Bacaan Shalat Praktis

  


> PENGANTAR

عَنْ عَمَّارِ بْنِ يَاسِرٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَنْصَرِفُ وَمَا كُتِبَ لَهُ إِلَّا عُشْرُ صَلَاتِهِ تُسْعُهَا ثُمْنُهَا سُبْعُهَا سُدْسُهَا خُمْسُهَا رُبْعُهَا ثُلُثُهَا نِصْفُهَا

dari 'Ammar bin Yasir dia berkata; saya mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya ada seseorang yang benar-benar mengerjakan shalat, namun pahala shalat yang tercatat baginya hanyalah sepersepuluh (dari) shalatnya, sepersembilan, seperdelapan, sepetujuh, seperenam, seperlima, seperempat, sepertiga, dan seperduanya saja. (HR Abu Dawud No.675).

Syekh Muhammad Abdurrauf Al-Manawi  rahimahullah berkata:

أَنَّ ذَلِكَ يَخْتَلِفُ بِاخْتِلاَفِ الأَشْخَاص بِحَسَبِ الْخُشُوْعِ وَالتَّدَبُّرِ وَنَحْوِهِ مِمَّا يَقْتَضِي الْكَمَالَ

“Perbedaan pahala sholat tersebut sesuai dengan perbedaan orang-orang yang sholat berdasarkan kekhusyu’an dan penghayatan makna bacaan sholat dan yang semisalnya dari perkara-perkara yang menyebabkan kesempurnaan sholat“ (Faidhul Qodiir: 2/333, Hadits no. 1978)

Syekh Muhammad Abdurrauf Al-Manawi  rahimahullah berkata: mengomentari hadits diatas, mengatakan,

أرد أن ذلك يختلف باختلاف الأشخاص بحسب الخشوعِ والتدبر ونحوِ ذلك مما يقتضي الكمال كما في صلاة الجماعة خمس وعشرون وسبع وعشرون وبدأ بالعشر لأنه أقل الكسور

"Saya ingin mengatakan bahwa perbedaan pahala sholat tersebut tergantung pada kekhusyuan, penghayatan makna bacaan sholat (tadabbur), dan sebagainya, dari perkara-perkara yang menyebabkan kesempurnaan sholat, seperti shalat berjamaah, dua puluh lima dan dua puluh tujuh, dan beliau mulai dengan sepuluh karena itu adalah pecahan yang terkecil." (lihat di pdf Faidhul Qodiir juz 2 hal 423, Hadits no. 1978)

Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah mengatakan:

يكتب للرجل من صلاته ما عقل منها

“Pahala shalat seseorang ditulis berdasarkan apa yang ia pahami dari shalatnya (berdasarkan kehadiran hati)” (Al-Qaulul Mubiin, Syaikh Masyhuur Salaman, hal. 454).


Allah Ta’ala memuji orang-orang yang khusyu’ dalam shalat mereka,

قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ

(1) ”Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,”

الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ

(2) “(yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya” (Al-Mu`minuun: 1-2).


Allah mengajak manusia meminta pertolongan kepada-Nya dengan sabar dan shalat, namun hal itu berat kecuali,

وَاسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ وَاِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ اِلَّا عَلَى الْخٰشِعِيْنَۙ

“Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Dan (shalat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk,”

الَّذِيْنَ يَظُنُّوْنَ اَنَّهُمْ مُّلٰقُوْا رَبِّهِمْ وَاَنَّهُمْ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَ ࣖ

“(yaitu) mereka yang yakin, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.” (Qs. Al Baqarah 2:45-46)

Dan khusyu’ dalam shalat meliputi khusyu’ lahir dan batin (hati), sebagaimana penafsiran Syaikh As-Sa’di rahimahullah terhadap ayat di atas,

والخشوع في الصلاة: هو حضور القلب بين يدي الله تعالى، مستحضرا لقربه، فيسكن لذلك قلبه، وتطمئن نفسه، وتسكن حركاته، ويقل التفاته، متأدبا بين يدي ربه، مستحضرا جميع ما يقوله ويفعله في صلاته، من أول صلاته إلى آخرها، فتنتفي بذلك الوساوس والأفكار الردية، وهذا روح الصلاة، والمقصود منها، وهو الذي يكتب للعبد، فالصلاة التي لا خشوع فيها ولا حضور قلب، وإن كانت مجزئة مثابا عليها، فإن الثواب على حسب ما يعقل القلب منها.

“Khusyu’ dalam shalat adalah hadirnya hati (seorang hamba) di hadapan Allah Ta’ala, menghayati kedekatan dengan-Nya, hingga tentram hati karenanya, tenang jiwa dan gerakannya, tidak banyak mengingat sesuatu di luar urusan shalat, beradab di hadapan Rabb-nya, menghayati seluruh apa yang ia ucapkan dan lakukan dalam shalatnya, dari awal hingga selesai shalatnya, sehingga hilang was-was (bisikan syaitan) dan berbagai pikiran yang jelek. Inilah ruh dan maksud shalat. Shalat yang seperti inilah yang ditulis pahalanya bagi seorang hamba. Jadi shalat yang tidak ada kekhusyu’an dan tidak ada pula kehadiran hati -walaupun shalat seperti itu sah dan diberi pahala (pelakunya)- namun sesungguhnya pahala shalat itu sesuai dengan kehadiran hati di dalam mengerjakannya” (Tafsir As-Sa’di, hal. 637).


