لَقَدْ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلٌ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ
“Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman. "(Qs. At-Taubah 9:128)
Pembina (da 'i) merupakan unsur terpenting dalam pembinaan ummah (bina al-ummah). Mengingat peran da'wah diantaranya adalah mengajak seseorang atau sekelompok orang kepada seperangkat konsepsi nilai Islam, maka sebagai orang yang melakukan da'wah seorang pembina harus menjadi representasi dan perwujudan dari konsepsi nilai Islam yang disampaikannya.
Hal ini ditandai dengan kepribadian seorang Pembina yang memiliki keyakinan yang kuat ('aqoid), pengetahuan yang dalam ('alim), perilaku yang nyata (as-suluk), perasaan (asy-syu'ur) dan selera nafsu (adz-dzauq) yang senantiasa berpihak kepada nilai-nilai Islam. Akan menjadi sesuatu yang sangat naif manakala seorang Pembina menyampaikan nilai-nilai Islam tetapi ia sendiri tidak mencerminkan dan tidak merepresentasikan kepribadian Islam tersebut.
Apa yang disebutkan di atas mungkin hanyalah sebuah asumsi belaka, namun berdasar pengalaman banyak orang terbukti bahwa sebuah pembinaan memang memerlukan hadirnya sebuah model dari konsepsi nilai yang dipelajari. Sebuah kajian yang intens dan berkelanjutan memang sangat diperlukan dalam proses pembinaan. Sebab dengannya seseorang atau sekelompok orang akan memiliki fundasi pemahaman yang kokoh terhadap Dinul Islam.
Namun yang lebih penting dari itu adalah adanya contoh {uswah) dan wujud dari konsepsi nilai yang dipelajari. Dalam sejarah da'wah Rasulullah SAW, Rasulullah SAW sangat menekankan sekali pentingnya representasi nilai Islam dalam melakukan da'wah kepada masyarakat Jahiliyah pada masa itu
Pada tahun-tahun pertama bi'lsah kenabian, Allah SWT menurunkan ayat-ayat yang menjelaskan pentingnya dan wajibnya bagi Rasulullah SAW dan shahabat-shahabatnya untuk melakukan perbaikan (istilah) dan penyucian diri sendiri (tazkiyah an-nafs) sebelum melakukan da'wah kepada orang lain. Perhatikan ayat-ayat di bawah ini :
يٰٓاَيُّهَا الْمُزَّمِّلُۙ قُمِ الَّيْلَ اِلَّا قَلِيْلًاۙ نِّصْفَهٗٓ اَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيْلًاۙ اَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْاٰنَ تَرْتِيْلًاۗ اِنَّا سَنُلْقِيْ عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيْلًا اِنَّ نَاشِئَةَ الَّيْلِ هِيَ اَشَدُّ وَطْـًٔا وَّاَقْوَمُ قِيْلًاۗ اِنَّ لَكَ فِى النَّهَارِ سَبْحًا طَوِيْلًاۗ وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّلْ اِلَيْهِ تَبْتِيْلًاۗ رَبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ فَاتَّخِذْهُ وَكِيْلًا وَاصْبِرْ عَلٰى مَا يَقُوْلُوْنَ وَاهْجُرْهُمْ هَجْرًا جَمِيْلًا
1. Wahai orang yang berselimut (Muhammad)!
2. Bangunlah (untuk salat) pada malam hari, kecuali sebagian kecil,
3. (yaitu) separuhnya atau kurang sedikit dari itu,
4. atau lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah Al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan.
5. Sesungguhnya Kami akan menurunkan perkataan yang berat kepadamu.
6. Sungguh, bangun malam itu lebih kuat (mengisi jiwa); dan (bacaan pada waktu itu) lebih berkesan.
7. Sesungguhnya pada siang hari engkau sangat sibuk dengan urusan-urusan yang panjang.
8. Dan sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan sepenuh hati.
9. (Dialah) Tuhan timur dan barat, tidak ada tuhan selain Dia, maka jadikanlah Dia sebagai pelindung.
