Alam "kehidupan" manusia berproses mulai dari alam ruh, alam kandungan, alam dunia, alam kubur, padang mahsyar dan hari akhir disurga dan neraka. Sifat dan karakteristik dari alam-alam tersebut akan digambarkan di bawah ini.
Penjelasan tentang alam-alam ini akan difokuskan pada aktifitas ruhani yang sejak alam ruh sesungguhnya sudah banyak sekali melakukan perikatan kepada Allah SWT dan perikatan ini akan dimintai pertanggung jawabannya. Jika pertanggung-jawaban atas perikatan yang pernah dilakukannya bernilai baik maka balasannya dialam akhir adalah surga jika tidak maka akan dilempar ke neraka.
1. Alam Ruh
Alam ini sarat dengan perjanjian yang dilakukan ruh manusia dengan Rabbnya. Pada alam ini ruh manusia melakukan perjanjian baik yang bersifat vertikal yaitu kesiapan manusia untuk menjadi abdi Allah (Qs. 2:30) dan yang bersifat horizontal yaitu kesiapan manusia memikul amanat-amanat Allah yang sebelumnya secara historis amanat ini pernah ditawarkan kepada langit, bumi dan gunung-gunung namun mereka semuanya menolak amanat ini, sedangkan manusia kemudian menerima amanat ini (Qs. 33:72).
2. Alam Kandungan
Dialam kandungan hari yang bersejarah bagi tiap ruhani manusia adalah hari yang ke-I20. Pada hari itu Allah SWT mengambil perjanjian dari ruhani seorang manusia. Ketika itu Allah bertanya kepada kita semua : "Alastu bi rahbikum ?", kita menjawabnya : "Bala, syahidna". (Qs. 7:172-174) Perikatan yang bersifat rubbubiyah ini sangat mendasar dalam konsepsi Tauhid sebab dari tauhid rubbubiyah inilah seseorang memiliki modal untuk menyempurnakan ketauhidannya yaitu kepada tauhid mulkiyah dan uluhiyah.
Ayat ini (Qs. 7:172-174) sangat penting disampaikan dalam pembinaan dasar sebab nanti setiap manusia akan ditanyakan, apakah dikehidupan didunia ia menyatakan kembali syahadahnya dengan dipersaksikan oleh para penyaksi dan merealisasikan syahadahnya dalam perilaku kehidupannya atau tidak. Ayat ini wajib disampaikan, juga agar manusia pada hari qiamat nanti tidak mengatakan "rima kunna 'an hadza ghafilin", sesungguhnya kami adalah orang yang dilalaikan. Ghafilin menurut terminologi Al Our'an adalah orang-orang yang disebutkan dalam Qs 7:179. Lebih lanjut tentang alam kandungan perhatikan Qs. 39:6 23:12-14 53:32 42:49-50
3. Alam Dunia
Setiap anak lahir kedunia dengan fitrah bersyarat (Qs 30:30), artinya jiwa dan ruhaninya yang suci itu tergantung kepada lingkungan dimana ia berada, jika lingkungannya islami maka akan terjaga kefitrahannya demikian sebaliknya, dan lingkungan pertama yang sangat berpengaruh menjaga dan mengembangkan nilai-nilai fitrah tersebut adalah keluarga inti/nuclear family (Qs. 66:6)
Sifat-sifat kehidupan alam dunia :
a) Dunia adalah tempat manusia akan diuji dengan coban dan ketakutan (Qs. 2:155 3:14-15)
b) Dunia adalah permainan dan sesuatu yang melalaikan, media untuk saling berbangga-bangga akan banyaknya harta dan anak (Qs. 57:20-21), permainan dan senda gurau belaka (Qs. 6:32 47:36 29:64)
c) Ingatlah, jangan larut dalam permainan duniawi ini sebab manusia sendiri tidak diciptakan dengan main-main (Qs. 23:115)
