipta namun menegasikan kedudukan Allah SWT sebagai Rabb. 

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ

“Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?” Tentu mereka akan menjawab: “Allah”, maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar).” (QS:Al-‘Ankabuut 29: 61).

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللهُ قُلِ 

الْحَمْدُ للهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لاَ يَعْلَمُونَ

“Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?” Tentu mereka akan menjawab: “Allah”. Katakanlah: “Segala puji bagi Allah”; tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.” (QS:Luqman 31: 25).

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ

Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: “Allah”, maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah)? (QS:Az-Zukhruf: 87).


2.Mereka menjadikan berhala sebagai tempat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT

أَلاَ للهِ الدِّينُ الْخَالِصُ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلاَّ 

لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللهِ زُلْفَى إِنَّ اللهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ إِنَّ اللهَ لاَ يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ

Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar. (QS:Az-Zumar | Ayat: 3).


3. Mereka mengakui dan menjunjung tinggi eksistensi setan dan jin dalam kehidupan bermasyarakat.

Abdullah bin al-Abbas radhiallahu ‘anhuma ketika menafsirkan ayat,

إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللهِ

“Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syiar Allah.” (QS:Al-Baqarah | Ayat: 158)

Ia mengatakan, “Di masa jahiliyah, setan-setan berkumpul di malam hari antara bukit Shafa dan Marwa. Di antara dua bukit itulah terdapat berhala-berhala orang-orang musyrik. Saat Islam datang, kaum muslimin mengatakan, ‘Wahai Rasulullah, kami tidak mau sa’i antara Shafa dan Marwa. Karena dulu kami melakukan sesuatu (syirik) di sana saat jahiliyah’. Kemudian Allah menurunkan firman-Nya,

فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ أَوِ اعْتَمَرَ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْهِ أَنْ يَطَّوَّفَ بِهِمَا

“Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa´i antara keduanya.” (QS:Al-Baqarah | Ayat: 158).

Ayat ini menegaskan bahwa ibadah di sana justru berpahala. Para sahabat takut kalau mereka teringat dosa-dosa lama. Kemudian Allah menenangkan hati mereka dengan menjelaskan keutamaan beribadah di antara Shafa dan Marwa. Orang-orang jahiliyah berinteraksi dengan jin. Seperti memohon perlindungan kepada mereka.

وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الإِنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا

“Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.” (QS:Al-Jin | Ayat: 6).

وَجَعَلُوا للهِ شُرَكَاءَ الْجِنَّ وَخَلَقَهُمْ

“Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu.” (QS:Al-An’am | Ayat: 100).


4. Mereka mengakui kedudukan dukun dan menjadikannya sebagai sumber pengetahuan dan keyakinan.

Di Madinah –yang dulu bernama Yatsrib- ada seorang dukun wanita yang terkenal. Sebagian penduduk Madinah mengetahui kedatangan Nabi SAW melalui kabar dari sang dukun. Jabir bin Abdullah radhiallahu ‘anhu mengatakan,

أَوَّلُ خَبَرٍ جَاءَنَا بِالْمَدِينَةِ مَبْعَثَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَنَّ امْرَأَةً مِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ كَانَ لَهَا تَابِعٌ مِنَ الْجِنِّ، جَاءَ فِي صُورَةِ طَيْرٍ، حَتَّى وَقَعَ عَلَى جِذْعٍ لَهُمْ، فَقَالَتْ لَهُ: أَلاَ تَنْزِلُ إِلَيْنَا فَتُحَدِّثُنَا، ونُحَدِّثُكَ، وتُحَذِّرُنَا ونُحَذِّرُكَ؟ فَقَالَ: لاَ، إِنَّهُ قَدْ بُعِثَ بِمَكَّةَ نَبِيٌّ حَرَّمَ الزِّنَى، وَمَنَعَ مِنَّا الْقَرَارَ

“Kami mendapatkan kabar pertama kali tentang diutusnya Rasulullah SAW dari seorang dukun perempuan penduduk Madinah. Ia memiliki pengikut dari bangsa jin. Jin tersebut datang dalam wujud seekor burung. Lalu hinggap di salah satu dahan. Wanita itu berkata pada burung, ‘Adakah berita untuk kami sehingga bisa engkau sampaikan dan kami juga berkisah padamu. Engkau memperingatkan kami –dengan berita tersebut-, kami juga memperingatkanmu?’ Burung itu menjawab, ‘Tidak, hanya saja telah diutus seorang nabi di Mekah yang mengharamkan zina dan melarang al-Qarar

Masyarakat jahiliyah biasa minta pendapat para dukun. `Dari Aisyah radhiallahu ‘anha bertanya kepada Rasulullah SAW,

يا رسول الله إنَّ الكهَّان كانوا يُحَدِّثُونَنَا بالشَّيء فنجده حقًّا. قال: 

تِلْكَ الْكَلِمَةُ الْحَقُّ، يَخْطَفُهَا الْجِنِّيُّ فَيَقْذِفُهَا فِي أُذُنِ وَلِيِّهِ، وَيَزِيدُ فِيهَا مِائَةَ كَذْبَةٍ

“Wahai Rasulullah, sesungguhnya para dukun menyampaikan sesuatu kepada kami begini dan begitu. Dan kadang kami lihat kenyataannya memang benar.” Rasulullah SAW bersabda, “Kata-kata yang benar itu ditangkap oleh bangsa jin, lalu dibisikkannya ke telinga tukang tenung (dukun) dan ditambahkan ke dalamnya dengan seratus kedustaan.”