10. Dan bersabarlah (Muhammad) terhadap apa yang mereka katakan dan tinggalkanlah mereka dengan cara yang baik.(Qs. Al Muzammil 73:1-10).
يٰٓاَيُّهَا الْمُدَّثِّرُۙ قُمْ فَاَنْذِرْۖ وَرَبَّكَ فَكَبِّرْۖ وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْۖ وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْۖ وَلَا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُۖ وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْۗ
1. Wahai orang yang berkemul (berselimut)!
2. bangunlah, lalu berilah peringatan!
3. dan agungkanlah Tuhanmu,
4. dan bersihkanlah pakaianmu,
5. dan tinggalkanlah segala (perbuatan) yang keji,
6. dan janganlah engkau (Muhammad) memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak.
7. Dan karena Tuhanmu, bersabarlah. (Qs. Al Mudatstsir 74:1-7)
Berdasar penjelasan di atas maka yang menjadi sorotan dalam sebuah pembinaan adalah apakah seorang pembina memiliki kepribadian yang cukup (kafa'ah) yang memungkinkannya menjalankan pembinaan, tinjauan kelayakan ini terutama pada aspek ruhiyah, sulukiyah dan fikriyah. Apakah seseorang memiliki kapasitas ruhani (ruhiyah), pemikiran (fikriyah) dan perilaku (sulukiyah) yang semestinya dimiliki oleh seorang pembina menjadi pertanyaan besar bagi mereka-mereka yang akan terjun ke dalam dunia pembinaan ummat yang berkelanjutan (istimroriyah at-tarbiyah).
۞ وَاِذِ ابْتَلٰٓى اِبْرٰهٖمَ رَبُّهٗ بِكَلِمٰتٍ فَاَتَمَّهُنَّ ۗ قَالَ اِنِّيْ جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ اِمَامًا ۗ قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْ ۗ قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِى الظّٰلِمِيْنَ
124. Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman, “Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia.” Dia (Ibrahim) berkata, “Dan (juga) dari anak cucuku?” Allah berfirman, “(Benar, tetapi) janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang zalim.” Qs. 2:124
Berdasar ayat tersebut, paling tidak ada tiga hal yang harus diperhatikan oleh seorang pembina :
1. Pemilihan Pembina. Pembina dipilih - dan biasanya akan terseleksi dengan sendirinya -dari mereka-mereka yang memiliki kesiapan penuh. Kriteranya adalah sifat-sifat fitriyah (dasar) yang melekat pada diri calon pembina dan sifat-sifat muktasabah (bentukan) yang dapat diperoleh melalui usaha, kesabaran dan kesungguhan. Kedua sifat ini menjadi dasar apakah seseorang layak untuk memimpin dan membina sebuah kelompok binaan.
2. Pelatihan dan Pembinaan (ladhrib). Pelatihan dan pembinaan dimaksudkan untuk menguatkan kesiapan seorang pembina untuk terjun dalam dunia pembinaan. Sasarannya adalah peningkatan wawasan dan ilmu pengetahuan, keterampilan, mentalitas dan ruhani. Program-program yang bisa diajukan diantaranya adalah pelatihan instruktur (dauroh da 'iyah), diskusi dan resume buku, presentasi silabus, dll.
3. Evaluasi dan Pengontrolan (iaawim walmutaba'ah) Pengontrolan dilakukan terhadap pembina-pembina yang sudah terjun menangani pembinaan. Hal ini penting dilakukan agar pembina senantiasa mengikuti aturan-aturan baku dalam pembinaan dan dapat meningkatkan kemampuan dirinya sesuai medan yang dihadapinya.
