Dalam bukunya, Sirah Nabawiyah, Dr. Musthafa as-Siba’i menyebutkan sumber-sumber rujukan Sirah Nabawiyah sebagai berikut:
1. Al-Quran
Al-Quran adalah sumber pokok sandaran dari seluruh aspek pada Sirah Nabi ShallaLlahu ‘alaihi wa sallam. Beberapa ayat yang menjadi dasar Sirah Nabawiyah antara lain:
أَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيمًا فَآوَى
“Bukankah Dia dapati engkau dalam keadaan yatim lalu engkau dipelihara.”(Q.S.93:6)
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Q.S.69:4)
Secara garis besar kisah-kisah Nabi ShallaLlahu ‘alaihi wa sallam yang dituturkan dalam Al-Quran melingkupi antara lain:
- Perkembangan kehidupan Nabi ShallaLlahu ‘alaihi wa sallam.
- Akhlaq Nabi ShallaLlahu ‘alaihi wa sallam.
- Kesulitan dalam menjalankan dakwah seperti tuduhan-tuduhan yang Beliau ShallaLlahu ‘alaihi wa sallam terima.
- Hijrah Nabi ShallaLlahu ‘alaihi wa sallam.
- Sebagian peperangan yang diikuti Nabi ShallaLlahu ‘alaihi wa sallam, seperti Badar, Uhud, Khandaq, Fathu Makkah, Hunain, dll.
- Mu’jizat Nabi ShallaLlahu ‘alaihi wa sallam seperti Isra Mi’raj.
- Syaikh Al-Buthy juga menuturkan dalam Fiqhus Sirah nya bahwa secara umum, saat Al-Quran menceritakan Sirah Nabawiyah, akan memakai satu dari dua uslub berikut:
Mengemukakan sebagian kejadian dari kehidupan Nabi ShallaLlahu ‘alaihi wa sallam, yang sebagiannya sudah disebutkan sebelumnya di atas, termasuk juga pernikahan Nabi ShallaLlahu ‘alaihi wa sallam dan Zainab binti Jahsy radhiyaLlahu ‘anha.
Mengomentari kasus-kasus dan peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk menjawab masalah-masalah yang timbul, atau mengungkap masalah yang belum jelas, atau menarik perhatian kaum Muslimin kepada pelajaran yang terkandung padanya.
Baik Syaikh As-Siba’i dan Syaikh Al-Buthy, keduanya sepakat bahwa pembicaraan Al-Quran terkait dengan Sirah Nabawiyah semuanya dalam bentuk global dan tidak mendetail. Sebagaimana Perang Badar misalnya, Al-Quran tidak menjelaskan berapa jumlah Sahabat yang syahid ataupun kaum kafir yang mati terbunuh.
Demikianlah Uslub Al-Quran dalam menjelaskan peristiwa-peristiwa dalam Sirah Nabawiyah dan juga peristiwa-peristiwa kaum terdahulu yang lebih memfokuskan kepada nasihat dan pelajaran yang dapat ditarik dari tiap peristiwa tersebut. Karenanya, dalam membahas Sirah Nabawiyah, kita masih memerlukan sumber-sumber lainnya sebagaimana tertera pada poin selanjutnya.
2. Sunnah Nabi Saw yang Shahih
Yang dimaksudkan di sini adalah hadits Nabi ShallaLlahu ‘alaihi wa sallam yang shahih. Salah satu contoh dapat dilihat pada hadits berikut ini:
عن أبي قتادة: أن رجلاً سأل رسول الله صلى الله عليه وسلم عن صوم يوم الاثنين. فقال: «ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ، وَيَوْمٌ بُعِثْتُ – أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيهِ -».رواه مسلم
Dari Abu Qatadah: Bahwasanya seorang laki-laki bertanya kepada RasuluLlah ﷺ tentang puasa Hari Senin. RasuluLlah ﷺ bersabda: “Hari itu adalah hari aku dilahirkan dan diturunkannya kitab kepadaku.” (HR. Muslim)
Syaikh As-Siba’i menyebutkan bahwa sumber ini memuat bagian terbesar kehidupan Nabi ShallaLlahu ‘alaihi wa sallam. Alasan yang menambah ketenangan dan kepercayaan padanya adalah adanya sanad yang jelas bersambung sampai kepada para Sahabat radhiyaLlahu ‘anhum, yang berinteraksi langsung dengan Nabi ShallaLlahu ‘alaihi wa sallam. Melalui sumber ini, kita dapat melihat gambaran yang komprehensif, walau terkadang tidak utuh, tentang Sirah Nabi ShallaLlahu ‘alaihi wa sallam.