d) Kehidupan didalamnya adalah kesenangan (Qs 40:39), kesenangan yang memperdayakan (Qs. 3:185)
e) Kehidupan didalamnya pada hakikatnya singkat sekali, seperti sehari, atau bahkah setengah hari saja (Qs. 23:111-114), seperti hidup disore atau pagi hari saja (Qs. 79:46), bahkan seperti hidup sedetik saja disiang hari (Os. 10:45-46)
f) Kehidupan didalamnya diumpamakan seperti air yang menyuburkan tanaman, tapi karena azab Allah-lah yang menjadikan tanaman itu hancur (Qs. 10:24 18.45)
g) Hati-hati terhadap perhiasan dunia yang satu sisi bisa menjadi mata'un/unsur pendukung tegaknya risalah tapi sisi lain bisa menjadi perhiasan dunia yang membuai (Qs. 9:24 18:46 9:55 64:14)
h) Siapa yang menghendaki keuntungan akhirat akan diberikan akhirat, siapa yang menghendaki kehidupan dunia akan diberikan dunia (Qs. 42:20-21 11:15-16 4:134), jangan sampai terperdaya oleh kehidupan dunia (Qs. 35:5)
i) Didunia carilah penghidupan yang baik tapi jangan sampai melalaikan akhirat (Qs.28:77)
j) Berdoalah agar mendapat kehidupan baik didunia dan akhirat (Os 2:201)
Alam dunia adalah tempat dimana seluruh perikatan dialam ruh dan alam kandungan menemukan objektifikasi. Alam ini juga menjadi penentu bagaimana kehidupan selanjutnya dialam kubur dan alam akhir, jika selama kehidupan dunia ini seorang manusia menyatakan kembali perikatan/ perjanjian/ persaksiannya tentang tauhidullah (iqror bil lisan), meyakini iqrar yang dilakukannya itu dengan keyakinan sepenuh hati dan jiwa (lashdiq bil qalbi) dan merealisasikan apa-apa yang diiqarkan dan di'aqoid-kan dengan 'amaliyah-'amaliyah nyata ('amal bil arkan) maka dialam-alam selanjutnya baik dialam kubur dan alam akhir ia akan ditempatkan pada tempat yang telah dijanjikan Allah SWT.
Pada saat usia taklif, seorang manusia wajib atasnya untuk kembali menyatakan iqrarnya dihadapan Allah sebagai wujud dari ishlah 'aqidah pada dirinya (Perhatikan Qs. 9:111 3:64 3:80-81 33:7-8), oleh para ulama iqrar tersebut adalah mengucapkan kalimat syahadatain yang merupakan rukun pertama dalam rukun Islam.
Pengiqraran kalimat syahadah menentukan keberadaan seseorang di jalan Allah (sabilillah) dan jalan Thugyan (sabiliththagut). (Qs. 4:76).
Secara ruhani, pengiqraran juga menjadi penting sebab menurut tamsil yang disebutkan dalam Qs. 6:38, ruhani manusia akan terklasifikasi pada dua kualitas ruhani, yaitu ruhani orang kafir dan ruhani orang muslim. Ruhani orang kafir disebut dengan dabbah artinya hewan melata, maknanya adalah manusia yang selama hidupnya hanya memperturutkan hawa nafsu (Qs. 23:71 4:135 12:53), ruhani ini selalu ingin berada dibumi dan enggan naik kelangit.
Mereka inilah yang melakukan pengaturan-pengaturan terhadap diri, manusia lain dan alam / lingkungan - kongkritnya adalah mengatur diri, keluarga, masyarakat, bangsa, negara, dunia - bukan berdasar atas nama Allah {bismillah) tetapi berdasar atas nama dirinya sendiri, berdasar atas hawa nafsu (Qs. 23:71), persangkaan <Qs. 10:32,36), dan angan-angan belaka (Qs. 4:119), sesuatu yang justru menjadi target dari syaithon la 'nalullah.
