FIQIH DAKWAH



Da'wah berasal dari kata "da'a" yang artinya menyeru. Menurut bahasa kata ad-da'wah berarti : semanJan-nida' (24:63), permohonan/al-istighatsah (2:61 6:40-41), ajakan, dorongan/a/-to.$ 'ala qashdihi (12:33 10:25), teriakanlal-tanwieh (40:43), tuntutan atau harapan/ath-thalab (41:23), doalad-du'a (10:10), pengakuan dan pemshataalal-intisaab, dugaan (az-za'm), berkumpul (at-tajammu') dan juga berarti suatu usaha berupa perkataan atau perbuatan dan tindakan agar orang condong pada suatu aliran atau ajaran.

Dengan memperhtikan arti-arti kata da'wah diatas, dapat disimpulkan. Pertama, makna asal perkataan ad-da'wah adalah aih-thalab, tuntutan atau permintaan. Kedua ad-da'wah bisa berarti ath-thalab Hal khair (tuntutan untuk kebaikan), seperti dalam Qs. 13:14 10:25, dan dapat juga dengan arti alh-thalaq ilasy syarr (untuk kejahatan), seperti dalam Qs. 12:33 35:6 14:44.
Perkataan ilallah adalah mukhashshish, yang mengkhususkan dakwah. Maka da'wah ilallah artinya tuntutan dan seruan menuju hanya kepada Allah SWT (Qs. 12.108 6.153). Karena pengetahuan tentang Allah hanya dapat dicapai melalui Din yang diwahyukan-Nya (Qs. 3:19), maka da'wah ilallah adalah ad-da'wah ilal islam. Secara istilah dengan demikian dakwah berarti tuntutan dengan pengakuan dan penyandaran diri kepada Al-Islam melalui ajakan, dorongan danseruan serta mengumandangkan prinsip-prinsip ajarannya dengan ketekunan dan kegigihan, agar manusia bergabung dan berkumpul dalam dan berjalan diatas garis dan petunjuk yang benar/lurus.

Da'wah juga bisa diartkan dengan menyeru manusia kepada Allah dengan hikmah dan mau'idzoh hasanah, sampai manusia mencapai suatu kondisi dimana mereka mengkufurkan Thagut dan beriman kepada Allah SWT semata, da'wah membawa masyarakat dari keadaan yang penuh kegelapan jahiliyah menuju keadaan yang penuh dengan cahaya Islam (nurul Islam), dari masyarakat yang tidak teratur kepada masyarakat yang teratur berdasar hukum-hukum Allah dan Rasul-Nya. Dari pengertian ini da'wah memiliki orientasi menghantarkan manusia menuju Allah SWT,Dzat Pencipta dan Pengatur Alam Semesta.

Didalam Al Qur'an Allah menjelaskan masalah da'wah ini didalam Qs. An-Nahl 16:125, "Serulah kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan mau 'idzhoh hasanah dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Rabbmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk"
 
Yang hendak dituju dari Allah SWT adalah aturan-aturan-Nya yang dengannya manusia melakukan pengaturan baik terhadap dirinya sendiri, terhadap orang lain dan terhadap alam semesta. Hal ini harus dilakukan karena dengan cara seperti inilah Allah SWT berkenan menurunkan ridho-Nya dan menjanjikan kepada mereka Jamiah (surga) diakhirat kelak. Cara yang digunakan untuk menyeru manusia adalah dengan hikmah dan mau 'idzhoh hasanah

Yang menjadi tujuan dari aktifitas da'wah ini adalah ditegakkannya pengabdian semata kepada Allah SWT secara sempurna dengan secara total menjauhi thagut. Thagut adalah variasi bentuk kata dari "thughyaan" yang berarti segala sesuatu yang melampaui kesadaran, melanggar kebenaran, dan melampaui batas yang telah ditetapkan Allah bagi hamba-hambanya, tidak berpedoman kepada 'Aqidah Allah, tidak berpedoman kepada syari'at yang ditetapkan Allah. Dan, yang termasuk dalam kategori Thagut adalah juga setiap tatanan/sistem (manhaj) yang tidak berpijak kepada peraturan Allah, juga setiap pandangan, perundang-undangan, peraturan, kesopanan, atau tradisi yang tidak berpijak kepada peraturan dan syari'at Allah.