Syaikh Al-Buthy menyebutkan, bahwa sumber kedua ini jauh lebih luas dan rinci, namun belum tersusun secara urut dan sistematis dalam memberikan gambaran sejarah kehidupan Nabi ShallaLlahu ‘alaihi wa sallam, terutama jika kita melihat dari sisi urutan waktu. Hal ini mengingat Kitab hadits kebanyakan ditulis berdasarkan bab fiqh atau satuan pembahasan yang terkait dengan Syariat Islam.
3. Syair-syair Arab yang semasa dengan Jaman Nabi ShallaLlahu ‘alaihi wa sallam
Saat berusaha menghadang dakwah Nabi ShallaLlahu ‘alaihi wa sallam, salah satu ‘senjata’ yang digunakan oleh kaum musyrik adalah melalui syair sebagai media propaganda pada masa itu. Penghinaan dan hujatan tersebut memaksa para Sahabat ra yang memiliki kemampuan menggubah syair – seperti Hasan bin Tsabit ra, ‘AbduLlah bin Rawahah ra, dsb – untuk membalas pula dengan syair mereka.
Syair-syair ini tertera pada buku-buku sastra klasik dan sejarah. Darinya kita dapat mengambil jejak rekam sejarah yang menjadi dasar untuk menggali beragam fakta di seputar kehidupan Nabi ShallaLlahu ‘alaihi wa sallam.
Pelajaran lain yang dapat kita petik adalah bagaimana kekuatan dari sebuah hasil pemikiran yang memiliki efek jauh lebih dahsyat dari pedang paling tajam ataupun anak panah yang dilontarkan. Efek dari sebuah pedang atau panah hanya bisa dirasakan oleh orang tertentu pada masa tertentu, sementara efek pemikiran dan hasil turunannya dapat tetap memberikan pengaruh besar hingga berbad-abad lamanya setelah pertama kali ia dilontarkan.
4. Kitab-kitab Sirah
Syaikh Al-Buthy menyebutkan bahwa kajian sirah diambil dari riwayat-riwayat pada masa Sahabat radhiyaLlahu ‘anhum dan disampaikan secara turun-temurun tanpa dihimpun atau disusun dalam sebuah kitab, walau sudah ada yang menaruh perhatian khusus terhadap Sirah Nabi ShallaLlahu ‘alaihi wa sallam dan rincian-rinciannya.
Baru pada masa generas tabi’in, Sirah Nabi ShallaLlahu ‘alaihi wa sallam mulai disusun dengan mengumpulkan data yang terdapat pada lembaran-lembaran kertas. Kemudian muncul generasi penyusun Sirah berikutnya dengan tokoh-tokohnya seperti Muhammad bin Ishaq/Ibnu Ishaq (152H), lalu disusul generasi setelahnya seperti Al-Waqidi (203H), dll.
Pada masa setelahnya, juga terkenal beberapa nama, di antaranya Ibnu Hisyam dengan kitabnya yang terkenal, Sirah Nabawiyah, yang meriwayatkan Sirah Nabi Saw yang berasal dari Ibnu Ishaq. Disebutkan bahwa Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam adalah hasil ringkasan dari riwayat-riwayat yang dimiliki oleh Ibnu Ishaq yang bisa sampai pada jaman kita sekarang ini.
Syaikh As-Siba’i menyebutkan bahwa pada perkembangannya penulisan Sirah Nabawiyah hanya terfokus pada salah satu aspek tertentu saja, seperti terlihat pada Asy-Syamail karya Imam Tirmidzi, Asy-Syifaa karya Qadhi Iyadh, Zaadul Ma’ad karya Ibnul Qayyim al-Jauziyah, dsb.
Begitupula pada zaman kita sekarang ini, Sirah Nabawiyah tidak berhenti ditulis oleh para Ulama kontemporer, baik dengan model penulisan sejarah murni ataupun dengan model penulisan yang menekankan aspek tertentu. Beberapa di antara Ulama tersebut adalah seperti Dr. Musthafa As-Siba’i, Dr. Muhammad Al-Ghazali, Dr. Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthy, Sayyid Abul Hasan ‘Ali An-Nadwi, K.H. Munawar Chalil, Dr. Sayyid Muhammad Al-Maliki, Syaikh ShafiyurRahman Al-Mubarakfury, Dr. Munir Al-Ghadban, Dr. Sami’ bin ‘AbduLlah Al-Maghluts, dll.
Perlu dicatat, bahwa memilah dan memilih rujukan Sirah Nabawiyah adalah issue yang sangat penting. Sangat dianjurkan untuk mengambil referensi dari buku-buku yang ditulis oleh para ulama yang mu’tabar (terpercaya). Hal ini agar kita tidak keliru dalam memahami sisi-sisi kehidupan Nabi ShallaLlahu ‘alaihi wa sallam serta tidak salah dalam mengambil kesimpulan terhadap peristiwa-peristiwa yang dialami oleh Beliau ShallaLlahu ‘alaihi wa sallam. Syaikh Al-Buthy pun telah mengingatkan pentingnya issue ini dalam Fiqhus-Sirah, terutama saat beliau membahas Peristiwa Isra’ dan Mi’raj.