Termasuk bagi mereka yang telah mengambil perjanjian dengan Dinul Islam tetapi kemudian membatalkan perjanjiannya dengan masuk kedalam golongan orang kafir dan fasiq (Qs. 8:55-56 16:91-92 2:27). Orang-orang yang masuk kategori sebagai dabbah ini melihat dunia dengan mata lahir (visi hewaniah), seperti orang-orang yang melihat kekayaan Qarun - bendaharawan negara pemerintahan Fir'aun - dengan takjub dan sangat menginginkan berada dalam posisi itu (Qs. 28:79), berbeda dengan manusia thoiroh yang melihat dunia beserta seluruh isinya dengan mata bathin (visi malaikat) justru melihat Qarun dengan kekayaannya itu seolah-olah melihat Qarun dengan pakaian api nerakanya. (Qs. 28:80)
Ruhani seorang muslim diumpamakan dengan thoiroh, laksana seekor burung yang sedang terbang membumbung tinggi menuju 'Arsy Allah SWT, maknanya adalah ruhani yang selalu ingin berjumpa dengan Allah SWT, berdekatan dengan-Nya, mencintai-Nya melebihi kecintaan kepada yang lain. Kualitas ruhani semacam ini adalah ruhani yang tidak memiliki kecintaan terhadap dunia, ruhani yang punya keinginan kuat untuk menemui Allah dengan jalan syahid dijalan-Nya dengan bersimbah darah, ruhani yang memiliki motto Yuqial aw Yaghlib, terbunuh atau menang (Qs. 4:74).
Manusia tipe thoiroh memiliki derajat yang lebih dari yang lainnya, sebab mereka beriman, berhijrah dan berjihad dijalan Allah SWT (Qs. 9:20). Mereka inilah yang tidak pernah dilalaikan dari mengingat Allah dengan segala aktifitas perikatan bisnisnya {tijaroh) dan aktifitas perikatan sosialnya (bay'ah) (Qs. 24:37). Generasi thoiroh berada di dalam nuur sedangkan generasi dabbah berada di dalam dzulumat. Nur dalam bahasa Arab adalah bentuk tunggal sedangkan Dzulumat berbentuk jama', itu artinya bahwa jama'ah haq {Darul Islam) itu selalu satu, sedangkan jama'ah bathil jumlahnya banyak lebih dari satu. (Qs. 6:1).
Hakikat umur di dunia:
قَٰلَ إِن لَّبِثْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا ۖ لَّوْ أَنَّكُمْ كُنتُمْ تَعْلَمُونَ ﴿١١٤﴾
‘Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui.’ (QS. Al-Mu’minuun:114)
وَإِنَّ يَوْمًا عِندَ رَبِّكَ كَأَلْفِ سَنَةٍ مِّمَّا تَعُدُّونَ ﴿٤٧﴾
‘Sesungguhnya sehari disisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.’ (Q.S. Al-hajj:47)
Hadits-hadits tentang kehidupan manusia lihat disini
4. Alam Kubur
Alam kubur adalah alam yang akan menjadi tempat transit sebelum memasuki alam akhirat. Alam ini dilalui oleh setiap orang yang sudah wafat. Beberapa sifat kematian adalah sebagai berikut:
a) Kematian dan kehidupan diciptakan Allah untuk menguji manusia (Qs. 67:1-2)
b) Tiap-tiap yang berjiwa pasti akan mati (Qs. 3:145,185 21:35 29:57 16:61)
c) Kematian tidak dapat diundur atau dimajukan (Qs, 23:43 15:5 10:49)
d) Kematian akan selalu menemui setiap orang (Qs. 62:7-8) sekalipun ia berada didalam rumahnya sendiri (Os. 3:154) atau didalam sebuah benteng sekalipun (Qs. 4:78)
e) Kematian tidak dapat ditolak (Qs 3:168)
f) Jika ditimpa mushibah seperti kematian katakanlah inna ltIlahi wa irrna ilayhi roii'un (Os. 2:156)
Setelah wafat seseorang akan memasuki alam kubur, di alam inilah ia sudah melihat bagaimana akhir yang akan didapatnya apakah di surga atau di neraka. Kepada orang kafir yang selama hidup ruhaninya hanya semata bersimbah kekufuran maka oleh Allah SWT akan ditampakkan hebatnya dan dahsyatnya neraka yang akan ditempatinya (Qs. 40:46), na'udzu billahi min dzalik.
Kehidupan di alam kubur laksana dinding, dimana satu sisi seorang manusia bisa melihat kehidupan di dunia dan orang-orang yang ditinggalkannya dan pada sisi lain ia juga melihat kehidupannya kelak di akhirat (Qs. 23:99), sungguh itulah masa yang amat menyiksa bagi orang kafir karena tidak ada lagi sesuatu yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kehidupannya diakhirat.