Terkait dengan aspek pemilihan maka untuk mencari seseorang yang berpotensi untuk melakukan da'wah, kepribadian menjadi suatu hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Husni Adham Jarror menyebutkan bahwa untuk bisa menjadi seorang Da'i, paling tidak seseorang harus memiliki kriteria kepribadian Da'i sebagai berikut:
1. Segi Ruhiyah
a. Beribadah dengan benar, faham apa yang dibaca dan merasakan bahwa dirinya sedang menghadap dan bermuwajahah dengan Rabbul 'alamin. b. Memelihara shalat wajib dan sunah. c. Senantiasa memelihara shalat berjama'ah terutama shalat fajar. d. Melakukan shalat malam beberapa raka'at sekuasanya e. Menjaga amalan ibadah sunnah. f. Membaca Al Our'an dengan ladahbur dan lafahhum secara kontinue. g. Menjaga do 'a-do 'a dan dzikir-dzikir yang ma 'tsur dari Rasulullah SAW. h. Senantiasa merendahkan diri kepada Allah
2. Segi Sulukiyah
a) Beradab dan berakhlaq Islam, yang terpenting diantaranya adalah rendah hati (iffah), mendahulukan kepentingan orang lain (iitsaar), bersikap toleransi dan berwawasan luas, berani berkorban, shidiq, zuhud, penyayang dan mu'amalah yang baik. b) Menjauhi hal-hal yang haram, terutama dalam masalah makanan dan minuman. c) Qudwah, memberi contoh dengan amalan yang nyata. d) Siap berkorban dalam berbagai situasi dan kondisi. e) Bertanggung jawab atas amanah yang diembannya.
3. Segi Fikriyah
a) Kejelasan konsep/fikrah da'wah yang diserukannya. b) Faham benar tentang fikrah (idiologi) yang dibawanya. c) Mempunyai wawasan Islam yang luas. d) Kontinuitas dalam belajar, sehingga ia dapat memperbaharui ilmu pengetahuannya.
A. SIFAT-SIFAT FITRIYAH
1. Potensi kecerdasan akal fikiran, yaitu :
a) Kemampuan mempergunakan pengalaman masa lalu untuk menghadapi persoalan-persoalan baru dengan sukses.
b) Kemampuan menciptakan kreasi sikap yang baru untuk menghadapi berbagai peristiwa baru, atau kemampuan mengubah sikap lama untuk menghadapi persoalan bani.
c) Kemampuan memahami hubungan antar berbagai hal dan memahami juga bagaimana menghubungkannya.
d) Kemampuan memutuskan persoalan, baik berkaitan dengan sikap seseorang maupun lainnya, dengan keputusan yang benar atau mendekati kebenaran.
e) Kemampuan melakukan kritik dan komparasi, serta mengetahui secara persis anasir yang dibutuhkan untuk itu.
f) Kemampuan menganalisa dan memetakan masalah.
g) Kemampuan berkreasi.
2. Potensi spiritual yang digerakkan oleh iman, diformat oleh iman, dibimbing ihsan, yaitu
a) Kesadaran spiritual dan respon yang cepat atas berbagai hal yang melingkupinya.
b) Kesadaran intuisi dan perasaan atas kebenaran.
c) Berpihak pada nilai-nilai ideal dalam berbagai hal dan menolak selainnya.
d) Kuatnya iman dan bersihnya aqidah dari noda khurafat, kebekuan, kebathilan dan berbagai kebohongan.
e) Meyakini Islam adalah seagung-agungnya Diin, merasa bangga menisbatkan diri padanya dan yakin bahwa Allah mendukung orang-orang yang menyeru kepadanya dengan tulus ikhlas, hanya mengharap ridho Allah.
f) Kemauan yang kuat
g) Memiliki sensitifitas terhadap keindahan dan keburukan, serta memahami dengan baik kebenaran dan kekeliruan.
h) Perhatian terhadap segala urusan yang terkait dengan ibadah, rindu kepada segala hal yang diridhai Allah dan bercita-cita untuk berjihad di jalan Allah, bahkan menganggapnya sebagai tujuan akhir.
i) Berani, dermawan dan sabar
3. Potensi fisik
a) Bebas dari berbagai penyakit yang dapat menghambatnya melaksanakan tugas
b) Sehat panca inderanya (penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan dan sentuhannya).
c) Sehat anggota badannya dan tidak cacat.
d) Mampu bekerja dan mencari penghidupan.
e) Energik dan dinamis.
f) Mampu berjuang melawan nafsu diri dan syaithon.
g) Mampu belajar untuk memiliki kecakapan dalam bekerja.
h) Mampu mengendalikan keinginan-keinginan nafsu (makan, minum, pakaian, tempat tinggal dan syahwat).