Sumber tulisan disini
Untuk membantu mempelajari Sirah Nabawiyah, berikut adalah beberapa buku berbahasa Indonesia yang bisa digunakan sebagai referensi bacaan. Sekalipun yang utama adalah mempelajari langsung kitab-kitab sirah dalam bahasa Arab.
- Abu Fathan (ed), Kumpulan Peta Siroh Nabi Muhammad SAW, Asaduddin Press, tt
- Afzalur Rahman, Nabi Muhammad SAW Sebagai Seorang Pemimpin Militer, Jakarta : Bumi Aksara, 1979
- Akram Dhiya Al Umuri, Seleksi Shirah Nabawiyah ; Studi Kritis Muhadditsin Terhadap Riwayat Dhaif, Jakarta : Darul Falah, 2004
- Ali Syariati, Rasulullah SAW Sejak Hijrah Hingga Wafat, Jakarta : Pustaka Hidayah, 1992
- Annemarie Schimmel, Dan Muhammad Adalah Utusan Allah, Bandung : Mizan, 1998
- Faruq Hamadah, Kajian Lengkap Shiroh Nabawiyah, Jakarta : GIP, 1998
- H.Z. Abidin Ahmad, Piagam Nabi Muhammad, Jakarta : Bulan Bintang, 1973
- Husein Haikal, Sejarah Hidup Muhammad, Jakarta : Tirtamas, 1990
- Ibnu Hisyam, Sirah Nabawiyah, Jakarta : Darul Falah, 2000
- Ibnu Ishaq, Shiroh Nabawiyah, Jakarta :
- Ibnu Katsir, Shiroh Nabawiyah, Jakarta :
- Ibnu Khaldun, Muqaddimah, Jakarta : Pustaka Firdaus, 2000
- Ja’far Subhani, Risalah ; Sejarah Kehidupan Nabi Muhammad SAW
- Jalaludin Suyuthi, Asbabun Nuzul ; Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-Ayat Al-Qur’an, Bandung : CV Diponegoro, 1990
- Kapten Sami’un Tamini, Leadership Rasululloh Dalam Kemiliteran, (buku antik)
- Khalil Yasir, Muhammad di Mata Cendekiawan Barat, Jakarta : GIP, 1992
- Kholil Sayyid Ali, Surat-Surat Nabi Muhammad SAW, Jakarta : GIP, 1999
- Martin Lings, Muhammad,
- Mazheruddin Siddiqi, Konsep Qur’an tentang Sejarah, Jakarta : Firdaus, 1986
- Muhammad Abdul Qadir Abu Faris, Analisis Aktual Perang Badar dan Uhud di Bawah Naungan Shiroh Nabawiyah, Jakarta : Robbani Press, 1998
- Muhammad Al-Ghazali, Fiqh Shiroh, Semarang : CV Asia, 1993
- Muhammad Al-Ghazali, Sejarah Kehidupan Nabi Muhammad SAW.
- Muhammad Rasyid Ridha, Wahyu Ilahu Kepada Muhammad, Jakarta : Pustaka Jaya, 1983
- Munawar Chalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW, Jakarta : Bulan Bintang, 1966
- Munir Al-Ghadban, Manhaj Harakah Dalam Shiroh Nabawiyah
- Mustafa AS-Sibai, Sari Sejarah Kehidupan Rasululullah SAW, Jakarta : Media Dakwah, 1997
- Ramli Kabi Ahmad Shidiq Abdurrahman MA, Ba’iat Satu prinsip Gerakan Islam, El-Fawaz Press, 1993
- Safiyurrahman Mubarakfury, Shiroh Nabawiyah, Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 1999
- Said Hawa, Rasul Muhammad,
- Said Ramadhan Al-Buthi, Shiroh Nabawiyah : Analisis Ilmiah Manhajiah Terhadap Sejarah Pergerakan Islam di Masa Rasulullah, Jakarta : Rabbani Press, 1999
- Sayid Muzaffarudin Nadui, Sejarah geografi Al-Qur’an, Jakarta Pustaka Firdaus, 1985
- Sejarah Ringkas Islam, Jakarta : Djambatan, Cet.3, 2000
- Syeikh Muhammad Iqbal, Missi Islam, Jakarta : Gunung Jati, 1982
- Taqiyuddin An Nabhani, Negara Islam ; Tinjauan Faktual Upaya Rasulullah SAW Membangun Daulah Islamiyah Hingga Masa Keruntuhannya, Bogor : PTI, Cet.1, 2000
- Yusuf An-Nadawi, Sejarah Hidup Rasululloh, Bandung : Diponogoro, 1983
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.