Peristiwa-Peristiwa Penting Yang Membentuk Pribadi Muhammad SAW Sebelum Menjadi Rasul
Masa kecil memberikan andil yang cukup penting bagi perkembangan kepribadian insaniyah Rasulullah. Sebelum dilantik sebagai Nabi (bi'tsah) pada usia 40 tahun di gua Hiro, Rasulullah sudah melalui masa-masa persiapan yang sangat matang (mature) dalam fase-fase kehidupannya. Fase-fase tersebut adalah :
a) Rasulullah lahir dalam keadaan yatim piatu, sekalipun curahan kasih sayang tetap diberikan oleh paman dan kakeknya Kondisi ini memberikan bentukan kejiwaan yang matang pada diri Rasulullah. Sebagai anak yang lahir dalam keadaan yatim piatu, Rasulullah memiliki tingkat kepekaan yang tinggi akan kondisi-kondisi psikologis manusia sejak ia masih kecil, dan kematangan psikologis ini semakin berkembang seiring dengan prosesi waktu kehidupan yang di alami. Tidak salah jika kemudian dikatakan bahwa Rasulullah memiliki kualifikasi sebagai Psikolog, jauh sebelum ia menjadi Rasul, Rasulullah telah memiliki kepekaan, pisau analisa dan ketajaman pandangan terhadap persoalan-persoalan psikologis manusia.
b) Setelah itu Muhammad kecil mulai menapaki kehidupan baru dengan profesinya sebagai penggembala kambing dan domba. Selama menggembala ini Rasulullah memperhatikan dengan seksama perilaku hewan yang digembalakannya. Tentu proses interaksi yang terjadi dalam kehidupan hewan ternak terekam dalam benak Rasulullah Rasulullah sejak kecil sudah "dikenalkan" Allah melihat gambaran-gambaran interaksi sosial antara makhluq-makhluq Allah.
Kematangan visi sosial inilah yang membentuk kualifikasi Sosiolog pada diri Rasulullah, hadits-hadits tentang ke luar dari Jama'ah misalkan ada yang diimtitsalkan Rasulullah seperti terlepasnya seekor domba dari kumpulannya dan menjadi mangsa empuk serigala.
c) Setelah kematangan kualifikasi psikolog dan sosiolognya. Rasulullah memulai fase baru dalam kehidupannya yaitu berdagang ! Oleh pamannya Rasulullah diajak berdagang kenegeri Syam, daerah di mana dalam perjalanan menuju daerah tersebut, Rasulullah dikenalkan akan keragaman situasi budaya, kebudayaan masyarakat dan juga peradaban-peradaban yang dicapai manusia.
Tetapi yang paling signifikan dalam fase ini adalah pembentukan kualifikasi Rasulullah sebagai seorang Ekonom sekaligus Pebisnis yang handal. Materi kongkrit yang diperoleh dalam delegasi dagang di mana Rasulullah berada adalah suksesnya mencapai laba yang besar, dan ini tanpa budaya riba sebagaimana yang lazim diterapkan masyarakat pedagang dari jaringan bisnis Bani Israel. Perhitungan-perhitungan teknis dipelajari Rasulullah untuk menentukan solusi atas situasi dan kondisi ekonom, khusuanya dalam perdagangan (bisnis).
d) Rasulullah menikah dengan Khadijah, dan ini fase keempat dalam pembentukan pribadi Rasulullah yang memiliki human interest sangat agung dan anggun. Dalam proses pembentukan lembaga ke luarga ini, Rasulullah dilatih menjadi seorang Qawwam atau Leader dalam ke luarga. Ini jelas berat, pertama karena ada perbedaan usia yang cukup jauh antara Rasulullah (25) dengan Khadijah (40) sehingga memerlukan penyesuaian dan manajemen interaksi psiko-sosial, dan yang kedua, perbedaan kepemilikan harta antara Rasulullah yang sangat sederhana dengan Khadijah, wanita terkaya di Mekkah.