> DOA IFTITAH

 أَبُو هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْكُتُ بَيْنَ التَّكْبِيرِ وَبَيْنَ الْقِرَاءَةِ إِسْكَاتَةً قَالَ أَحْسِبُهُ قَالَ هُنَيَّةً فَقُلْتُ بِأَبِي وَأُمِّي يَا رَسُولَ اللَّهِ إِسْكَاتُكَ بَيْنَ التَّكْبِيرِ وَالْقِرَاءَةِ مَا تَقُولُ قَالَ أَقُولُ اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنْ الدَّنَسِ اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ

Abu Hurairah berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berdiam antara takbir dan bacaan Al Qur'an." Abu Zur'ah berkata, Aku mengira Abu Hurairah berkata, 'Berhenti sebentar, lalu aku berkata, "Wahai Rasulullah, demi bapak dan ibuku! Tuan berdiam antara takbir dan bacaan. Apa yang tuan baca diantaranya?. Beliau bersabda: "Aku membaca; ALLAHUMMA BAA'ID BAINII ... (Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahanku sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, sucikanlah kesalahanku sebagaimana pakaian yang putih disucikan dari kotoran. Ya Allah, cucilah kesalahanku dengan air, salju dan es yang dingin)."HR Bukhari 702

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَبَّرَ فِي الصَّلَاةِ سَكَتَ هُنَيَّةً قَبْلَ أَنْ يَقْرَأَ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي أَرَأَيْتَ سُكُوتَكَ بَيْنَ التَّكْبِيرِ وَالْقِرَاءَةِ مَا تَقُولُ قَالَ أَقُولُ اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنْ الدَّنَسِ اللَّهُمَّ اغْسِلْنِي مِنْ خَطَايَايَ بِالثَّلْجِ وَالْمَاءِ وَالْبَرَدِ

dari Abu Hurairah dia berkata; Apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertakbir ketika shalat, maka beliau diam sejenak sebelum membaca Al Fatihah, lalu aku bertanya; "Wahai Rasulullah, demi ayah dan ibuku, apa yang engkau baca saat engkau diam antara takbir dan membaca Al Fatihah?" beliau menjawab: "ALLAAHUMMA BAA'ID BAINII ... (Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahanku sebagaimana Engkau jauhkan antara timur dan barat, Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesalahanku sebagaimana baju putih dibersihkan dari kotoran, Ya Allah, cucilah aku dari kesalahanku dengan es, air dan embun)."HR Muslim 940

Doa Kedua

حَدَّثَنَا الْأَوْزَاعِيُّ عَنْ عَبْدَةَ أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ كَانَ يَجْهَرُ بِهَؤُلَاءِ الْكَلِمَاتِ يَقُولُ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ تَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ

Telah menceritakan kepada kami al-Auza'i dari 'Abdah bahwa Umar bin al-Khaththab dahulu mengeraskan (bacaan) kalimat-kalimat tersebut. Dia membaca, "SUBHAANAKALLOOHUMMA, WABIHAMDIKA TABAAROKA ISMUKA WATA'AALAA JADDUKA WALAA ILAAHA GHOIRUKA." Ya Allah, Mahasuci Engkau dan dengan memujimu, Mahaberkah NamaMu, Mahaluhur kemuliaanMu, tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau." HR MUSLIM 606

Doa Ketiga

رَافِعٍ عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ كَانَ إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ قَالَ وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنْ الْمُشْرِكِينَ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنْ الْمُسْلِمِينَ اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَنْتَ رَبِّي وَأَنَا عَبْدُكَ ظَلَمْتُ نَفْسِي وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي جَمِيعًا إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

Dari Ali bin Abu Thalib dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam; Biasanya apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam shalat, beliau membaca (do'a iftitah) sebagai berikut: "WAJJAHTU WAJHIYA ... (Aku hadapkan wajahku kepada Allah, Maha pencipta langit dan bumi dengan keadaan ikhlas dan tidak mempersekutukanNya. Sesungguhnya shalatku, segala ibadahku, hidupku dan matiku, hanya semata-mata untuk Allah Rabb semesta alam. Tidak ada sekutu bagiNya, dan karena itu aku patuh kepada perintahNya, dan berserah diri kepadaNya. Ya Allah, Engkaulah Maha Penguasa. Tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Engkau. Engkaulah Tuhanku dan aku adalah hambaMu. Aku telah menzhalimi diriku dan aku mengakui dosa-dosaku. Karena itu ampunilah dosa-dosaku semuanya. Sesungguhnya tidak ada yang berwenang untuk mengampuni segala dosa melainkan Engkau. Dan tunjukilah kepadaku akhlak yang paling bagus. Sesungguhnya tidak ada yang dapat menunjukkannya melainkan hanya Engkau. Dan jauhkanlah akhlak yang buruk dariku, karena sesungguhnya tidak ada yang sanggup menjauhkannya melainkan hanya Engkau. Labbaik wa sa'daik (Aku patuhi segala perintahMu, dan aku tolong agamaMu). Segala kebaikan berada di tanganMu. Sedangkan kejahatan tidak datang daripadaMu. Aku berpegang teguh denganMu dan kepadaMu. Maha Suci Engkau dan Maha Tinggi. Kumohon ampun dariMu dan aku bertobat kepadaMu)." HR MUSLIM 1290