5. Alam Akhir
Alam Akhir dibagi dalam beberapa fase : terjadinya hari kiamat, terjadinya kematian pada seluruh makhluq, kebangkitan dan berkumpulnya manusia di padang mahsyar, hari penghisaban (yaumul hisab), jembatan (shiroth) dan neraka/surga.
Fase I: Terjadinya hari kiamat
Kiamat terjadi setelah Sangkakala ditiup dengan tiupan pertama oleh malaikat yang bertugas (Qs 79:6 27:87 69:13), tiupan ini mengguncangkan seluruh alam semesta, apalagi bumi yang kecil, tiupan itu memiliki dampak yang sangat dahsyat sekali. Saat itu gunung-gunung terlompat keluar dari porosnya dan terlihat berjalan seperti berjalannya awan (Qs. 27:88), gunung yang beterbangan itu dibenturkan dengan bumi sekali bentur (Qs. 69:14), maka jadilah hari benturan yang bersejarah itu sebagai HARI KIAMAT ! (Qs. 69:15). Pada hari itulah langit terpecah belah, mengeluarkan kabut putih dan turunlah malaikat bergelombang-gelombang (Qs. 25:25). Pada hari Allah SWT memperlihatkan kekuasaan-Nya yang sesungguhnya, sungguh pada hari itu Kerajaan Yang Haq hanyalah Kerajaan Allah SWT (Os. 25:26)
Tanda-tanda hari kiamat adalah :
a) Terjadi guncangan besar, sampai-sampai lalai wanita yang menyusukan anaknya, gugur kandungan seluruh wanita yang hamil, seluruh manusia terlihat mabuk karena dahsyatnya azab Allah hari itu (Qs. 22:1-2)
b) Matahari terlihat digulung, bintang-bintang berjatuhan, gunung-gunung hancur, lautan meluap kedaratan dan langit dilenyapkan (Qs. 81:1-14)
c) Bulan yang indah itu terbelah atas izin Allah (Qs. 54:1)
d) Langit terlihat terbelah, bintang-bintang jatuh berserakan, lautan meluap dan kuburan-kuburan terbongkar (Qs. 82:1-5)
e) Bumi terguncang dengan guncangan yang bertubi-tubi (Qs. 99:1 89:21)
f) Manusia terhempas seperti anai-anai yang bertebaran, gunung-gunung seperti buku-bulu yang dihambur-hamburkan (Qs. 101:1-5)
Fase II : Kematian Menyeluruh
Kemudian ditiupkan Sangkakala yang kedua (Qs. 39:67), maka seketika itu matilah seluruh makhluq hidup yang diciptakan oleh Allah SWT. Saat itu adalah saat dimana hanya Allah SWT satu-satunya Dzat Penguasa, Raja Di-Raja. Dzat yang ditangan-Nya tergenggam kekuasaan atas langit dan bumi, kekuasaan atas masa lalu, masa kini dan masa depan, bahkan melebihi itu semua, Ia-lah satu-satunya Dzat yang menguasai dimensi waktu dan tempat.
Fase III: Kebangkitan di Padang Mahsyar
Ketika Sangkakala ditiup untuk yang ketiga kalinya (Os. 39:68 36.51), itulah saat dimana seluruh manusia dibangkitkan kembali dan peristiwa itu menjadi keheranan dan ketakutan dikalangan orang-orang kafir (Qs. 34:7-8 17.49 56:47-48 22:5-7 46:33 36:77-83). Kebangkitan manusia dipadang mahsyar ini dan kehidupan-kehidupan selanjutnya dari sisi perhitungan waktu berbeda dengan perhitungan waktu didunia, perbandingannya adalah satu hari diakhirat sama dengan 50.000 tahun didunia (Qs. 70:4). Sedemikian lamanya waktu diakhirat ini sehingga Al Our'an menyebutnya dengan 'abadan 'abadan.
Fase IV: Hari Penghisaban
Hisab atau perhitungan atas apa-apa yang pernah dilakukan manusia dikehidupan dunia terbagi dalam tiga bagian :
a. Bagian pertama adalah Hisab kelompok, artinya setiap manusia dikelompokkan ke dalam kelompoknya masing-masing, ada manusia yang digolongkan kedalam golongan haq (ashbulmaymanah) dan ada yang digolongkan kedalam golongan kafir (itulah yang disebut dengan ashabul masyamah).