"Tidak ada paksaan untuk memasuki Diin Islam, sesungguhnya telah jelas jalan yang benar dan jalan yang salah. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thagid dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegangkpada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. " (Qs. Al-Baqarah 2:256). 

Kondisi yang diharapkan muncul dengan ditinggalkannya institusi Thagut dan hadirnya institusi (bunyan) Islam ini adalah terciptanya suatu kehidupan yang sepenuhnya diatur dengan aturan-aturan Allah SWT sehingga dengan demikian masyarakat tersebut akan memperoleh rahmah dan ridho Alah SWT.

Untuk menjelaskan masalah pentingnya da'wah dapat dilihat dalam dua kategori. Yang pertama secara individu (fardhiyah) yaitu bahwa da'wah akan melepaskan seseorang dari kewajiban menyampaikan "keterangan-keterangan dan petunjuk". Orang yang tidak menyampaikan keterangan dan petunjuk akan mendapat laknat dari Allah SWT dan semua makhluq yang bisa melaknat. (Qs. 2:159). Dakwah juga menjadi alasan pelepas tanggung jawab kepada Allah SWT, da'wah merupakan amanah dari Allah SWT yang dipikulkan kepada ummat Islam untuk dilaksanakan agar mereka bertaqwa. (Qs. 7:164)

Adapun kategori kedua yaitu secara kelompok (jam'iyah) bahwa da'wah merupakan karakteristik Generasi Pengikut Rasul. Mereka yang selalu menisbahkan gerakannya dengan Harakah Rasulullah SAW selalu menjadikan da'wah sebagai karakteristik dari gerakannya. (Qs. 7:157). Dakwah merupakan karakteristik Generasi Islam terbaik, mereka yang disebut oleh Al Qur'an sebagai generasi terbaik yang dicirikan dengan adanya karakter dan sifat senantiasa melakukan da'wah. (Qs. 3:104,110). Dakwah juga berfungsi melakukan sosial control dalam masyarakat Islam. Bahkan dalam kondisi peperangan sekalipun yang menjadi titik tertinggi kondisi darurat (fi waqtil harbi), da'wah harus tetap dilakukan, ia menjadi semacam kontrol sosial terhadap aimmah wal ummah (qiyadah wal jundiyah) dalam komunitas tersebut. (Qs. 9:122)

Didalam Al Our'an da'wah disebutkan menjadi kewajiban bagi setiap muslim, siapapun orangnya manakala ia telah menjadikan Islam sebagai Dinnya, maka wajiblah baginya melakukan da'wah sesuai dengan kapasitas dan kemampuan yang dimilikinya. Allah menyerukan kepada Rasul-Nya untuk menyatakan bahwa inilah jalan Allah, jalan dimana Rasul dan para pengikutnya berada pada jalan ini, jalan yang tidak ada tempat bagi kemusyrikan (Qs. 12:108). Allah menyerukan kepada Rasul-Nya agar berda'wah dengan hikmah, pelajaran yang baik dan berdialog dengan baik. Da'wah tidak bisa dijalankan dengan kekerasan, tetapi harus dengan kasih sayang dan argumentasi yang jelas (Qs. 16:125). Allah juga menyerukan kepada Rasul-Nya untuk menyampaikan apa yang telah diturunkan-Nya, ini adalah amanah besar dan misi suci yang harus dijalankan (Qs. 5:67)

Adapun maksud da'wah dilakukan sebagaimana disebutkan dalam Qs. 48:8-9 adalah agar ummat manusia beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan-Nya dan membesarkan-Nya. Allah berfirman : "Sesungguhnya Kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan. Supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan-Nya dan membesarkan-Nya. Dan bertasbih kepada-Nya diwaktu pagi dan pelang."