B SIFAT-SIFAT MUKTASABAH
1. Aspek Wawasan Pengetahuan Wawasan Keagamaan Secara Umum
a) Mengenal secara memadai prinsip-prinsip ajaran Islam terutama aspek aqidah, keimanan dan tauhid.
b) Mengenal dengan baik berbagai agama, aliran dan ajaran yang terkenal.
c) Wawasan Keislaman Secara Khusus
d) Mengenal dengan baik Al Our'an (membaca, menghafal, memahami).
e) Mengetahui secara memadai hadits-hadits Nabi SAW, menghafal sebagian dan memahami seluruhnya.
f) Menguasai sejarah perjalanan hidup Rasulullah.
g) Memahami secara detail rlqih Islam, menyangkut ibadah dan muamalah, agar terhindar dari kebodohan, kekeliruan dan perkiraan.
h) Melakukan studi terhadap sejarah kehidupan para shahabat.
i) Melakukan studi terhadap sejarah Islam secara umum dan sejarah pergerakan (harakah) yang menisbatkan diri pada Islam.
j) Mengenal sejarah Jama ah.
k) Mengetahui secara memadai realitas dunia Islam kontemporer dengan segala problematika dan tantangannya, kekuatan dan potensinya.
l) Mengetahui secara memadai minoritas muslim yang hidup di bawah negara atau
m) pemerintahan non-Islam sehingga dapat memahami kebutuhan dan permasalahannya,
n) baik materi dan non materi.
o) Mengenal dengan baik berbagai gerakan dan arus pemikiran yang memusuhi Islam beserta berbagai rencana dan programnya.
Wawasan Kehidupan Secara Umum
a) Mengenal aliran-aliran politik kontemporer.
b) Mengenal faham-faham ekonomi.
c) Mengenal faham-faham sosial kemasyarakatan.
d) Mengenal berbagai teori dan faham pemikiran dengan segala programnya.
e) Mengenal peta geografis negara-negara modern terpenting ; negara Islam maupun non-Islam.
f) Mengenal organisasi-organisasi internasional beserta tujuan dan rencana-rencananya, baik politik maupun non-politik.
g) Mengenal orientalisme, zending, zionisme dan kapitalisme terselubung.
h) Memiliki studi terhadap pemikiran salibis dan ide-idenya yang memusuhi Islam dan kaum muslimin.
i) Mengenal berbagai media massa beserta berbagai tujuan dan programnya.
j) Mengenal dengan baik struktur pemerintahan diberbagai negara diseluruh dunia, serta menentukan sikap-sikap Islam dan kaum muslimin.
2. Aspek Praktis Da'wah
a) Mengetahui secara sadar apa-apa yang dida'wahkannya, sedangkan ia menyeru kepada Allah, Islam dan kebenaran.
b) Memahami secara mendalam apa-apa yang dida'wahkan, hal ini dapat dicapai dengan 'perenungan yang panjang' terhadap Al Our'an dan Sunnah.
c) Menyadari tujuan hidupnya di dunia dan posisi dirinya ditengah manusia.
d) Iman yang kuat terhadap apa yang dida'wahkan, yang dibuktikan dengan amal nyata. Sebab tidaklah layak sseorang menyeru orang lain kepada suatu perbuatan sementara ia sendiri tidak melakukannya.
e) Mengetahui dengan baik perangkat-perangkat da'wah, yaitu hikmah, mauidzah hasanah dan al-jidal billati hiya ahsan.
