Sifat-Sifat Nabi dan Rasul



Mengingat beratnya tugas yang diemban dan medan yang akan ditempuh, setiap Rasul dipersiapkan Allah dengan bekal-bekal ruhani dan sifat-sifat yang mulia. Rasul adalah representasi dari nilai-nilai yang disampaikannya, Rasul pada hakikatnya adalah manusia paripurna (insan kamil) yang terkumpul padanya sifat-sifat yang agung dan mulia (Os. 68:4). 

Dengan beratnya misi dan tugas yang diemban, setiap Rasul harus menjadi tauladan (qudwah) dalam setiap yang diserukannya (Qs 61:2-3), memiliki sifat-sifat yang terpuji seperti shabar dan lapang dada (Qs. 6:34), memiliki sifat persaudaraan senasib sepenanggungan (Qs. 8:63 59:9 49:10), etika dan moral yang tinggi pada berbagai bidang kehidupan (Qs. 33:21 68:4), memiliki concem, kepedulian dan keprihatinan terhadap kondisi dan persoalan yang sedang dihadapi ummatnya (Qs. 9:128). 

Setian Nabi dan Rasul juga teguh dalam memegang prinsip sekalipun ditawari oleh kekayaan duniawi. Seperti tawaran penguasa kafir Quraisy agar Rasulullah menghentikan dakwah dan gerakannya, "seandainya mereka meletakkan matahari ditangan kananku dan bulan ditangan kiriku agar aku meniggalkan tugas suci ini, maka aku tidak akan meninggalkannya sampai Allah memenangkan atau aku hancur karenanya".

Setiap Rasul adalah manusia biasa yang dilantik oleh Allah menempati maqom sebagai Rasul (Qs. 17:93-94 18:110). Mereka juga memerlukan makan, minum (Qs. 25:20), beristri (Qs. 13:38), juga ditimpa sehat dan sakit (Qs. 21:83-84) sebagaimana manusia lainnya. 

Sebab mengapa rasul tidak dipilih dari kalangan malaikat adalah karena malaikat diciptakan tidak untuk menghuni bumi dan berjalan didalamnya seperti tenangnya manusia berjalan (Qs. 17:94-95), jika malaikat turun kebumi dan berubah wujud menjadi manusia, maka manusia tidak akan bisa lagi membedakan mana manusia biasa dan mana yang malaikat dan ini akan menimbulkan keraguan (Qs. 6:9)

Dan yang terpenting, hikmah rasul dari kalangan manusia adalah agar rasul bisa berinteraksi dengan manusia lainnya sehingga ia mengetahui persoalan-persoalan yang dihadapi dan pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam menyampaikan risalah dan membina serta mendidik manusia sesuai petunjuk Allah (Qs. 62:2 3:164 19:41-43), juga agar menjadi tauladan bagi manusia (Qs. 33:21 6:89-90 60:4).

Semua Nabi adalah ma'shum, atau terjaga dari kesalahan, maksudnya kesalahan dalam menyampaikan risalah dan tidak akan terjadi seorang nabi menyuruh yang munkar dan mencegah yang makruf (Qs. 3:161 53:1-4). Adapun kesalahan dalam pendapat pribadi hal ini bisa saja terjadi dalam setiap pengambilan keputusan (decision making) pada kasus-kasus tertentu yang sangat terikat dengan dimensi ruang, waktu dan tempat, seperti cemberutnya Rasulullah kepada Ummi Maktum (Qs. 80:1-7), dalam hal ijtihad tawanan perang (Qs. 8:67-69), atau ketika Rasulullah salah memberikan saran tentang pertanian (kurma). Namun Nabi dan Rasul akan senantiasa terpelihara dari melakukan kesalahan berkaitan dengan penyampaian wahyu dan penerapan syariah..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.