Dalam Al Qur'an istilah Allah dan Rasul-Nya selalu merujuk kepada tatanan kelembagaan (Bunyan) yang memiliki prinsip-prinsip (mabdar), tujuan (ghoyah) dan methodologi (manhaj) yang sesuai dengan konsepsi al-Huda. Sebagai contoh bisa dilihat didalam Qs. 4:59, jika kembalinya kepada Allah dan Rasul-Nya dipersepsi dengan kembali kepada Al Qur'an dan Sunnah (sebagai arti harfiahnya) maka bisa dibayangkan bagaimana bingungnya manusia akan mengikuti pendapat yang mana, sebab manusia dapat menafsirkan dan menjelaskan kedua sumber nilai Islam ini sesuai dengan kecenderungan pendapatnya masing-masing. Karena itu istilah kembali kepada Allah dan Rasul-Nya lebih diterima jika dipersepsi dengan kembali kepada keputusan/maklumat yang ditetapkan didalam Majelis (Jamaah), tentunya keputusan Jama'ah ini merujuk kepada Sumber-Sumber Nilai Islam yaitu Al Our'an dan Hadits Shohih.

Da'wah bertujuan untuk membentuk pribadi muslim yang utuh (asy-syakhshiyyah al-islamiyah) baik itu seorang ikhwan maupun akhwat, dan dari pribadi-pribadi muslim ini kemudian merekat dalam sebuah wadah keluarga sakinah yang mawaddah warahmah (al-usroh al-islamiyah), keluarga sakinah inilah yang dalam hadits Nabi SAW disebut dengan nisfuddiin, yaitu merupakan setengah dari tahapan pendzahiran Dinul Islam Adapun tahapan selanjutnya yaitu keluarga-keluarga sakinah ini akan menjadi membentuk dan menjadi embrio bagi hadirnya masyarakat marhamah yang diatur dan teratur dengan tatanan hukum Islam (al-ijtima' al-islamiyah).

Dan akhirnya masyarakat hukum yang marhamah ini menjadi lahan yang subur bagi tegaknya sebuah "pohon" Datdah Islamiyah yang akar tunggangnya menghujam dalam kebawah, dahan dan daunnya menjulang tinggi keangkasa dan pohon-pohon tersebut mengeluarkan buah-buahan berupa hadirnya kader-kader mujahid berkarakter shiddiqin, syuhadd dan sholihin menjadi pelanjut penegak misi Risalah, yang selanjutnya mereka akan bertaburan keseluruh bumi Allah menyebarkan da'wah dan berjihad guna tegaknya misi yang sama diseluruh petak permukaan bumi Allah SWT.

Sasaran da'wah paralel dengan sasaran tegaknya Dinul Islam itu sendiri. Menurut Qs. 24:55, sasaran da'wah terbagi dalam beberapa fase sebagai berikut:
1. Terbentuknya khilafah 'ala minhaj nubuwwah. Yaitu suatu tatanan masyarakat yang berbasiskan wahyu dan sunnah Rasulullah SAW.
2. Tegaknya tatanan kekuasaan tersebut akan menjadi basis legitimasi bagi tegaknya Diin Islam, beserta seluruh tatanan struktur (tanazhim), hukum dan perundang-undangan (dustur wal qatmun) dan garis-garis kebijakannya (lakhtith).
3. Implementasi tatanan Ad-Diin dalam masyarakat hukum yang berada dibawah kekuasaan, akan memunculkan situasi dan kondisi keamanan dan stabilitas didalam masyarakat sendiri, baik dalam tinjauan duniawi maupun ukhrawi.
4. Dan akhirnya kesemuanya itu akan menjadikan "Penghambaan Hanya Kepada Allah Semata" menjadi sebuah keniscayaan dan realitas sejarah