Aspek Gerakan dan Tanzhim
a) Dapat bergaul dan akrab dengan orang lain.
b) Mampu mempengaruhi orang lain dan menarik simpati mereka kepadanya.
c) Mampu menghimpun orang banyak untuk 'berada disekeliling kebenaran', mampu memotifasi mereka untuk saling berwashiat dan komit kepadanya dalam kondisi apapun.
d) Mau berkorban untuk da'wah dan untuk kepentingan orang-orang yang bergerak dalam da'wah bersamanya.
e) Mampu menghimpun mereka dalam berbagai ragam klasifikasi potensi
f) Mampu mengelola dan mengarahkan.
g) Mampu bersikap tegas pada saat yang tepat dan bersikap lemah lembut pada saat yang tepat pula.
h) Mampu memberdayakan potensi sebagaimana mestinya.
i) Mampu memahami arus-arus yang mendukung maupun yang menentang aktifitas
j) Islam, sehingga bersikap waspada terhadap yang mengancam dan mendukung kepada
k) yang menguntungkan.
Aspek Leadership
a) Penampilan (performen) lahir yang meyakinkan sebagai wujud dari kebaikan hatinya.
b) Disiplin dan proporsional dalam segala halnya, baik yang dilakukan maupun yang ditinggalkan.
c) Memberi keteladanan dalam perilaku-perilakunya, baik secara individual maupun sosial
d) Mampu mewariskan da'wah dan harakah kepada generasi berikutnya.
e) Berpartisipasi dengan saudara-saudaranya dalam bekerja dan mengelola pekerjaan
f) Jauh dari sikap otoriter dan suka memerintah, tetapi memutuskan segala sesuatunya dengan lemah lembut, jiwa persaudaraan dan rasa kasih sayang.
g) Mampu menganalisa dan menyimpulkan.
h) Mampu bersikap tegas, mengambil keputusan setelah musyawarah dan mendengarkan pendapat orang lain.
i) Mampu melakukan kontrol dengan tenang dan terarah, sehingga dapat mengevaluasi
j) suatu aktiiitas dan memperbaiknya.
k) Mampu melakukan perubahan ketika diperlukan dan senantiasa bersikap kreatif.
Seorang pembina memiliki tugas-tugas yang dapat diklasifikasi dalam tugas-tugas yang bersifat teknis yaitu tugas-tugas dalam pengelolaan pembinaan (lihat : Teknik Pengelolaan Pembinaan Ummat) dan yang bersifat prinsip. Tugas-tugas yang bersifat prinsip ini adalah sebagai berikut :
1. Hendaknya ia menjadi suri teladan bagi para anggota kelompoknya, dalam hal akhlaq dan perilaku (suluk), apa yang dicintai dan dibenci, keikhlasan hati serta loyalitas pada tugasnya. Seorang pembina jangan sekali-kali menuntut anggota-anggotanya untuk melakukan suatu perbuatan yang ia sendiri tidak sungguh-sungguh menunaikannya, sebaliknya juga jangan melarang sesuatu yang ia sendiri melanggarnya, karena hal yang demikian itu menghilangkan sifat-sifat pokoknya sebagai pembina.
2. Hendaklah ia menghubungkan para anggotanya secara langsung dengan Dinul Islam, Al Our'an dan Assunah, fikrah dan manhaj Jama'ah, bukan pada dirinya atau orang lain, karena individu akan lenyap sedangkan prinsip-prinsip nilai akan senantiasa lestari. Inilah tugas penting seorang pembina yakni mencetak penganut prinsip bukan penganut individu semisal dirinya.
3. Menanamkan secara mendalam prinsip-prinsip syari'at, standar-standarnya dan cara mempergunakannya untuk menimbang seorang (ataupun yang lain) pada dada setiap anggota. Mereka diharapkan senantiasa memahami persoalan kemanusiaan dan kehidupan pada umumnya dengan timbangan syari'at, bukan dengan berbagai tolak ukur produk manusia sendiri.
4. Menanamkan kecintaan dan kepercayaan pada diri anggota kelompok binaannya, saling mencintai dan mengasihi. Seorang pembina bertanggung jawab terhadap tumbuh kembangnya perasaan cinta dan kepercayaan dalam diri anggota kelompok binaannya.