Perdukunan saat itu benar-benar tersebar dan membudaya. Sampai ada sebagian orang berprofesi jadi dukun palsu. Aisyah radhiallahu ‘anha berkata,

كَانَ لِأَبِي بَكْرٍ غُلَامٌ يُخْرِجُ لَهُ الْخَرَاجَ وَكَانَ أَبُو بَكْرٍ يَأْكُلُ مِنْ خَرَاجِهِ فَجَاءَ يَوْمًا بِشَيْءٍ فَأَكَلَ مِنْهُ أَبُو بَكْرٍ فَقَالَ لَهُ الْغُلَامُ أَتَدْرِي مَا هَذَا فَقَالَ أَبُو بَكْرٍ وَمَا هُوَ قَالَ كُنْتُ تَكَهَّنْتُ لِإِنْسَانٍ فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَمَا أُحْسِنُ الْكِهَانَةَ إِلَّا أَنِّي خَدَعْتُهُ فَلَقِيَنِي فَأَعْطَانِي بِذَلِكَ فَهَذَا الَّذِي أَكَلْتَ مِنْهُ فَأَدْخَلَ أَبُو بَكْرٍ يَدَهُ فَقَاءَ كُلَّ شَيْءٍ فِي بَطْنِهِ

“Abu Bakar Ash Shiddiq memiliki budak laki-laki yang senantiasa mengeluarkan kharraj  padanya. Abu Bakar biasa makan dari kharraj itu. Pada suatu hari ia datang dengan sesuatu, yang akhirnya Abu Bakar makan darinya. Tiba-tiba sang budak berkata: ‘Apakah anda tahu dari mana makanan ini?’. Abu Bakar bertanya : ‘Dari mana?’ Ia menjawab : ‘Dulu pada masa jahiliyah aku pernah menjadi dukun yang menyembuhkan orang. Padahal bukannya aku pandai berdukun, namun aku hanya menipunya. Lalu si pasien itu menemuiku dan memberi imbalan buatku. Nah, yang anda makan saat ini adalah hasil dari upah itu. Akhirnya Abu Bakar memasukkan tangannya ke dalam mulutnya hingga keluarlah semua yang ia makan.”

Di tengah pekatnya kabut kesyirikan masayarakat Arab, tersisa beberapa gelintir orang yang masih memurnikan agama Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Di antaranya Zaid bin Amr bin Nufail. Zaid tak mampu mendakwahi dan menyerukan agama yang lurus di tengah pemuka kekufuran Quraisy. Ia hanya mampu mengkritik sembelihan-sembeliahan (kurban) mereka. Dan mengikari kesyirikan yang mereka lakukan. Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhuma bahwasanya Zaid bin Amr bin Nufail mengatakan,

إِنِّي لَسْتُ آكُلُ مِمَّا تَذْبَحُونَ عَلَى أَنْصَابِكُمْ، وَلاَ آكُلُ إِلاَّ مَا ذُكِرَ اسْمُ اللهِ عَلَيْهِ.

“Aku tidak memakan apa yang kalian sembelih (sebagai persembahan) untuk berhala kalian. Aku juga tidak memakan sesuatu yang disembelih tanpa menyebut nama Allah.”

Zaid bin Amr mencela sesembelihan Quraisy,

وَأَنَّ زَيْدَ بْنَ عَمْرٍو كَانَ يَعِيبُ عَلَى قُرَيْشٍ ذَبَائِحَهُمْ، وَيَقُولُ: الشَّاةُ خَلَقَهَا اللهُ، وَأَنْزَلَ لَهَا مِنَ السَّمَاءِ المَاءَ، وَأَنْبَتَ لَهَا مِنَ الأَرْضِ، ثُمَّ تَذْبَحُونَهَا عَلَى غَيْرِ اسْمِ اللهِ. إِنْكَارًا لِذَلِكَ وَإِعْظَامًا لَهُ

“Kambing ini, Allah yang ciptakan. Dia turunkan air dari langit untuknya. Juga menumbuhkan tetumbuhan dari bumi (untuk makanannya). Kemudian kalian sembelih tanpa menyebut nama-Nya?!” Zaid mengingkari perbuatan mereka sebagai bentuk pengagungan terhadap Allah. Orang-orang Quraisy tidak mempedulikan Zaid. Karena menurut mereka yang dia lakukan tidak mengganggu kehidupan dan ibadah mereka. Atau mereka sengaja tidak mempedulikannya untuk mengejeknya dan merendahkannya.

Jadi kehadiran orang-orang hanif dalam masyarakat Arab khususnya di Mekkah yang masih beraqidah Tauhid dipandang tidak mengganggu kehidupan sosial politik Mekkah karena tidak berupaya menghadirkan qiyadah dan tanzhim tersendiri. Lain dengan dakwah Rasulullah yang sejak awal sudah diprediksi akan mengganggu tatanan sosial politik Mekkah sehingga sekalipun dakwahnya masih embriotik namun sudah mendapat ancaman dan penindasan secara fisik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.