> Membaca Taawudz

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

QS. An-Nahl [16]: 98


Ada bacaan taawud yang dibaca Nabi ketika bangun tidur yaitu,

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ مِنْ اللَّيْلِ وَاسْتَفْتَحَ صَلَاتَهُ وَكَبَّرَ قَالَ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ تَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ ثُمَّ يَقُولُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ ثَلَاثًا ثُمَّ يَقُولُ أَعُوذُ بِاللَّهِ السَّمِيعِ الْعَلِيمِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ 

Dari Abu Sa'id Al Khudri ia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam jika beliau bangun pada suatu malam kemudian memulai shalatnya beliau bertakbiratul ihram lalu membaca: SUBHANAKALLAHUMMA WA BIHAMDIKA TABAARAKASMUKA WA TA'ALA JADDUKA WA LAA ILAAHA GHAIRUKA (ya Allah Yang Maha Suci, segala puji untuk-Mu, keberkahan pada nama-MU, dan Yang Maha Tinggi dan Maha Besar, Tiada Tuhan selain-Mu). Kemudian beliau membaca LAA ILAAHA ILLAALAH (tidak ada Tuhan yang berhak untuk disembah selain Allah) sebanyak tiga kali. Kemudian beliau membaca A'AUUDZU BILLAAHIS SAMI'IL 'ALIIM MINASSYAITHAANIR RAJIIM MIN HAMZIHI WA NAFKHIHI (aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui dari setan yang terkutuk, dari godaan dan rayuannya). HR Ahmad No. 11047 

Dalam keterangan di Bulughul Maram, 

 أَعُوذُ بِاَللَّهِ اَلسَّمِيعِ اَلْعَلِيمِ مِنَ اَلشَّيْطَانِ اَلرَّجِيمِ  مِنْ هَمْزِهِ  وَنَفْخِهِ  وَنَفْثِهِ

Aku berlindung kepada Allah yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui dari setan yang terkutuk dari godaannya tipuannya dan rayuannya (diriwayatkan oleh Imam Lima secara marfu', Bulughul Maram No.289)

Contohnya

HR TIRMIDZI No 225, dari Abu Sa'id Al Khudri

HR IBNUMAJAH No. 799, dari Ibnu Jubair bin Muth'im dari Bapaknya 


> Membaca Al Fatihah

لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِأُمِّ اَلْقُرْآنِ

Tidak sah sholat bagi orang yang tidak membaca Ummul Qur'an (al-fatihah)." Muttafaq Alaihi. Bulughul Maram Hadits No.295

عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ 

Dari 'Ubadah bin Ash Shamit, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak ada shalat bagi yang tidak membaca Faatihatul Kitab (Al Fatihah)." HR Bukhari 714

عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ يَبْلُغُ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ

Dari Ubadah bin ash-Shamit menyatakan hadits tersebut marfu' kepada Nabi Shallallahu'alaihiwasallam, "Tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca al-Fatihah." HR Muslim 595

عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَمْ يَقْتَرِئْ بِأُمِّ الْقُرْآنِ

dari Ubadah bin ash-Shamit dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Tidak sah shalat seseorang yang tidak membaca Ummul Qur'an." HR Muslim 596 dan 597

لَا تَجْزِي صَلَاةٌ لَا يُقْرَأُ فِيهَا بِفَاتِحَةِ اَلْكِتَابِ

"Tidak sah sholat yang tidak dibacakan al-fatihah di dalamnya."  ( riwayat Ibnu Hibban dan Daruquthni: Bulughul Maram No.296)


> Mengucapakan “AMIN"

Hadits hasan diriwayatkan oleh Daruquthni. Hadits shahih menurut Hakim. (Bulughul Maram No.304)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا قَالَ الْإِمَامُ { غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ } فَقُولُوا آمِينَ فَمَنْ وَافَقَ قَوْلُهُ قَوْلَ الْمَلَائِكَةِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bila imam mengucapkan, 'Ghairil maghdluubi 'alaihim walaadl-dlalliin (Bukan orang-orang yang dimurkai dan bukan orang-orang yang sesat) ' maka ucapkanlah, 'Aamiin', Barangsiapa ucapan aamiin-nya bersamaan dengan aamiin para malaikat, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu."HR Bukhari 4115


> Bacaan Ruku.

Bacaan Pertama

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي

Maha suci Engkau wahai Tuhan kami, segala pujian bagi-Mu. Ya Allah, ampunilah aku HR BUKHARI 752, 775, 4585, semuanya dari 'Aisyah ; HR MUSLIM 746, dari 'Aisyah 


Bacaan Kedua

سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ

Mahasuci Rabb yang Agung, dibaca 1x  HR AHMAD No. 22156, dari Hudzaifah; HR AHMAD No. 3334, dari Ibnu Abbas; HR Abu Daud No. 752,  dari Abdullah bin Mas'ud


Bacaan Ketiga

سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيمِ وَبِحَمْدِهِ 

Maha suci Rabbku yang Maha Agung dengan pujian-Nya Dibaca 3x ; HR Abu Daud No. 736 dan 737, dari 'Uqbah bin 'Amir; HR Abu Daud 737, 740, dari Hudzaifah


Bacaan Keempat

سُبُّوحٌ قُدُّوسٌ رَبُّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوحِ 

Mahasuci, Maha Qudus, Rabb malaikat dan ruh (HR MUSLIM NO.752, dari Aisyah)