Penilaian penggolongan manusia ini didasarkan pada pendekatan institusional, Perhatikan Qs. 36:59 78:17-18. Terkait dengan masalah syafa'ah/ampunan, dalam Qs. 19:87 disebutkan bahwa hanya orang-orang yang pernah melakukan perjanjianlah yang berhak mendapat syafa'ah.
b. Bagian kedua adalah Hisab kepemimpinan, yaitu penilaian tentang hubungan ummah (anggota/warga negara) dan aimmah (pimpinan/ulilamri/ulama). Apakah masing-masing pihak telah melaksanakan tugas, kewajiban, wewenang dan tanggung jawab yang dimiliki masing-masing. Untuk menguji validitas data penilaian, hisab qiyadah masing-masing orang dilakukan bersama saksi masing-masing yaitu pimpinan terdekatnya. Untuk masalah hisab qiyadah ini dilakukan dengan pendekatan struktural, dimana dimulai dari Rasulullah sebagai saksi di pucuk tertinggi bagi seluruh ummat sampai pimpinan terdekat yang dimiliki oleh seorang muslim. Perhatikan hisab kepemimpinan ini pada Qs. 17:71 16:84 16:89 2:143 4:41 22:78
c. Bagian ketiga adalah Hisab amaliah, yaitu penilaian tentang 'amaliyah-'amaliyah syari'ah yang dilakukan seorang muslim, baik dalam lingkup akhlaq, 'ibadah maupun mu'amalah. Aspek pertama yang akan ditanyakan dalam hisab syari'ah ini adalah masalah sholat Penilaian terhadap hisab syari'ah dilakukan dengan pendekatan behavioral/perilaku, dan yang akan menjawab adalah tangan, kaki, dan kulit seorang muslim (Qs. 78:40 41:20-22 36:65). Tidak ada satu perbuatanpun melainkan tercatat dan disaksikan oleh anggota tubuh.
Pada fase penghisaban ini, ada yang dikenal dengan syafa'ah. Syafa'ah hanya milik Allah SWT semata karena ditangan-Nyalah terletak kekuasaan atas kerajaan langit dan bumi (Qs. 39:44). Syafa'ah hanya diberikan terbatas kepada orang-orang yang diizinkan-Nya (Qs. 34:23) yaitu orang-orang yang dikehendaki-Nya dan diridhoi-Nya (Qs. 53:26 21:28).
Orang-orang tersebut bukanlah orang-orang musyrik (Qs. 36:23-24 10:18 6:94) yang telah batal tauhidnya. Orang-orang yang mendapat syafa'ah hanyalah orang-orang yang ketika didunia pernah melakukan ikrar ('ahd) atau perjanjian dengan Allah SWT, dimana perjanjian tersebut tentulah disaksikan oleh muslim (Qs 19:87), mereka inilah yang tidak pernah melepaskan bay'at pada tengkuknya sampai akhir hayatnya. Sebanyak apapun dosa yang mereka bawa Allah menjanjikan ampunan-Nya.
Syahadah adalah pintu gerbang seseorang masuk kedalam bunyan Islam (mudkhola shidqin\ dalam bahasa Rasulullah, mereka inilah yang pernah mengucapkan kalimat syahadat ketika didunia. Sabda Nabi SAW : "Aku bersaksi bahwa tiada ilah kecuali Allah, tiada seorang hambapun yang bertemu dengan Allah membawa dua kesaksian tanpa ia ragu melainkan ia masuk surga" (HR. Muslim). Juga sabdanya SAW : " Tiada seorangpun yang bersaksi bahwa tiada ilah kecuali Allah dan Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya, benar-benar dari hatinya kecuali Allah mengharamkannya masuk neraka" (HR Bukhori).
