Proses pembumian Al-Qur’an secara bertahap (tadarruj) yang dilakukan oleh Rasulullah SAW sepanjang hidupnya, membentuk suatu rangkatan perjalanan sejarah yang dikenal dengan Sirah Nabawiyah. Al Quran menegaskan bahwa turunnya Al Quran secara bertahap tersebut memang sengaja dilakukan Allah SWT dengan maksud dan tujuan tertentu. Mari kita simak ayat-ayat berikut ini.
لا تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ (١٦) إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ (١٧) فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ (١٨) ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهُ (١٩)
“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian, Sesungguhnya atas tanggungan kamilah penjelasannya”. Qs. 75:16-19
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً كَذَلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلا (٣٢)
“Berkatalah orang-orang yang kafir: “Mengapa Al-Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?”; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar)”. Qs. 25:32
وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَى مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلا
“Dan Al-Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian”. Qs. 17:106
Al Qur'an diturunkan secara bertahap dan berangsur-angsur ini adalah untuk meneguhkan hati Nabi Muhammad SAW. Selain itu hikmah yang bisa diambil dengan turunnya Al Quran secara bertahap adalah:
a. Memudahkan bagi Nabi untuk menghafalnya, meneguhkan dan menghibur Umat Islam
b. Sejalan dengan fitrah manusia yang tumbuh dan berkembang secara evolutif, juga agar disampaikan kepada manusia secara bertahap (Qs. 17:106)
c. Ketentuan bahwa yang bisa mengambil pesan-pesan langit dan rahasia-rahasia ghaib dari Al Qur'an diatas bukan hanya untuk Nabi Muhammad SAW, tetapi juga kepada seluruh ummatnya (Qs. 54:17,22,32,40)
Diturunkannya bagian demi bagian Al Quran ini diawali dengan pembentukan sebuah titik perubahan dalam masyarakat yaitu tegaknya dan hadirnya kepemimpinan dalam masyarakat. Kepemimpinan adalah suluh bagi kegelapan malam, ia merupakan secercah cahaya yang menandai terbitnya fajar. Inilah yang disebut dengan bi’tsah nubuwah.
Dalam perjalanan perjuangan risalah nubuwah yang terbentang selama berpuluh tahun (23 tahun) maka gambaran akhir dari sasaran akhir perjuangan risalah ini menjadi semakin jelas, yaitu dari sebuah titik perubahan bertransformasi menjadi sebuah tanzhim qiyadah yang menjadi supermasi di wilayah di mana tanzhim tersebut diproklamasikan, bahkan supremasinya diproyesikan hingga tingkat dunia. Inilah tanzhim yang menjaga keseluruhan wilayah dunia Islam tunduk kepada aturan-aturan Allah, guna menghantarkan ummat kepada keridhaan Allah SWT.
Misi yang diemban oleh Rasulullah SAW dengan diturukannya Al Quran secara bertahap dan bagian demi bagian ini adalah dalam rangka memberikan fundasi yang kuat bagi tegaknya sistem keorganisasian masyarakat dalam masyarakat. Secara spesifik Al Quran menjelaskan “misinya” sebagai berikut.
وَهَذَا كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ مُصَدِّقُ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَلِتُنْذِرَ أُمَّ الْقُرَى وَمَنْ حَوْلَهَا وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالآخِرَةِ يُؤْمِنُونَ بِهِ وَهُمْ عَلَى صَلاتِهِمْ يُحَافِظُونَ (٩٢)
“Dan ini (Al Quran) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi; membenarkan Kitab-Kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan di sekitarnya, orang-orang yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Al Quran) dan mereka selalu memelihara sembahyangnya”. Qs 6:92
وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لِتُنْذِرَ أُمَّ الْقُرَى وَمَنْ حَوْلَهَا وَتُنْذِرَ يَوْمَ الْجَمْعِ لا رَيْبَ فِيهِ فَرِيقٌ فِي الْجَنَّةِ وَفَرِيقٌ فِي السَّعِيرِ
“Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al Quran dalam bahasa Arab, supaya kamu memberi peringatan kepada Ummul Qura (penduduk Mekah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak ada keraguan padanya. segolongan masuk surga, dan segolongan masuk Jahannam”. (Qs 42:7)
Disebut dengan litundzira ummul quro waman haulaha itu dalam konteks sirah nabawiyah yaitu bermakna bahwa penterjemahan Al Quran itu dimulai dari Mekkah, naik ke tingkat Jazirah Arab hingga sampai ke tingkat dunia. Jadi ada tahapan-tahapan dalam penterjemahan misi risalah Al Quran.
Sirah nabaiwiyah adalah wujud dari perjalanan aqidah, ini juga merupakan perjalanan ruhani para nabi dan rasul, shiddiqin, shalihin dan syahidin. Ketika membaca sirah nabawiyah maka akan nampak jelaslah bahwa sirah nabawiyah itu merupakan proses pembentukan Eksistensi Islam, kongkritnya dimulai dari tingkat keluarga (baitul khadijah), komunitas (baitul arqam), tingkat lokal (syu’bah wa qabailah) hingga sampai tingkat internasional (‘alamiah).
Dalam konteks inilah kita bisa memahami hakikat dan integralitas dari aqidah, syariah, dan hukum, bahwa semuanya itu menemukan kontekstualitasnya dalam apa yang disebut dengan al-Madinah al-Munawwarah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.