Tetapi Rasulullah mampu membina bahtera lembaga ke luarga ini, bahkan mampu menjadikan -atas kehendak Allah- Khadijah sebagai tulang punggung utama gerakan dakwah Rasulullah, baik sumbangan hartanya maupun totalitas dukungan morilnya. Kelak keberhasilan pembinaan ke luarga ini akan diikuti oleh keberhasilan Rasulullah dalam pembinaan masyarakat dan Negara Islam di Madinah
e) Terakhir, Rasulullah menempuh ujian yang paling berat dari proses sebelumnya, yaitu Tahannuts atau melakukan perenungan yang panjang akan misi dan eksistensi dirinya, dalam kaitan dengan manusia lain, dunia dan proses penemuan hakikat mendapatkan Allah sebagai satu-satunya Ilah manusia. Bertahun-tahun Rasulullah menyendiri dalam sebuah tempat ketinggian dibukit-bukit Mekkah, memikirkan fenomena dan kejadian yang terjadi di alam ini, dan yang terpenting berupaya menemukan jati dirinya yang dhaif dihadapan Allah Swt yang Maha Agung dan Maha Besar.
Kulminasinya adalah khabar yang datang dari Malaikat Jibril dan pelantikan dirinya sebagai Nabi Allah bagi seluruh umat manusia sampai akhir zaman. Prosesi perenungan tersebut membentuk karakter dan kualifikasi sebagai Pemikir sejati, sebenarnya ingin disebut filosof namun ini kurang tepat karena kualifikasi filosof lebih dekat kepada filsafat yang hukumnya haram dalam Islam. Dengan kemampuan ini, Rasulullah melakukan perenungan yang dalam dan analisis yang tajam sehingga setiap pengambilan keputusan yang diambil Rasulullah selalu matang, bahkan ini tercermin dalam karakter hadits-haditsnya yang singkat, jelas dan padat.
Kesimpulannya, Muhammad dipersiapkan Allah untuk menempati maqom tertinggi yaitu menjadi Nabi dan Rasul, tepatnya Nabiullah SAW khataman nabiyyin yang menyempurnakan seluruh risalah, syari'ah dan minhaj al-lslam. adalah dengan jalan membentuk kualifikasi Psikolog, Sosiolog, Ekonom/Manager, Leader dan Pemikir sejati pada diri Muhammad saw, dan kesemuanya itu sebagai unsur pendukung bagi penyiapan Basis Ruhani dan Intelektualitas Rasulullah dalam menerima dan menterapkan Al Qur'an sebagai Mu'jizat Yang Terbesar bagi Umat Islam hingga akhir zaman
Adapun aspek jasmaniyah, Rasulullah yang sejak kecil tinggal di desa Abwa yang merupakan kampung kecil yang bersih udara dan lingkungannya, ia disusui oleh Halimatus Saidiyah beberapa tahun lamanya. Ini membuat Muhammad kecil secara genetik memiliki tubuh dan sel-sel otak yang kuat sejak usia balita
Dalam suatu kisah disebutkan bahwa ketika Muhammad kecil menggembala kambing, ia berlatih tanding gulat dengan 10 orang temannya hampir setiap harinya. Ini membuat fisik Rasulullah kuat dan cekatan dalam keterampilan bela diri, terbukti ketika sebelum menjadi Nabi, Muhammad sempat bertanding gulat di Pasar Ukaz melawan Juara Gulat yang belum pernah tertandingi yaitu Umar bin Khattab (ketika itu belum masuk Al-lslam). Sekalipun tubuh Umar tinggi besar melampaui tinggi rata-rata orang Arab pada masa itu, Umar berhasil dikalahkan oleh Rasulullah.
Dalam kisah-kisah lain, jika Rasulullah memimpin pasukan dan telah berbunyi genderang perang tanda perang dimulai, Rasulullah adalah yang paling terdepan ketika berlari dan bercampur dengan musuh. Kisah ini diceritakan sahabat ketika terjadi Perang Badar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.