Karakteristik Kelompok Binaan

 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُوْنُوْٓا اَنْصَارَ اللّٰهِ كَمَا قَالَ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ لِلْحَوَارِيّٖنَ مَنْ اَنْصَارِيْٓ اِلَى اللّٰهِ ۗقَالَ الْحَوَارِيُّوْنَ نَحْنُ اَنْصَارُ اللّٰهِ فَاٰمَنَتْ طَّاۤىِٕفَةٌ مِّنْۢ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ وَكَفَرَتْ طَّاۤىِٕفَةٌ ۚفَاَيَّدْنَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا عَلٰى عَدُوِّهِمْ فَاَصْبَحُوْا ظٰهِرِيْنَ ࣖ

“Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penolong-penolong (agama) Allah sebagaimana Isa putra Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia, “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?” Pengikut-pengikutnya yang setia itu berkata, “Kamilah penolong-penolong (agama) Allah,” lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan (yang lain) kafir; lalu Kami berikan kekuatan ke-pada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, sehingga mereka menjadi orang-orang yang menang. " (Qs. Ash-Shaff 61:14)

Pembinaan ummat tidak bisa di jalankan jika tidak ada orang yang mengikuti pembinaan Sebaik apapun program pembinaan disusun dan sekualitas apapun pembina menyiapkan diri, namun jika pembina tidak berusaha untuk melakukan rekrutmen anggota maka pembinaan tidak bisa di jalankan. Itulah pentingnya mengapa kelompok binaan perlu menjadi kajian yang serius dikalangan pembina. Sambil melakukan pembinaan, setiap pembina hendaknya terus melakukan rekrutmen, mencari dan membentuk kelompok-kelompok binaan yang akan dibinanya ataupun yang akan dibina oleh pembina yang lain.

Kelompok binaan sebaiknya berasal dari satu lingkungan yang sama, sebagai contoh pembina dapat membentuk satu kelompok binaan yang memiliki tempat tinggal yang tidak terlalu jauh, seperti di dalam satu komplek perumahan, sekolah, kampus, kantor, lokasi pekerjaan dan sebagainya. Hal ini untuk mempermudah jarak teritorial antar anggota kelompok sehingga koordinasi dapat cepat dilakukan. 

Satu kelompok juga sebaiknya memiliki perbedaan usia yang tidak terlalu jauh bahkan sebaiknya setara, hal ini akan cukup berpengaruh dalam pemilihan unsur program, seperti pembinaan anak-anak tentu secara program dibedakan dengan pembinaan orang dewasa atau dengan pembinaan orang lanjut usia. Selain itu faktor status sosial hendaknya juga diperhatikan. 

Pembentukan kelompok yang secara sosial atau intelektual tidak terlalu jauh berbeda akan memudahkan pembina untuk menyesuaikan bahasa dan ilustrasi yang digunakan dalam kajian (ta'lim) kelompok, hal ini juga terkait dengan kecepatan belajar dan daya nalar yang dimiliki oleh anggota-anggota kelompok.

Faktor sosial ini memang bukan merupakan faktor yang terpenting dalam pembentukan kelompok. Dalam sejarah da'wah Rasulullah SAW sendiri, terbukti bahwa orang-orang yang lebih cepat menerima da'wah Rasulullah dan tersentuh hatinya untuk menerima Islam justru sebagian besar berasal dari masyarakat yang secara sosial berstatus seperti keluarga Yasir dan Bilal bin Rabbah yang menjadi budak Umayyah bin Khallaf.

Mereka inilah yang dalam bahasa Al Our'an adalah kaum mustadh 'afin yaitu segolongan manusia yang mengalami penindasan secara struktural maupun kultural dalam masyarakatnya, mereka merasakan secara langsung bagaimana dampak dari kebijakan penguasa yang zalim dan jabbaar dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Untuk membentuk satu kelompok seorang Pembina harus selalu rajin dan tekun melakukan kontak individu (al-ittishol bil afrodh) dengan masyarakat dari seluruh kalangan yang ditemuinya, baik pedagang kaki lima, tukang becak, buruh pelabuhan sampai kalangan bisnis, usahawan, termasuk mungkin juga kalangan seniman, artis dan lain sebagainya. 

Untuk bisa melakukan penetrasi ke dalam masyarakat yang sangat plural ini tentunya seorang pembina dituntut untuk bisa berbahasa dan berpenampilan yang bisa mendekatkannya dengan masyarakat yang plural tersebut. Rasulullah SAW sendiri dalam qisah-qi sahnya banyak tersebut sedang melakukan da'wah kepada berbagai kalangan, seperti seniman di Pasar Ukaz, pedagang, budak sampai pembesar-pembesar Mekkah.