> Bacaan Itidal

سَمِعَ اَللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ

Allah mendengar orang yang memuji-Nya

رَبَّنَا وَلَكَ اَلْحَمْدُ

Ya Tuhan kami hanya bagi-Mu segala puji. Muttafaq Alaihi, Bulughul Maram No.316

Kemudian Berdoa

اَللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ اَلْحَمْدُ مِلْءَ اَلسَّمَوَاتِ وَمِلْءَ اَلْأَرْضِ  وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ  أَهْلَ اَلثَّنَاءِ وَالْمَجْدِ  أَحَقُّ مَا قَالَ اَلْعَبْدُ - وَكُلُّنَا لَكَ عَبْدٌ - اَللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ  وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ  وَلَا يَنْفَعُ ذَا اَلْجَدِّ مِنْكَ اَلْجَدُّ

Ya Allah Tuhan kami segala puji bagi-Mu sepenuh langit dan bumi dan sepenuh apa yang Engkau kehendaki. Engkaulah pemilik puji dan kemuliaan segala yang diucapkan oleh hamba. Kami semua menghambakan diri pada-Mu. Ya Allah tidak ada yang kuasa menolak apa yang Engkau cegah dan tidak bermanfaat keagungan bagi yang memiliki keagungan karena keagungan itu dari Engkau juga. Bulughul Maram No.317

Dalam versi Al Lidwa sbb:

اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءُ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءُ الْأَرْضِ وَمِلْءُ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ أَهْلَ الثَّنَاءِ وَالْمَجْدِ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ 

AALLOOHUMMA ROBBANAA LAKAL HAMDU MIL"US SAMAAWAATI WAL ARDHI, WAMIL"U MAA SYI"TA MIN SYAI"IN BA"DU, AHLATS TSANAA"I WAL MAJDI, LAA MAANI'A LIMAA A'THOITA WALAA MU'THIYA LIMAA MANA'TA WALAA YANFA'U DZAL JADDI MINKAL JADDI, Ya Allah, Rabb kami, segala puji bagimu sepenuh langit dan bumi serta sepenuh sesuatu yang Engkau kehendaki setelah itu wahai Dzat yang berhak dipuji dan diagungkan. Tidak ada penghalang untuk sesuatu yang Engkau beri, dan tidak ada pemberi untuk sesuatu yang Engkau halangi. Tidaklah bermanfaat harta orang yang kaya dari adzabmu.' HR Muslim No.725, dari al-Hakam

رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمِلْءُ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ أَهْلَ الثَّنَاءِ وَالْمَجْدِ أَحَقُّ مَا قَالَ الْعَبْدُ وَكُلُّنَا لَكَ عَبْدٌ اللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ

ROBBANAA LAKAL HAMDU MIL'US SAMAAWAATI WAL ARDHI WAMIL'U MAA SYI"TA MIN SYAI"IN BA'DU, AHLATS TSANAA"I WAL MAJDI, AHAQQU MAA QOOLAL 'ABDU, WAKULLUNA LAKA 'ABDUN, ALLOOHUMMA LAA MAANI'A LIMAA A'THOITA WALAA MU'THIYA LIMAA MANA'TA WALAA YANFA'U DZAL JADDI MINKAL JADDU 'Ya Allah, Rabb kami, segala puji bagimu sepenuh langit dan bumi serta sepenuh sesuatu yang Engkau kehendaki setelah itu, wahai Pemilik pujian dan kemulian, itulah yang paling haq yang diucapkan seorang hamba. Dan setiap kami adalah hamba untukMu. Ya Allah, tidak ada penghalang untuk sesuatu yang Engkau beri, dan tidak ada pemberi untuk sesuatu yang Engkau halangi. Tidaklah bermanfaat harta orang yang kaya dari adzabmu'." HR Muslim No.736, dari Abu Sa'id al-Khudri

 اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءُ السَّمَاوَاتِ وَمِلْءُ الْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَمِلْءُ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ أَهْلَ الثَّنَاءِ وَالْمَجْدِ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ 

'ALLOOHUMMA ROBBANAA LAKAL HAMDU MIL"US SAMAAWAATI WA MIL"UL ARDHI WAMAA BAINAHUMAA, WAMIL"U MAA SYI"TA MIN SYAI"IN BA'DU, AHLATS TSANAA"I WAL MAJDI, LAA MAANI'A LIMAA A'THOITA, WALAA MU'THIYA LIMAA MANA'TA WALAA YANFA'U DZAL JADDI MINKAL JADDI"'Ya Allah, Rabb kami, segala puji bagimu sepenuh langit dan bumi serta sepenuh sesuatu yang Engkau kehendaki setelah itu, wahai Pemilik pujian dan kemulian. Ya Allah, tidak ada penghalang untuk sesuatu yang Engkau beri, dan tidak ada pemberi untuk sesuatu yang Engkau halangi. Tidaklah bermanfaat harta orang yang kaya dari adzabmu'." HR Muslim No.737, dari Ibnu Abbas

Atau membaca doa berikut

وَلَكَ الْحَمْدُ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ

Wahai Tuhan kami, bagi-Mu segala pujian, aku memuji-Mu dengan pujian yang banyak, yang baik dan penuh berkah (HR BUKHARI NO. 757, dari Rifa'ah bin Rafi' Az Zuraqi)