5. Menyingkap bakat-bakat terpendam para anggota dan mengenali kapasitas dan potensinya. Semua itu dilakukan dalam rangka mengarahkan dan memberdayakan untuk kepentingan individu, jama'ah dan Ummat Islam umumnya. Bakat, kapasitas dan potensi yang dimiliki selanjutnya akan disalurkan dan didistribusikan dalam struktur kelembagaan jama'ah hingga menjadi sumber daya bagi pembangunan ummat
6. Memperbaiki berbagai kekurangan yang dimiliki para anggotanya dalam hal keilmuan/wawasan pengetahuan, kualitas 'amal, perilaku (sulukiy) dengan merancang berbagai program pembinaan.
7. Menyertai para anggota kelompoknya dalam kerja (menjalankan tugas/program kelompok) dan membantu mereka dalam melakukannya. Dengan demikian diharapkan dapat membangkitkan semangat, kesungguhan, ketahanan dan kedisiplinan dalam jiwa mereka.
8. Menciptakan suasana dialogis dan siap mendengarkan pendapat orang lain sehingga setiap anggota mampu mengutarakan apa yang ada dalam benaknya. Karena cara itulah yang dapat mengantarkan mereka menjadi orang-orang yang aktif, membangun opini dan siap berdialog dengan orang lain.
Sebagai seorang manusia biasa, setiap pembina memiliki potensi untuk melakukan hal-hal yang positif atau negatif, atau dalam bahasa Al Our'an adalah bahwa setiap manusia telah di tunjuki dua jalan (wa haaaynahun najdayni Qs. 90:10), terkadang pembina juga mengalami naik dan turunnya iman (yazid aw yanqhush).
Dalam konteks dakwah, ada beberapa penyakit ruhani yang harus diwaspadai oleh setiap pembina yaitu :
1. Futur yaitu malas, suka menunda-nunda atau terlambat. Puncaknya adalah terputus atau berhenti sama sekali setelah sebelumnya rajin dan terus bergerak. (Qs. 21:19-20 47:31 42:30)
2. Israf yaitu melampaui batas dalam makanan, minuman, berpakaian, bertempat tinggal dan lain-lain dari keinginan yang tersembunyi dalam jiwa manusia. (Qs. 102:8 17:27 6:141 7:31)
3. Isti'jal yaitu menuntut atau mengerjakan sesuatu dengan tergesa-gesa. (Qs. 10:11 17:11 21:37 73:10 30:60 25:20 2:261 22:40)
4. 'Uzlah yaitu lebih mengutamakan hidup sendiri dari pada hidup berjama'ah. (Qs. 26:212 5:2 3:103 61:5)
5. Ijab binnafs yaitu kagum atau membanggakan diri dari segala sesuatu yang timbul darinya, baik berupa perkataan atau perbuatan, dengan tidak berbuat melampaui batas terhadap orang lain. (Qs 2:221 5.100 57:20 9:25 28:78 16.53 9:122)
6. Ghurur atau Syiddatul i'jab yaitu ujub yang sangat, jika perasaan di atas disertai dengan meremehkan atau menganggap kecil apa yang timbul dari orang lain. (Qs. 35:5 59:18 61:2-3 2:44)
7. Bila disertai dengan merendahkan orang lain dan merasa lebih tinggi darinya maka itu disebut dengan takabbur atau syiddatu syiddatil i'jab (ujub yang amat sangat) yang sama kedudukannya dengan syaithon. (Qs. 7:146 22:9 57:23 31:18 93:11 23.55-56 34:35-37 72:17)
8. Riya yaitu memamerkan amal shalih karena menghendaki martabat atau kedudukan dimuka umum atau menginginkan harta dari mereka dan Sum'ah - kalau perbuatannya ini ingin didengar orang lain. (Qs. 107:6-7 2:264)
9. Jttiba'ul hawa yaitu mengikuti hawa nafsu. (Qs. 4:135 38:26 53:3-4 79:40-41 28:50)
10. Attathali 'u ilaa ash-shadaarah wa tha/abu ar-riyaadah yaitu menghendaki kepemimpinan dan mencari kemewahan. "Sesungguhnya kami, demi Allah, tidak akan mengangkat seorang wah (pemimpin) atas pekerjaan ini (dari) orang yang meminta (menjadi pemimpin) atau (dari) orang yang berambisi dengannya (pekerjaan tersebut) HR Bukhari.