Tujuan dan sasaran diatas dilakukan secara sistematik melalui tahapan-tahapan (marahif) da'wah sebagai berikut :
1. Tahapan Tabligh (Penyampaian) yaitu tahapan penyampaian ide-ide dasar al-Islam secara terbuka dan luas, dimana cirinya adalah menyampaikan (/' 'lam) konsep-konsep dasar yang mendasari Bunyan Islam kepada seluruh lapisan masyarakat dimanapun berada (Qs. 5:67)
2. Tahapan Ta'lim (Pengkajian) yaitu tahapan pengkajian dan penelaahan secara teratur dan berkelanjutan terhadap ide-ide dasar al-lslam tersebut, dimana cirinya adalah kajian ilmu pengetahuan (lazwidul 'ulum) dan penyerapan pemahaman serta upaya transformasi kesadaran kedalam benak dan jiwa setiap muslim (Qs. 3:164).
3. Tahapan takwin (Pembentukan) yaitu tahapan kaderisasi sebagai upaya membentuk seorang mujahid yang siap mengemban misi da'wah dan jihad fdalam menegakkan / mendzahirkan al-Islam sehingga bukan sekedar sebagai ide saja tetapi diwujudkan dalam tatanan kesisteman Bunyan Islam, cirinya adalah pengkajian pemikiran (fikroh), latihan beramal (tadribul 'amal) dan menanamkan kedisiplinan serta membiasakan kehidupan berjama'ah dimana siap diatur berdasar prinsip-prinsip kepemimpinan Islam. Tahapan ini merupakan inti dari da'wah, dimana seseorang mendapatkan penggemblengan untuk menjadi seorang mujahid sejati (Qs. 61:14)
4. Tahapan Tanazhim (Strukturisasi). Hasil pembentukan diatas yang berwujud kepada terbentuknya kader yang siap berhijrah dan berhijrah kemudian diinstitusionalisasi kedalam jama'ah yang haq, didalam jama'ah inilah seorang kader akan menemukan aktualisasi diri sebagai seorang mujahid yang mengemban misi suci pendzahiran risalah (Qs. 61:4 3:80-81)
5. Tahapan Tanfidz (Pelaksanaan). Kader yang telah berada didalam struktur jama'ah diatas kemudian menjalankan program-program jama'ah, mereka inilah yang disebut kader inti jama'ah yang pada pundaknya terletak tanggung jawab (amanah) pendzahiran Bunyan Islam didaerah manapun mereka berada (Qs. 22:78 9:105)

Da'wah Islamiyah berbasiskan pada tiga rukun, rukun ini menjadi pilar dari proses da'wah yang dijalankan, pilar tersebut adalah sebagai berikut:
1. Al-'ilmu Rukun pertama da'wah adalah ilmu. Da'wah yang baik adalah da'wah yang menjadikan ilmu sebagai "batu bata pertama" dalam pembentukan fundasi pemahaman dan keyakinan seorang muslim. Rukun pertama ini dipenuhi dalam tahap Tabligh dan Ta'lim.
2. At-Tarbiyah. Rukun kedua da'wah adalah pembinaan, pengasuhan. Ini merupakan inti kaderisasi dalam da'wah. Pada tahap ini seseorang dikader dan digembleng secara komprehensif, serta diasuh fungsi-fungsi intelektual, ruhani dan jasadnya secara komprehensif. Rukun kedua ini dipenuhi dalam tahap Takwin.
3. Al-Jihad. Rukun ketiga adalah jihad dengan sebenar-benarnya jihad yaitu yang dilakukan setelah iman dan hijrah. Rukun ini dipenuhi dalam Tahap Tandzhim dan Tanfidz.

Da'wah diwilayah manapun dilakukan akan selalu mendapat tantangan bahkan ancaman dari orang-orang yang tidak setuju terhadap misi dan tujuan da'wah sebagaimana disebutkan diatas. Mereka ini dalam Al Our'an disebutkan dalam beberapa kelompok : 
1. Penolakan Masyarakat Tradisional (Qs. 2:170 5:104 7:28  11:87 31:21 43:22-24 21:52-54 7:70-71). Masyarakat tradisional dalam Al Qur'an dideskripsikan sebagai sekelompok masyarakat atau golongan yang mendasari kehidupannya, aturan hidupnya dan merumuskan konsepsi kebenarannya berdasar nilai-nilai/ajaran/tradisi turun temurun dari orang-orang terdahulu. Yang menjadi catatan adalah bahwa nilai-nilai/ajaran/tradisi tersebut tidak berlandaskan kepada wahyu tetapi kepada budaya dan dialektika pemikiran yang sudah mentradisi dalam benak pikiran masyarakat tradisional tersebut. 

2. Penolakan Kaum lntelektual/Cendikiawan (Qs. 9:31 3:20 2:247 11:27). Kaum intelektual/cendikiawan adalah kaum yang dalam Surat At-taubah disebut dengan akhbar yaitu mereka yang banyak memiliki khabar atau teori-teori yang berdasar kepada dialektika pemikiran yang "trial and error", coraknya adalah perumusan thesis, anti thesis dan sintesis pemikiran. Mereka ini berpijak kepada teori-teori yang dibuat sesama manusia digunakan untuk menentang dan menolak terhadap teori-teori Al Qur'an yang sudah dijamin kebenarannya dan keberhasilannya oleh Allah SWT.