> Bacaan Sujud

Bacaan Pertama

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي

Maha suci Engkau wahai Tuhan kami, segala pujian bagi-Mu. Ya Allah, ampunilah aku (HR BUKHARI 752, 775, 4585, semuanya dari 'Aisyah  HR MUSLIM 746, dari 'Aisyah) 

Bacaan Kedua

سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى

Mahasuci Rabb Yang Mahatinggi, dibaca 1x  HR AHMAD 22156, 3334, 22156, 22175, 22222

Bacaan Ketiga

سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ

Maha suci Rabbku yang Maha Tinggi dengan segala pujian-Nya, Dibaca 3x HR Abu Daud 736

Bacaan Keempat

سُبُّوحٌ قُدُّوسٌ رَبُّ الْمَلَائِكَةِ وَالرُّوحِ 

Mahasuci, Maha Qudus, Rabb malaikat dan ruh (HR MUSLIM NO752)


> Bacaan Duduk antara dua sujud

رَبِّ اغْفِرْ لِي رَبِّ اغْفِرْ لِي

RABBIGHFIRLI RABBIGHFIRLI, Ya Allah ampunilah aku, Ya Allah ampunilah aku

HR IBnu Majah No. 887, HR Abu Daud No.740

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَاجْبُرْنِي وَاهْدِنِي وَارْزُقْنِي

"ALLAAHUMMAGHFIRLII WARHAMNII WAJBURNII WAHDINII WARZUQNII (ya Allah ampunila aku, kasihanilah aku, cukupkanlah aku, berilah aku hidayah dan berilah aku rizqi). HR Tirmidzi No. 262

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَاجْبُرْنِي وَارْزُقْنِي وَارْفَعْنِي

"RABBIGHFIRLI, WARHAMNI, WAJBURNI, WARZUQNI, WARFA'NI" (Wahai Tuhanku, ampunilah aku, rahmatilah aku, perbaikilah keraguanku, limpahkanlah rizkiku dan angkatlah derajatku). " HR IBnu Majah No. 888

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَارْفَعْنِي وَارْزُقْنِي وَاهْدِنِي

'RABBIGHFIRLI WAR HAMNI WAR FA'NI WAR ZUQNI WAH DINI' (Ya Allah, ampunilah aku, rahmatilah aku, angkatlah (derajat) ku, anugerahilah aku rezeki dan tunjukilah aku)HR Ahmad 2745

 رَبِّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَاجْبُرْنِي وَارْفَعْنِي وَارْزُقْنِي وَاهْدِنِي

(RABBIGH FIRLI WAR HAMNI WAJ BURNI WAR FA'NI WAR ZUQNI WAH DINI) (Ya Rabbku, ampunilah dosaku, berilah rahmat kepadaku, cukupkanlah aku, angkatlah derajatku, berilah aku rizki dan berilah aku petunjuk)." HR Ahmad No. 3334


> Tasyahud Awal

Bacaan Pertama,

التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ

 أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

'ATTAHIYYAATU LILLAHI WASHSHALAWAATU WATHTHAYYIBAAT. ASSALAAMU 'ALAIKA AYYUHANNABIYYU WA RAHMATULLAHI WA BARAKAATUH. ASSALAAMU 'ALAINAA WA 'ALAA 'IBAADILLAHISH SHAALIHIIN  Segala penghormatan hanya milik Allah, juga segala pengagungan dan kebaikan. Semoga kesejahteraan terlimpahkan kepada engkau wahai Nabi dan juga rahmat dan berkah-Nya. Dan juga semoga kesejahteraan terlimpahkan kepada kami dan kepada hamba-hamba Allah yang shalih. ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAH WA ASYHADU ANNA MUHAMMADAN 'ABDUHU WA RASUULUH, Aku bersaksi tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya HR Bukhari No.788, 791; HR Muslim No.609, dari Abdullah

Bacaan Kedua,

التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ

'ATTAHIYYAT ASH-SHALAWAT ATH-THAYYIBAT LILLAH, ASSALAMU ALAIKA, AYYUHA AN-NABIYYU WARAHMATULLAHI WABARAKATUHU, ASSALAMU'ALAINA WA ALA IBADILLAHISHSHAALIHIN.

Segala penghormatan shalawat dan juga kebaikan bagi Allah,. Semoga keselamatan terlimpahkan kepadamu wahai Nabi dan juga rahmat dan berkahnya. Semoga keselamatan terlimpahkan atas kami dan hamba Allah yang shalih. Saya bersaksi bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Allah, dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. HR Muslim No.610, dari Ibnu Abbas

Pada tasyahud awal juga membaca shalawat sekalipun pendek yaitu, Imam An Nawawi menjelaskan:

وَالْوَاجِبُ عِنْدَ أَصْحَابِنَا اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَمَا زَادَ عَلَيْهِ سُنَّةٌ

"Yang wajib menurut para sahabat kami (Syafi'iyah) adalah Allahumma Shalli 'ala Muhammad, ada pun selebihnya adalah sunnah." (Syarh Shahih Muslim, jilid. 4, hal. 124)

Ini pula yang disebut dalam kitab Roudhotuth Tholibin berikut, bahwa minimal bacaan shalawat adalah,

اللّهُمَّ صَلِّ عَلَ مُحَمَّدٍ

“Allahumma sholli ‘ala Muhammad (artinya: Ya Allah, semoga shalawat tercurah pada Muhammad)”. (Roudhotuth Tholibin, 1: 187).