Kontak individu (ittisholul afrad) ini perlu dilakukan dengan maksud agar pembina dapat melakukan taaruf secara mendalam kepada calon binaannya, pembina dengan melakukan kontak individu ini harus mengenal dengan baik keadan jiwa (nafsiyan) dan pemikiran (fikriyyan) dari orang atau sekelompok orang yang ditemuinya, sehinga dengan demikian pembina akan mengetahui dengan cara dan ilustrasi yang seperti apa ia akan memulai da'wahnya. Kontak individu ini dapat dilakukan dalam forum yang formal maupun informal, dalam situasi yang terbuka maupun tertutup, sesuai dengan keadaan orang/sekelompok orang yang ditemuinya. 

Setelah melakukan ta'aruf di atas, pembina harus berusaha mencari individu-individu (ikhtiyarul afrodh) yang potensial untuk melakukan perubahan diri, atau kongkritnya adalah bersedia untuk mengikuti pembinaan dan aktifitas ta'lim rutin. Individu-individu ini kemudian dibentuk menjadi satu kelompok binaan yang pada tahap awal perlu mendapatkan orientasi tentang pentingnya pembinaan bagi dirinya (ahamiyatu taklim fi hayah)

Untuk satu kelompok binaan hendaknya terdiri dari 6-12 orang, jika lebih dari itu sebaiknya kelompok dibagi lagi. Untuk kelompok binaan juga harus dipisahkan antara kelompok binaan putra (ikhwan) dan putri (akhwat). Untuk kasus-kasus khusus yang pernah terjadi seperti adanya kelompok campur antara ikhwan dan akhwat atau jumlah satu kelompok lebih dari 12 orang, mungkin saja bisa terjadi pada pertemuan-pertemuan awal, namun selelah itu kelompok harus diatur sesuai dengan ketentuan di atas. Pengaturan ini diperlukan agar memudahkan bagi Pembina melakukan evaluasi, monitoring dan kontrol atas kelompok-kelompok binaannya. Jumlah yang terlalu banyak atau adanya kelompok campur akan memberikan pekerjaan rumah yang semestinya tidak dimiliki oleh Pembina.

Setiap kelompok binaan sebaiknya memiliki koordinator kelompok yang dipilih dari anggota kelompok binaan tersebut. Adapun tugas-tugas koordinator ini adalah :

1. Menghubungi anggota kelompok untuk mengikuti pertemuan sesuai jadwal dan lokasi yang ditentukan.

2. Menghubungi pembina, terutama jika ada perubahan tempat dan jadwal pertemuan.

3. Membantu penyiapan sarana dan prasarana pembinaan bagi proses pembinaan.

Penetapan kordinator kelompok ini bersifat fleksibel, jika tugas-tugas di atas bisa ditangani pembina maka pembina dapat secara langsung berfungsi sebagai koordinator kelompok, hal ini memiliki nilai plus yaitu pembina akan lebih akrab dengan kelompok binaannya. Untuk kelompok binaan akhwat sebaiknya dibina oleh pembina akhwat, tetapi dalam kondisi tertentu (seperti minimnya pembina akhwat disatu unit) dapat dibina oleh pembina ikhwan, untuk menjaga kaidah-kaidah syari'at dalam interaksi antara pembina dan kelompok binaannya diperlukan adanya penetapan koordinator kelompok yang akan membantu beberapa tugas teknis pembina, seperti yang disebutkan di atas. 

Koordinator sebaiknya dipilih dari anggota yang memiliki tanggung jawab dan memiliki sikap amanah, hal ini bisa dipelajari dalam ta'aruf dengan anggota dalam kelompok. Jangan memilih koordinator kelompok dengan hanya berpijak kepada tingginya status sosial atau status akademis seseorang.

Untuk kelompok binaan yang baru terbentuk, sebaiknya dimulai kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1. Melakukan ta'aruf antar anggota kelompok (terutama jika belum saling kenal), juga ta'aruf antara pembina dan anggota kelompoknya. 2. Melakukan musyawarah dengan anggota kelompok untuk menetapkan jadwal, intensitas dan tempat pertemuan untuk ta'lim (kegiatan tatap muka). 3. Mengenalkan pentingnya pembinaan bagi seorang muslim. 4. Meluruskan niat dan motif dalam mengikuti pembinaan. 5. Menciptakan suasana yang kondusif bagi terselenggaranya sebuah pembinaan, seperti keakraban, keseriusan, perhatian dan lain-lain.


Secara bertahap dan penuh kesabaran, pembina harus berupaya membentuk kelompok binaan sedemikian rupa sehingga bisa menjadi "satu tubuh yang jika ada gangguan pada satu organ tubuh akan mempengaruhi organ tubuh yang lain", dengan kata lain sampai pada tingkat takaful yaitu saling sepenanggungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.