3. Ancaman dari Pimpinan/Penguasa Zalim (Qs. 8:30 85:1-22 28:4). Ancaman ini sedemikian dahsyatnya mulai dari ancaman penangkapan, pembunuhan, pengusiran dan pemenjaraan. Setiap gerakan da'wah akan mendapat ancaman tersebut, Dan kita bersyukur bahwa di Indonesia ini dakwah bisa berjalan dengan baik tanpa ada hambatan dan ancaman dari manapun.

4. Penolakan dari tokoh-tokoh masyarakat, pejabat-pejabat negara Thagut atau pembesar-pembesar ekonomi, Al Qur'an menyebutnya dengan al-mala' (Qs. 2:246 zaman Dawud, Qs 23:24 11:27 7:59-61 zaman Nuh AS, Qs. 7:65-66 zaman Hud AS, Qs.7:75 zaman Sholeh AS, Qs.7:88,90 zaman Syu'aib AS, Qs. 7:109,127 28:20 zaman Musa AS yaitu pejabat Negara Fir'aun Qs.28:28, 12:43 zaman Yusuf AS, Qs.27:29,32 pembesarnya Balqis, Qs.27:38 pembesarnya Sulaiman AS). Karena da'wah bertujuan untuk melakukan perubahan tata nilai dan sistem kemasyarakatan secara total maka mereka-mereka yang berada pada supra-struktur kekuasaan dan tokoh-tokoh masyarakat tentu akan merasa terancam sebab kehadiran gerakan da'wah akan menggeser dan mengambil peran mereka sebagai pemuka/pemimpin dimasyarakat.

5. Gangguan dari Kelompok-Kelompok Syaithon baik Jin maupun Manusia Qs. 6:112, seperti dari golongan kafirin (Qs. 3:196), dari golongan fasiqin (Qs. 2:27), dari golongan munafikin (Qs 4:81), dari golongan yahudi dan nashrani (Qs. 2:120), dari golongan ahli kitab (Qs. 4:51).

Da'wah merupakan suatu proses transformasi tata nilai dan aturan hukum baik pada lingkup individu, keluarga, masyarakat dan negara. Proses transformasi ini hanya bisa dilakukan jika da'wah dijalankan berdasar prinsip-prinsip dan adab-adab yang telah ditetapkan dalam Al Our'an dan Assunnah. Adapun adab-adab tersebut diantaranya adalah
1. Menyeru dengan hikmah, mau 'idzoh hasanah dan jidal yang baik (Qs. 16:125)
2. Tidak sedih terhadap kekafiran seseorang atau sekelompok orang (terutama jika ia/mereka adalah orang yang dekat dengan kita), mereka bukan mendustakan kita tetapi mereka itu yang mengingkari ayat Allah. (Qs. 6:33-34)
3. Mengajak berdiskusi terhadap orang-orang yang menolak prinsip yang disampaikannya, meminta mereka menunjukkan burhan yang mereka miliki. (Qs. 2:111 21:24 27:64 28:74-75)
4. Senantiasa membacakan ayat Allah, mensucikan jiwa dan mengajarkan al-kitab dan al-hikmah. (Qs. 3:164 62:2 2:151 18:27)
5. Berlaku lemah lembut, pemaaf, bermusyawaraH terhadap masalah bersama, bersikap komitmen terhadap putusan musyawarah ^azam) dan tawakkal. (Qs. 3:159)
6. Yakin terhadap apa yang disampaikannya, terhadap jalan yang ditempuhnya (Qs 12:108)
7. Melakukan kebaikan sebagaimana yang ia suruh orang lain melakukannya. (Qs. 2:44 61:2-3)
8. Tidak boleh memaki "sembahan" orang lain, sekalipun "sembahan" tersebut sesat dan menyesatkan. (Qs.6:108)
9. Tidak meminta balasan atas da'wah yang disampaikannya. (Qs. 10:72 12:104 25:57 26:109,127,145,164,180 34:47 38:86)
10. Menolak sesuatu kejahatan dengan cara yang ihsan (terbaik) (Qs. 41 34)
11. Jika berdebat dengan ahli kitab menggunakan cara-cara yang baik (Qs 29:46 3:20)
12. Tidak memaksa seseorang atau sekelompok orang untuk menerima dakwahnya. (Qs. 2:256)
13. Merendahkan diri terhadap orang yang dida'wahkannya, jika mereka mendurhakai katakan bahwa kita tidak bertanggung jawab terhadap apa yang mereka kerjakan. (Qs. 26:215-216)
14. Tidak memilih-milih sasaran da'wah, apalagi jika hanya memprioritaskan pada golongan kaya/pemuka masyarakat saja. (Qs. 18:28 80:1-11 6:52)
15. Mengenal dengan baik kehidupan mad'unya sampai bisa merasakan penderitaannya sehari-hari, hal ini akan menjadikan seorang pembina akan memiliki sifat kasih dan sayang kepada binaannya (Qs. 9:128)