> Tasyahud Akhir

Pada tasyahud akhir, selain membaca tasyahud awal juga membaca shalawat secara lengkap yaitu,

 اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

ALLAHUMMA SHALLI 'ALAA MUHAMMADIN WA 'ALAA AALI MUHAMMAD KAMAA SHOLLAITA 'ALAA IBRAHIIM WA 'ALAA AALI IBRAHIM INNAKA HAMIIDUN MAJID. ALLAHUMMA BAARIK 'ALAA MUHAMMADIN WA 'ALAA AALI MUHAMMADIN KAMAA BAARAKTA 'ALAA IBRAHIIM WA 'ALAA AALI IBRAHIM INNAKA HAMIIDUN MAJIID", Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi shalawat kepada Ibrahiim dan kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkah Maha Terpuji dan Maha Mulia. Ya Allah berilah barakah kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberi barakah kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkah Maha Terpuji dan Maha Mulia. HR Bukhari No. 3119 , dari Jabir bin Abdullah ra

Bacaan Kedua,

 اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

ALLAHUMMA SHALLI 'ALAA MUHAMMAD WA 'ALAA AALI MUHAMMAD KAMAA SHALLAITA 'ALAA AALII IBRAAHIM INNAKA HAMIIDUM MAJIID. ALLAAHUMMA BAARIK 'ALAA MUHAMMAD WA'ALAA AALI MUHAMMAD KAMAA BAARAKTA 'ALAA 'AALI IBRAHIIMA INNAKA HAMIIDUM MAJIID." HR Bukhari No. 4423, dari Ka'ab bin 'Ujrah; HR Muslim No.614, dari al-Hakam 

Bacaan Ketiga,

 صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

'ALLOOHUMMA SHOLLI 'ALAA MUHAMMAD WA'ALAA AALI MUHAMMAD, KAMAA SHOLLAITA 'ALAA AALI IBROOHIIMA WABAARIK 'ALAA MUHAMMAD WA'ALAA AALI MUHAMMAD KAMAA BAAROKTA 'ALAA AALI IBROOHIIMA FIL'AALAMIINA INNAKA HAMIIDUN MAJIID.", Ya Allah, berilah shalawat atas Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau memberi shalawat atas keluarga Ibrahim, dan berilah berkah atas Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau memberi berkah kepada keluarga Ibrahim di dunia. Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia HR MUSLIM No.613, dari Abu Mas'ud al-Anshari

Bacaan keempat,

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

“ALLAHUMMA SHALLI 'ALAA MUHAMMADIN WA AZWAAJIHI WA DZURRIYYATIHII KAMAA SHOLLAITA 'ALAA AALI IBRAHIM WA BAARIK 'ALAA MUHAMMADIN WA AZWAAJIHI WA DZURRIYYATIHII KAMAA BAARAKTA 'ALAA AALI IBRAHIM INNAKA HAMIIDUN MAJIID", Ya Allah berilah shalawat kepada Muhammad, istri-istrinya dan anak keturunannya sebagaimana Engkau telah memberi shalawat kepada keluarga Ibrahim dan berilah barakah kepada Muhammad, istri-istrinya dan anak keturunannya sebagaimana Engkau telah memberi barakah kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkah Maha Terpuji dan Maha Mulia HR Bukhari No.3118, dari 'Amru bin Sulaim Az Zuraqiy

Bacaan Kelima,

للَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

Ya Allah, berikanlah shalawat atas Muhammad, istri-istrinya, dan keturunannya sebagaimana Engkau memberikan shalawat atas keluarga Ibrahim. Berilah berkah atas Muhammad, istri dan keturunannya, sebagaimana Engkau memberikan keberkahan kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha Mulia' HR Muslim 615


TENTANG PERBEDAAN PENDAPAT HUKUM MEMBACA SHALAWAT

> Dalam Tasyahud Awal

Pendapat pertama, pendapat Imam Syafi’i al qodim (pendapat Imam Syafi’i di Irak), tidak membaca shalawat pada tasyahud awal karena seandainya disyari’atkan, tentu akan disyari’atkan pula membaca shalawat pada keluarga Muhammad seperti pada tasyahud akhir.

Pendapat kedua, sebagaimana disebutkan dalam Al Umm bahwa shalawat tetap dibaca pada tasyahud awal karena ketika itu ada duduk untuk membaca tasyahud, maka tetap membaca shalawat ketika itu sebagaimana pada tasyahud akhir. Dua pendapat di atas disebutkan oleh Asy Syairozi, lihat Al Majmu’, 3: 306.

Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa membaca shalawat menurut pendapat al qodim tidak disyariatkan. Ini juga yang menjadi pendapat Abu Hanifah, Imam Ahmad dan Ishaq. Begitu pula pendapat ini diceritakan dari ‘Atho’, Asy Sya’biy, dan Ats Tsauri.