11. Dhayyiqul afaq aw qashirun nadzar yaitu sempitnya wawasan atau pendeknya pandangan. (Qs. 96:1-5 7:176,185 22:46)
12. Dha'fu aw talasyi al-iltizam yaitu lemah atau sirnanya pendirian yang teguh. (Qs. 2:155-157,208 3:120,186,195 7:27 114:1-6 20:124 72:17)
13. Tiadanya tatsabbut yaitu minta atau mencari tetap atau kokohnya sesuatu dengan dalil yang menyampaikan kepada ketetapan terhadap suatu hal, dan tiadanya tabayyun -mencari penjelasan dan kepastian hukum dengan cermat. (Qs. 4:83,94 49:6 24:14)
14. Mengurangi atau menghilangkan sebagian perkara atau ibadah hingga tidak utuh lagi dan akhirnya menuju kepada ketidakmampuan dalam beramal. (Qs. 39:56 2:152)
15. Su'uzhan yaitu berprasangka buruk. (Qs. 22:15 33:10 49:12 21:87 59:2 53:28)
16. Ghibah yaitu ngerumpi, banyak menghabiskan waktu dengan membicarakan hal-hal yang ghibah. (Qs. 49:12 63:1)
17. Namimah yaitu mengadu-ngadu, membuat kontradiksi dalam jama'ah dengan jalan menjelek-jelekkan seseorang pada orang lain. (Qs. 68:10-11)
18. Faudhal Waqti yaitu menyi-anyiakan waktu, menghabiskan waktu pada hal-hal yang tidak berguna. (Qs. 23:99-100 63;10 6:27 7:53 35:37 59:18)
19. Taswif yaitu menunda-nunda, menunda pekerjaan dan menjadikan banyak pekerjaan bertumpuk sehingga diselesaikan dalam satu waktu, akibatnya tidak ihsan hasilnya. (Qs. 63:10 23:99-10089:21-23 39:55-58)
20. Tasya'um yaitu pesimis terhadap da'wah yang dilakukannya, terhadap masa depan jama'ah atau masa depan dirinya sendiri. (Qs. 3:139 5:44 33;39)
21. Athtanaththu' aw alghuluw fiddiin yaitu berlebihan/keterlaluan dalam beraktifitas, tidak memperhatikan kesehatan jasmani dan ruhani dan memforsir pada satu waktu. (Qs. 5:101-102)
22. Pertengkaran atau perdebatan, memperdebatkan sesuatu secara berlebihan dan menjadikannya sebagai ajang pertengkaran dan perpecahan. (Qs. 2:147 18:22 42:18 19:34 40:35)
23. Al Qu ud yaitu berpangku tangan, tidak melibatkan diri dalam kerja 'amal jama'i. (Qs. 5,24 9:83 9:90 4:95-96)
24. Asysvuh yaitu kikir terhadap hartanya. (Qs. 9;79 59:9 64:16 3:180 5:64 9:34-35)
25. Ghadhab yaitu marah, pemarah tanpa jelas sebab dan akibatnya. (Qs. 20:81)
26. Hiqd yaitu dengki melihat kelebihan yang diberikan Allah kepada orang lain dan bisa kemudian memusuhi orang tersebut dan menganggap Allah tidak adil. (Qs. 47:37 59:10 7:43 15:47 47:29)
27. Tanafus yaitu berlomba-lomba meraih kepentingan duniawi, melupakan pekerjaannya yang utama yaitu berdakwah. (Qs. 3:133 57:20-21 15:8)
28. Ihtiqor yaitu rendah diri, tidak percaya diri berhadapan dengan orang lain, dengan pembesar, dengan penguasa, atau dengan orang yang memiliki kelebihan dalam harta, tahta, dll. (Qs. 3:139 47:35 2:150 3,173-175)
Pembinaan Lanjutan Untuk Para Pembina
Sasaran da'wah kita adalah masyarakat, masyarakat sebagai kumpulan manusia memiliki kecenderungan yang beragam, mulai dari kebutuhan, persoalan, karakteristik, kecenderungan, sifat-sifat dan lain-lain. Keragaman ini bisa terjadi karena perbedaan suku, geografis, usia, latar belakang sosial, bahasa, agama dan lain sebagainya. Perubahan sosial-budaya yang dicirikan dengan adanya transformasi peradaban dunia dari peradaban tradisional, terjadinya revolusi industri sampai yang mutakhir yaitu adanya ledakan informasi menunjukkan kepada kita bahwa masyarakat kita mengalami perubahan yang relatif cepat. Perubahan tersebut langsung maupun tidak langsung akan berdampak kepada munculnya kebutuhan-kebutuhan baru, kecenderungan-kecenderungan baru, dan sifat-sifat baru yang secara sosiologis menjadi salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam melakukan da'wah.