Da'wah tidak bisa dijalankan dengan bahasa yang seenaknya saja. Al Our'an memberikan beberapa prinsip komunikasi da'wah yang pada intinya adalah berbicara tentang bahasa-bahasa yang digunakan dalam berda'wah, sebagai berikut.
1. Aspek sosiologis perlu diperhatikan dalam da'wah diantaranya menggunakan bahasa yang dimengerti oleh mad'u. (Qs. 14:4)
2. Da'wah dengan Ooulan Sadiidan artinya perkataan yang lurus. (Qs. 4:9)
3. Da'wah dengan Ooulan Balighan artinya perkataan yang membekas, meninggalkan bekas. (Qs. 4:63)
4. Da'wah dengan Qoulan Maysitran artinya perkataan yang pantas. (Qs. 17:28)
5. Da'wah dengan Qoulan Layyinan artinyaperkataan yang lemah lembut. (Qs. 20:44)
6. Da'wah dengan Qoulan Kariman artinya perkataan yang mulia. (Qs. 17:23)
7. Da'wah dengan Qoulan Ma 'rufan artinya perkataan yang baik. (Qs. 4:5)

Dan akhirnya da'wah adalah milik Allah SWT semata, pada hakikatnya Ia berkehendak mutlak kepada siapa saja yang diinginkan-Nya, menjadi muslimkah seseorang atau kafirkah seseorang. Al Our'an memberikan sebuah wawasan akademis tentang hakikat ini sebagai berikut:
1. Manusia tidak bisa memberi hidayah kepada manusia lainnya, hidayah adalah milik Allah SWT sepenuhnya. (Qs. 28:56)

2. Allah SWT lebih tahu siapa saja yang tersesat dari jalan-Nya dan siapa saja yang mendapat petunjuk. (Qs. 16:125)

3. Berhasil tidaknya da'wah adalah hak prerogatif Allah SWT semata, jika Allah menghendaki seseorang mendapat petunjuk maka Dia akan melapangkan dada orang tersebut kepada Islam, dan jika Allah SWT berkehendak menetapi kesesatan pada diri seseorang maka akan dijadikan sempit dada orang itu. (Qs. 6:125)

4. Tidak ada paksaan memasuki Islam, telah jelas mana jalan yang bathil dan mana jalan yang haq, manusialah yang menentukan hendak kemana ia, apakah hendak menuju Allah atau menuju Thagut (Qs. 2:256)

5. Hati akan tertutup, keras membatu, menolak kebenaran karena seseorang melangar perjanjian yang pernah ia ikrarkan. Sekali saja ia melanggar perjanjian maka ia sudah menempatkan dirinya pada jalan yang disesatkan oleh Allah. Tersesatnya manusia secara syari'at disebabkan karena ulah dirinya sendiri. (Qs. 5:13)

6. Siapa yang berjihad maka ia berjihad untuk dirinya sendiri, siapa yang bersungguh-sungguh mencari al-Haq maka Allah akan menunjuki jalan yang diridhai-Nya, terhadap mereka inilah Allah akan memberikan izin-Nya sehingga orang tersebut beriman. (Qs. 29:6,69 10:99-100)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.