Sedangkan menurut pendapat al jadid (pendapat Imam Syafi’i di Mesir), membaca shalawat ketika tasyahud awal tetap disyariatkan. Inilah pendapat di kalangan ulama Syafi’iyah yang lebih kuat, namun perselisihannya tidaklah kuat. (Idem)

Berikut pendapat Imam Syafii bahwa dalam tahiyat awal tetap disyariatkan dan jika meninggalkannya diganti dengan sujud sahwi. Demikian pula Ibnu Hazm dalam kitab Al-Muhalla (2/302)

Imam Syafi’i rahimahullah menerangkan dalam kitab Al-Umm,

والتشهد والصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم في التشهد الأول في كل صلاة غير الصبح تشهدان : تشهد أول وتشهد آخر ، إن ترك التشهد الأول والصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم في التشهد الأول ساهيا لا إعادة عليه ، وعليه سجدتا السهو لتركه ” انتهى

“Membaca doa tasyahud dan sholawat untuk Nabi shallallahu alaihi wa sallam di tasyahud pertama, pada setiap sholat; yang memiliki dua tasyahud: tasyahud awal dan tasyahud akhir, selain shalat subuh. Jika lupa mengerjakan tasyahud awal atau membaca sholawat di tasyahud awal, maka tidak wajib mengulang. Yang disyariatkan adalah melakukan sujud sahwi sebanyak dua sujud karena meninggalkannya.” (Lihat: Al-Umm 1/228)

Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Shalawat atas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah fardhu pada tasyahud akhir. Sedangkan di tasyahud awal termasuk sunnah shalat, demikian pendapat terkuat dalam madzhab Syafi’i dan perselisihan untuk masalah ini amat kuat. Menurut pendapat terkuat pula (perselisihannya tidak terlalu kuat dalam madzhab), tidak disunnahkan shalawat pada keluarga nabi pada tasyahud awal.” (Minhajut Tholibin, hal. 179-180).

Syaikh Musthofa Al Bugho memasukkan shalawat pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah tasyahud awal pada sunnah ab’adh, artinya bila ditinggalkan mesti ada sujud sahwi. Lihat Al Fiqhu Al Manhaji, hal. 146.


Ulama kontemporer yang memilih pendapat fikih ini yaitu disyariatkan bersholawat dalam tahiyat awal adalah Abdul Aziz bin Baz dan Al-Albani. (Lihat: Majmu’ Fatawa Ibnu Baz 11/201 dan Kitab As-Sholah, karya Al-Albani hal. 145)

Adapun pendapat bahwa cukup membaca doa tasyahud saja tanpa menambah shalawat. Yaitu sampai pada bacaan dua kalimat syahadat: Asy-hadu allaa ilaaha illallah, wa Asy-hadu anna Muhammad Rasulullah.

Pendapat ini dipilih oleh mayoritas ulama (jumhur). Ulama kontemporer yang memilih pendapat ini adalah Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin. Dengan demikian ulama salafi wahabi juga berbeda pendapat dalam hal ini.

Di Ensiklopedi Fikih/Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyyah (12/39) terdapat keterangan kesimpulan fikih ini,

يرى جمهور الفقهاء أنّ المصلّي لا يزيد على التّشهّد في القعدة الأولى بالصّلاة على النّبيّ صلى الله عليه وسلم

“Mayoritas ahli fikih berpandangan bahwa pada duduk tasyahud awal bacaan tidak ditambahkan shalawat untuk Nabi shallallahu alaihi wa sallam.”

Sebagai pengikut mahzab Syafi'i maka kita tetap membaca shalawat pada tahiyat awal, namun boleh secara ringkas saja yaitu membaca ALLAHUMMA SHALLI ALA MUHAMMAD, sebagaimana disebutkan berikut,

Imam An Nawawi menjelaskan:

وَالْوَاجِبُ عِنْدَ أَصْحَابِنَا اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَمَا زَادَ عَلَيْهِ سُنَّةٌ

Yang wajib menurut para sahabat kami (Syafi'iyah) adalah Allahumma Shalli 'ala Muhammad, ada pun selebihnya adalah sunnah. (Syarh Shahih Muslim, jilid. 4, hal. 124)

Penelitian di  UIN Ar-Raniry Banda Aceh (thesis) menunjukkan bahwa, pertama, Menurut ulama mazhab Maliki hukum membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW pada tasyahud awal ialah sunnah biasa apabila ditinggalkan tidak harus sujud sahwi, sedangkan pendapat ulama mazhab Syafi’i hukum membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW pada tasyahud awal ialah sunnah yang disyari’atkan. Mayoritas ulama berpendapat bahwa membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW pada tasyahud awal hanya sunnah biasa apabila ditinggalkan tidak harus sujud sahwi, dan ini merupakan pendapat yang paling kuat. Adapun pendapat yang kuat didalam mazhab Syafi’i membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW pada tasyahud awal termasuk kedalam sunnah yang disyari’atkan, apabila ditinggalkan maka diharuskan untuk menggantinya dengan sujud sahwi. Kedua, dalam menetapkan hukum membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW pada tasyahud awal ulama mazhab Maliki menggunakan metode Al-Qur’an dan Hadits, adapun ulama mazhab Syafi’i menggunakan metode Qiyas dan Bayan.

Bagi kita yang menganut mazhab Syafiiyah sejak kecil, pada saat tasyahud awal kita tetap membaca shalawat setelat membaca tahiyat, dengan bacaan yang ringkas yaitu ALLAHUMMA SHALLI ALA MUHAMMAD WA ALA ALI MUHAMMAD


> Dalam Tasyahud Akhir

Adapun membaca shalawat di tasyahud akhir diperselisihkan para ulama. Sebagian mengatakan sunnah, bagi mereka tanpa membaca shalawat shalat tetap sah. Ini pendapat Hanafiyah, Malikiyah, dan mayoritas ulama.