Beberapa hal yang patut dikaji lebih lanjut terkait dengan perubahan-perubahan yang terjadi ini adalah:
1. Apakah methodologi (kaiftal) dakwah yang kita gunakan masih 'up to date' atau justru sudah tidak bisa dimengerti lagi oleh masyarakat di mana kita berda'wah.
2. Apakah bahasa, istilah-istilah yang kita sampaikan bisa dimengerti atau tidak oleh masyarakat.
3. Semakin dalam dan luaskah materi kajian kita, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan sendiri ?
4. Masih aktualkah dan relevankah materi dakwah yang kita sampaikan ?
5. Dan lain-lain.
Tuntutan yang muncul dikalangan pembina adalah bahwa seorang pembina harus terus menerus meningkatkan kemampuannya dalam berdakwah, baik pada aspek ruhiyah, wawasan dan pengetahuan, keterampilan praktis yang mendukung dakwah, bahasa yang mengena dan aktualitas materi yang disampaikan. Untuk melakukan pengembangan kualitas para pembina secara jam'iyah (bersama-sama) beberapa aktifitas lanjutan perlu diadakan seperti :
1. Kajian tentang kondisi masyarakat binaan, seperti pemetaan geo-politik dan geo-strategi dilingkup daerah masing-masing (disesuaikan dengan lingkup garapan dakwah).
2. Kajian tentang literatur mutakhir tentang materi-materi pembinaan seperti diskusi buku, resensi buku.
3. Kajian tentang kelembagaan harakah.
4. Kajian tentang isu-isu aktual dan kontemporer dihidang politik, ekonomi, sosial, seni dan budaya, kemiliteran, dll.
5. Menguasai keterampilan pendukung dalam berdakwah, seperti keterampilan mengakses informasi melalui internet, keterampilan menggunakan komputer, keterampilan berbahasa asing, dll.
6. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kinerja para pembina, dll.
Itulah sebabnya sekalipun seorang pembina sudah banyak malang melintang dalam dunia pembinaan, sebagai salah satu wujud dari kerendah-hatiannya adalah kesiapan dan kemauan dirinya untuk mengikuti pembinaan-pembinaan lanjutan bagi dirinya sendiri, baik dirinya dalam konteks peran pembina juga dalam peran yang dibina. Di dalam Al Our'an inilah yang disebut dengan Generasi Rabbani, yaitu generasi yang "bima kuntum lu allimunal kitab wa bima kuntum ladrusun".
مَا كَانَ لِبَشَرٍ اَنْ يُّؤْتِيَهُ اللّٰهُ الْكِتٰبَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُوْلَ لِلنَّاسِ كُوْنُوْا عِبَادًا لِّيْ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ وَلٰكِنْ كُوْنُوْا رَبَّانِيّٖنَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُوْنَ الْكِتٰبَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُوْنَ ۙ
“Tidak mungkin bagi seseorang yang telah diberi kitab oleh Allah, serta hikmah dan kenabian, kemudian dia berkata kepada manusia, “Jadilah kamu penyembahku, bukan penyembah Allah,” tetapi (dia berkata), “Jadilah kamu pengabdi-pengabdi Allah, karena kamu mengajarkan kitab dan karena kamu mempelajarinya!” " (Qs Ali Imran 3:79)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.