Akhlaq merupakan jamak dari "Khulq"\ bermakna perangai, tingkah laku. Menurut Ibnu Maskawih, akhlak ialah :
حا ل للنفس داعية لها الى افعا لها من غير فكر والروية
yaitu sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Sedangkan menurut Abu Hamid Al Ghazali akhlak ialah :
هيئة راسخة فى النفس تصدر عنها االفعا ل بيسر وسهولة
من غير حا جة الى فكر وروية
Artinya : sifat yang terpatri dalam jiwa manusia yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan yang dilakukan dengan senang dan mudah tanpa memikirkan dirinya serta tanpa adanya renungan terlebih dahulu.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan secara istilah akhlaq adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan baik atau buruk tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan. Keadaan jiwa yang bisa melahirkan akhlaq karimah tentu adalah keadaan jiwa yang bersih, ruhani yang bersih.
Dalam sejarah sangat menarik cuplikan kisah yang diambil dari sebuah peperangan dimana suatu ketika Ali bin Abi Thalib beradu pedang dengan orang kafir, orang tersebut terdesak dan Ali sudah melayangkan pedangnya hendak memenggal leher orang tersebut. Tapi dalam keadaan demikian, orang tersebut sempat meludah muka Ali dan seketika Ali menghentikan laju pedangnya dan tidak sampai membunuh orang tersebut.
Orang tersebut bertanya kepada Ali mengapa tidak jadi membunuh dirinya, Ali menjawab bahwa kalau ia membunuh orang tersebut bisa saja sudah tidak murni lagi niatnya, ia membunuh karena kesal mukanya diludahin orang kafir tersebut. Bisa dibayangkan dalam kondisi kritis semacam itu Ali bisa mengendalikan pedangnya yang sudah menyambar leher orang tersebut dan seketika mampu menghentikan laju pedang yang digenggamnya itu.
Jika diteliti hanya ruhani yang bersihlah yang mampu mengendalikan gerakan semacam itu. Itulah akhlaq Dan Rasulullah adalah profil manusia yang memiliki akhlaq mulia (Os. 33:21 68:4) Rasulullah sangat menekankan sekali masalah pentingnya akhlaq ini, dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Bukhari beliau menyatakan : "Bahwasanya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq".
Rasulullah SAW sebelum diangkat (bi'tsah) menjadi Nabi dan Rasul adalah seorang penghuni Kota Mekkah yang sangat terkenal dalam kepribadiannya. Selain dikenal sebagai seorang anak muda yang pemalu, sering menyendiri dan tidak pernah terlihat menonton perayaan-perayaan kebudayaan Arab pada saat itu, pemuda Muhammad bin Abdillah terkenal dengan kebijaksanaannya dalam menetapkan suatu keputusan dan kejujurannya yang tidak pernah cacat
Untuk kepribadiannya yang terakhir ini, menyebabkan ia sering diamanahkan menyimpan harta sebagian penduduk Kota Mekkah bahkan dalam jumlah yang cukup besar. Ini terbukti kemudian ketika beliau hendak melakukan hijrah ke Kota Yatsrib, Rasulullah SAW menyerahkan kembali sejumlah besar harta yang pernah dititipkan penduduk Mekkah kepada Ali bin Abi Thalib sebelum berangkat untuk dikembalikan kepada orang-orang yang pernah menitipkan kepadanya.
Juga karena kejujurannya inilah maka orang-orang tertarik kepada da'wahnya, bukankah Muhammad bin Abdillah selama ini adalah orang yang jujur, mana mungkin da'wah yang disampaikannya adalah sebuah kebohongan, demikian kira-kira gambaran fikiran penduduk Mekkah pada saat itu.
Bahkan mereka-mereka yang menjadi Penguasa Mekkah dan sangat menentang Nubuwah Muhammad, sesungguhnya membenarkan wahyu yang sampai kepada Muhammad, hanya karena gengsi bahwa dirinya adalah Penguasa yang menjadikan mereka menolak da'wah Rasulullah Jika mereka mengikuti Muhammad tentu mereka akan tidak lagi punya pengikut.
Sebagaimana diungkap oleh Ibnu Hisyam dalam Shiroh, Ali bin Abi Thalib menggambarkan kepribadian Nabi Muhammad SAW dalam deskripsi sebagai berikut : "Ia adalah orang yang sangat pemurah, sangat gagah berani, sangat jujur dalam bertutur kata, sangat setia dalam menegakkan kebenaran, sangat tenang dalam berfikir dan sangat ramah tamah dalam bergaul Mereka yang pertama sekali melihatnya akan merasa takut, tetapi mereka yang telah mengetahui siapa dia sebenarnya akan mencintainya. Sungguh, orang yang seperti dia belum pernah saya jumpai sebelumnya."