Setelah dilakukan penghisaban seluruh hasil penilaian itu kemudian dibagikan dalam bentuk buku penilaian kepada seluruh manusia. Ada manusia yang menerima buku nilainya dari sebelah kanannya, mereka itulah yang beruntung (Qs. 84:7), kitab itu dinamai 'Hliyyin (Os. 83:18). Ada manusia yang menerima buku nilainya dari belakang dan kontan berteriak : Calaka aku ! (Qs. 84:10-11), juga ada yang menerima dari sebelah kirinya (Qs. 69:25). Buku penilaiannya disebut sijjiin (Qs 83:7). Buku-buku itu mencatat seluruh perilaku manusia, baik yang kecil maupun yang besar (Qs. 18:49)
Fase V: Jembatan (Shiroth)
Setelah setiap orang melihat, membaca dan memberikan reaksi masing-masing atas buku penilaian yang telah diterima, maka bergeraklah semua manusia melewati shiroth yang terbentang diatas neraka jahannam dan menuju surga (Qs. 37:20-23 63:66-67). Ada yang terlempar dan jatuh kedalam Jahannam dan ada yang selamat sampai di Surga. Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairoh ia berkata : telah bersabda Rasulullah SAW : Lalu jembatan itu dibentangkan diatas Jahannam maka aku dan ummatkulah yang mula-mula melaluinya (HR Bukhari dan Muslim).
Fase Akhir: Neraka/Surga
Fase ini adalah fase akhir dimana jangka waktunya adalah abadan-abada (kekal selama-lamanya), baik dineraka (Qs. 39:71-72) maupun disurga (Qs. 2:25). Fase ini adalah kulminasi akhir dimana seorang muslim mendapati benarnya janji Allah dan orang kafir mendapati hal yang sama Inilah akhir yang menyenangkan bagi satu golongan tapi menyedihkan bagi golongan yang lain.
Neraka memiliki sifat sebagai berikut:
a) Apinya berlapis-lapis (Qs. 40:69-70 39:16)
b) Neraka mampu melontarkan bunga api setinggi istana (Qs. 77:32)
c) Api Neraka tidak akan pernah habis-habis sebab bahan bakarnya terdiri dari batu dan manusia yang juga takkan pernah habis-habis (Qs. 2:24 66:6)
d) Bahkan harta orang kafir sendiri akan menjadi bahan bakar api neraka (Qs. 3.10).
Beberapa profil khusus dari neraka-neraka yang ada adalah :
a) Neraka Jahannam memiliki air yang mendidih dan nanah (Qs. 78:25)
b) Neraka Hawiyyah memiliki api yang sangat panas (Qs. 101:11)
c) Neraka Hutomah memiliki api yang naik sampai kehati, api itu menutup rapat seluruh tubuh mereka yang diikat erat pada tiang-tiang yang panjang (Qs. 104:5-9)
d) Neraka Saqor diatasnya terdapat 19 malaikat penjaga, merupakan neraka untuk membakar kulit manusia, dimana api didalamnya menghancurkan manusia dan memulihkannya kembali, menghancurkan dan memulihkan kembali demikian seterusnya (Qs. 74:28-30)
e) Neraka Sa'ir memiliki api yang menyala-nyala (Qs. 67:11)
Khusus untuk Neraka Jahannam - disebutkan di 77 tempat dalam Al Our'an - yang terbentang diatas shiroth, memiliki tujuh pintu (Qs. 15:44), yaitu :
a) Pintu bagi mereka yang menentang Allah dan Rasul-Nya (Qs 9:63 4:115 3:18)
b) Pintu bagi orang-orang kafir (Qs 8:36 4:168-169 3:12), baik kafir ahli kitab maupun musyrikin
c) Pintu bagi tentara Islam yang berperang, tapi mundur balik kebelakang tanpa ada perintah dari amirnya (Qs. 8:16)
d) Pintu bagi mereka yang Allah telah memberikan penglihatan, pendengaran dan hati kepadanya tetapi tidak dipergunakan untuk mempelajari ayat-ayat Allah, menolak untuk ikut majelis dirosah Al Our'an (Qs. 7:179)
e) Pintu bagi orang munafik (Qs. 9:49 9:68 9:81)
f) Pintu bagi orang-orang yang tidak mau hijrah. (Qs. 4:97)
g) Pintu bagi mereka yang membangun sebuah #w«yaw/Organisasi (seperti Negara) tidak atas dasar taqwa dan ridho-Nya (Qs. 9:109)
Kenikmatan surgawi dapat dilihat dalam : Qs. 76:12-20 35:33-35 36:55-58 88:8-16 78:31-37 55:46-78. Setiap mukmin hendaknya mengibtisyar diri dengan motif al-Jannah (Qs. 2:25)