Sebagian lain mengatakan membaca shalawat di tasyahud akhir adalah rukun, tanpa membacanya maka shalatnya batal. Ini pendapat resmi mazhab Syafi'i dan Hambali. 

Imam An Nawawi menjelaskan:

اعلم أن العلماء اختلفوا في وجوب الصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم عقب التشهد الأخير في الصلاة، فذهب أبو حنيفة، ومالك ـ رحمهما الله ـ والجماهير على أنها سنة، لو تركت صحت الصلاة، وذهب الشافعي، وأحمد ـ رحمهما الله تعالى ـ إلى أنها واجبة لو تركت لم تصح الصلاة

Ketahuilah bahwa para ulama berbeda pendapat tentang kewajiban membaca shalawat kepada Nabi Muhammad ﷺ setelah tasyahud akhir dalam shalat. Imam Abu Hanifah, Imam Malik رحمهما الله, dan mayoritas ulama berpendapat bahwa membaca shalawat tersebut adalah sunnah; jika ditinggalkan, shalat tetap sah. Sedangkan Imam Syafi’i dan Imam Ahmad رحمهما الله تعالى berpendapat bahwa membaca salawat itu wajib; jika ditinggalkan, salat tidak sah. (Syarh Shahih Muslim, jilid. 4, hal. 123)

Yang dimaksud dengan membaca shalawat disini, adalah membaca lengkap yaitu shalawat Ibrahimiyah. Namun kalangan Syafi'iyah memperbolehkan membaca shalawat hanya "Allahumma Shalli 'ala Muhammad",  itu sudah cukup dan sah dinamakan shalawat, walau tanpa ditambah wa 'ala aali Muhammad, dst.

Imam An Nawawi menjelaskan:

وَالْوَاجِبُ عِنْدَ أَصْحَابِنَا اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَمَا زَادَ عَلَيْهِ سُنَّةٌ

Yang wajib menurut para sahabat kami (Syafi'iyah) adalah Allahumma Shalli 'ala Muhammad, ada pun selebihnya adalah sunnah. (Syarh Shahih Muslim, jilid. 4, hal. 124)

Bagi kita yang menganut mazhab Syafiiyah sejak kecil, pada saat tasyahud akhir kita membaca shalawat setelah membaca tahiyat, dengan bacaan yang lengkap yaitu shalawat Ibrahimiyah


> Doa Sebelum Salam

Doa Pertama,

 اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ

"ALLAHUMMA INNI A'UUDZUBIKA MIN 'ADZAABI JAHANNAMA WAMIN 'ADZAABIL QABRI WAMIN FITNATIL MAHYAA WAL MAMAAT WAMIN SYARRI FITNATIL MASIIHID DAJJAL (Ya Allah, saya berlindung kepada-Mu dari siksa jahannam dan siksa kubur, dan fitnah kehidupan dan kematian, serta keburukan fitnah Masihid Dajjal)." HR Muslim No 924, dari Abu Hurairah

Doa Kedua 

 اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَعَذَابِ الْقَبْرِ وَشَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ

"ALLAHUMMA INNI A'UUDZU BIKA MIN 'ADZAABI JAHANNAMA WA MIN 'ADZAABIL QABRI WA MIN SYARRI FITNATIL MASIIHID DAJJAL WA MIN FITNATIL MAHYAA WAL MAMAATYa Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa Jahannam, dari siksa kubur, dari buruknya fitnah Al Masih Dajjal serta dari buruknya fitnah kehidupan dan kematian) HR Ahmad No 9791, dari Abu Hurairah

Doa Ketiga,

 اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَفِتْنَةِ الْمَمَاتِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ

Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah Al Masihid Dajjal, dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kehidupan dan fitnah kematian. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan dosa dan hutang HR Bukhari No, 789, Muslim No. 925

Imam Bukhari membawakan hadits di atas dalam Bab “Doa Sebelum Salam”. Imam Muslim menempatkan hadits itu dalam bab "Perlindungan apa yang diminta dalam shalat"

Doa Keempat,

 اللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيرًا وَلَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ فَاغْفِرْ لِي مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ وَارْحَمْنِي إِنَّك أَنْتَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Ya Allah, sungguh aku telah menzhalimi diriku sendiri dengan kezhaliman yang banyak, sedangkan tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau. Maka itu ampunilah aku dengan suatu pengampunan dari sisi-Mu, dan rahmatilah aku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang HR Bukhari No. 790


> SALAM


> DOA SELESAI SHALAT

لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ اللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ 

bahwa apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selesai shalat dan mengucapkan salam, beliau memanjatkan doa

Tiada sesembahan selain Allah semata yang tiada sekutu bagi-Nya, milik-Nyalah segala kerajaan dan milik-Nyalah segala pujian, dan Dia Maha kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tiada yang bisa menghalangi apa yang Engkau berikan, dan tidak ada yang bisa memberi apa yang Engkau cegah, dan tidak bermanfaat pemilik kekayaan, dan dari-Mulah segala kekayaan HR Muslim No.933



Keterangan: teks dan nomor hadits diambil dari aplikasi Lidwa Pustaka Kitab 9 Imam Hadits (local host) yang ketika dipasarkan tahun 2006 dalam bentuk 2 keping CD. Saat ini aplikasi tersebut sudah dapat diunduh dengan mudah di playstore.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.