Ketika Ali bin Abi Thalib bertanya kepada Rasullah tentang sunnahnya, beliau menjawab : "Ma'rifat adalah modalku, akal fikiran sumber dinku, cinta dasar hidupku, rindu adalah kendaraanku, berdzikir kepada Allah kawan dekatku, keteguhan perbendaharaanku, duka adalah kawanku, ilmu adalah senjataku, ketabahan adalah pakaianku, kerelaan sasaranku, faqr adalah kebanggaanku, menahan diri adalah pekerjaanku, keyakinan makananku, kejujuran perantaraanku, ketaatan adalah ukuranku, berjihad perangaiku dan hiburan adalah dalam sholat".
Berikut adalah beberapa dalil tentang pentingnya memiliki akhlaq yang baik.
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ ﴿٤﴾
“Dan sesungguhnya engkau berada di atas akhlak yang agung.” (QS. Al-Qalam[68]: 4)
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّـهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّـهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّـهَ كَثِيرًا ﴿٢١﴾
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah bagi kalian contoh yang baik bagi orang yang mengharap pertemuan dengan Allah dan hari akhir dan mengingat Allah dengan dzikir yang banyak.” (QS. Al-Ahzab[33]: 21)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّـهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ ﴿١١٩﴾
“Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan jadilah kalian bersama dengan orang-orang yang jujur.” (QS. At-Taubah[9]: 119)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تَقْوى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ
“Bertaqwa kepada Allah dan berakhlak dengan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ مِنْ أَحِبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحْسَنُكُمْ أَخْلَاقًا
“Sesungguhnya di antara orang-orang yang paling aku cintai dan paling dekat tempat duduknya pada hari kiamat denganku yaitu orang-orang yang paling baik akhlaknya.” (HR. Tirmidzi)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad, Bukhari)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا شَىْءٌ أَثْقَلُ فِى مِيزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ وَإِنَّ اللَّهَ لَيَبْغَضُ الْفَاحِشَ الْبَذِىءَ
“Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin selain akhlak yang baik. Sungguh, Allah membenci orang yang berkata keji dan kotor.” (HR. Tirmidzi)
Dari Abu Ad-Darda’ radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ شَىْءٍ يُوضَعُ فِى الْمِيزَانِ أَثْقَلُ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ وَإِنَّ صَاحِبَ حُسْنِ الْخُلُقِ لَيَبْلُغُ بِهِ دَرَجَةَ صَاحِبِ الصَّوْمِ وَالصَّلاَةِ
“Tidak ada sesuatu amalan yang jika diletakkan dalam timbangan lebih berat dari akhlak yang mulia. Sesungguhnya orang yang berakhlak mulia bisa menggapai derajat orang yang rajin puasa dan rajin shalat.” (HR. Tirmidzi,)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ فَقَالَ « تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ ». وَسُئِلَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ فَقَالَ « الْفَمُ وَالْفَرْجُ »
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya mengenai perkara yang banyak memasukkan seseorang ke dalam surga, beliau menjawab, “Takwa kepada Allah dan berakhlak yang baik.” Beliau ditanya pula mengenai perkara yang banyak memasukkan orang dalam neraka, jawab beliau, “Perkara yang disebabkan karena mulut dan kemaluan.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Dalam suatu hadits shahih, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memanjatkan do’a,
اللّهُمَّ اهْدِنِى لأَحْسَنِ الأَخْلاَقِ لاَ يَهْدِى لأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ
“Allahummah-diinii li-ahsanil akhlaaqi, laa yahdi li-ahsaniha illa anta (Ya Allah, tunjukilah padaku akhlaq yang baik. Tidak ada yang dapat menunjuki pada baiknya akhlaq tersebut kecuali Engkau)” (HR. Muslim no. 771).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
“Orang mukmin yang sempurna imannya adalah yang baik akhlaqnya.” (HR. Tirmidzi no. 1162, Abu Daud no. 4682 dan Ad Darimi no. 2792)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَىَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّى مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلاَقًا
“Sesungguhnya di antara orang yang paling aku cintai dan yang tempat duduknya lebih dekat kepadaku pada hari kiamat ialah orang yang bagus akhlaqnya.” (HR. Tirmidzi no. 2018)
إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ
“Sesungguhnya seorang mukmin akan mendapatkan kedudukan ahli puasa dan shalat dengan ahlak baiknya.” (HR. Abu Daud no. 4798)
مَا مِنْ شَىْءٍ يُوضَعُ فِى الْمِيزَانِ أَثْقَلُ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ وَإِنَّ صَاحِبَ حُسْنِ الْخُلُقِ لَيَبْلُغُ بِهِ دَرَجَةَ صَاحِبِ الصَّوْمِ وَالصَّلاَةِ
“Tidak ada yang lebih berat dalam timbangan daripada akhlak yang baik, dan sesungguhnya orang yang berakhlak baik akan mencapai derajat orang yang berpuasa dan shalat.” (HR. Tirmidzi no. 2003)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.