Kehidupan surga adalah kenikmatan yang sempurna. فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Tak seorang pun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.” (QS. As-Sajdah: 17)
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – « يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى أَعْدَدْتُ لِعِبَادِى الصَّالِحِينَ مَا لاَ عَيْنٌ رَأَتْ ، وَلاَ أُذُنٌ سَمِعَتْ ، وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ ، ذُخْرًا ، بَلْهَ مَا أُطْلِعْتُمْ عَلَيْهِ » . ثُمَّ قَرَأَ ( فَلاَ تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِىَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ )
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sediakan bagi hamba-Ku yang shalih berbagai kenikmatan yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terbetik dalam benak manusia. Kalau kalian mau, bacalah, ‘Tak seorang pun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.’ (QS. As-Sajdah: 17)
Surga itu memiliki tingkat-tingkat yang disediakan Allah sesuai amalan mukmin
Dari Abu Said al Khudri radhiyallahu’anhu. Beliau mendengar Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ أَهْلَ الدَّرَجَاتِ الْعُلَى لَيَرَاهُمْ مَنْ تَحْتَهُمْ كَمَا تَرَوْنَ النَّجْمَ الطَّالِعَ فِي أُفُقِ السَّمَاءِ، وَإِنَّ أَبَا بَكْرٍ، وَعُمَرَ مِنْهُمْ وَأَنْعَمَا
“Sesungguhnya penghuni surga yang menempati derajat yang paling tinggi, akan melihat orang-orang yang berada di bawah mereka, seperti kalian melihat bintang yang terbit di ufuk langit. Dan sngguh Abu Bakr dan ‘Umar, termasuk dari mereka dan yang paling baik” (HR. Tirmidzi).
Hadis di atas menunjukkan bahwa surga memiliki tingkatan-tingkatan, yang dapat diraih dengan amal sholih, setelah masuknya didapat karena rahmat Allah.
Kehidupan surga adalah kenikmatan yang sempurna. فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِيَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Tak seorang pun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.” (QS. As-Sajdah: 17)
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – « يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى أَعْدَدْتُ لِعِبَادِى الصَّالِحِينَ مَا لاَ عَيْنٌ رَأَتْ ، وَلاَ أُذُنٌ سَمِعَتْ ، وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ ، ذُخْرًا ، بَلْهَ مَا أُطْلِعْتُمْ عَلَيْهِ » . ثُمَّ قَرَأَ ( فَلاَ تَعْلَمُ نَفْسٌ مَا أُخْفِىَ لَهُمْ مِنْ قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ )
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sediakan bagi hamba-Ku yang shalih berbagai kenikmatan yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terbetik dalam benak manusia. Kalau kalian mau, bacalah, ‘Tak seorang pun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.’ (QS. As-Sajdah: 17)
Surga itu memiliki tingkat-tingkat yang disediakan Allah sesuai amalan mukmin
Dari Abu Said al Khudri radhiyallahu’anhu. Beliau mendengar Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ أَهْلَ الدَّرَجَاتِ الْعُلَى لَيَرَاهُمْ مَنْ تَحْتَهُمْ كَمَا تَرَوْنَ النَّجْمَ الطَّالِعَ فِي أُفُقِ السَّمَاءِ، وَإِنَّ أَبَا بَكْرٍ، وَعُمَرَ مِنْهُمْ وَأَنْعَمَا
“Sesungguhnya penghuni surga yang menempati derajat yang paling tinggi, akan melihat orang-orang yang berada di bawah mereka, seperti kalian melihat bintang yang terbit di ufuk langit. Dan sngguh Abu Bakr dan ‘Umar, termasuk dari mereka dan yang paling baik” (HR. Tirmidzi).
Hadis di atas menunjukkan bahwa surga memiliki tingkatan-tingkatan, yang dapat diraih dengan amal sholih, setelah masuknya didapat karena rahmat Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.