Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam

 

Muhammad () shallallahu 'alaihi wa sallam lahir di Mekkah tanggal 12 Rabiul awwal Tahun Gajah (570 M) dan meninggal di Madinah, 8 Juni 632 M. Nasabnya Muhammad bin Abdillah bin Abdul Muthallib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Zuhrah bin Qusyai bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ay bin Ghalib bin Quraisy (Fihr) bin Malik bin An Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan bin Udad bin Muqawwim bin Nahur bin Tairah bin Ya'rub bin Yasyjub bin Nabit bin Ismail Alayhissalam bin Ibrarahim Alayhissalam. Silsilah sampai Adnan disepakati oleh para ulama, sedangkan setelah Adnan terjadi perbedaan pendapat.

Sejarah mencatat bahwa pelantikan Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam menjadi Nabi dan Rasul adalah dengan turunnya Qs Al Alaq 96:1-5. Pelantikan (bi'tsah) tersebut terjadi pada peristiwa di Gua Hira pada hari Senin bulan Ramadhan saat usia Rasulullah 40 tahun.

Imam Bukhari mencatat hadits pelantikan Rasulullah saw sebagai berikut.

 . حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ قَالَ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ عُقَيْلٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ أَنَّهَا قَالَتْ أَوَّلُ مَا بُدِئَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ الْوَحْيِ الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ فِي النَّوْمِ فَكَانَ لَا يَرَى رُؤْيَا إِلَّا جَاءَتْ مِثْلَ فَلَقِ الصُّبْحِ ثُمَّ حُبِّبَ إِلَيْهِ الْخَلَاءُ وَكَانَ يَخْلُو بِغَارِ حِرَاءٍ فَيَتَحَنَّثُ فِيهِ وَهُوَ التَّعَبُّدُ اللَّيَالِيَ ذَوَاتِ الْعَدَدِ قَبْلَ أَنْ يَنْزِعَ إِلَى أَهْلِهِ وَيَتَزَوَّدُ لِذَلِكَ ثُمَّ يَرْجِعُ إِلَى خَدِيجَةَ فَيَتَزَوَّدُ لِمِثْلِهَا حَتَّى جَاءَهُ الْحَقُّ وَهُوَ فِي غَارِ حِرَاءٍ فَجَاءَهُ الْمَلَكُ فَقَالَ اقْرَأْ قَالَ مَا أَنَا بِقَارِئٍ قَالَ فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي حَتَّى بَلَغَ مِنِّي الْجَهْدَ ثُمَّ أَرْسَلَنِي فَقَالَ اقْرَأْ قُلْتُ مَا أَنَا بِقَارِئٍ فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي الثَّانِيَةَ حَتَّى بَلَغَ مِنِّي الْجَهْدَ ثُمَّ أَرْسَلَنِي فَقَالَ اقْرَأْ فَقُلْتُ مَا أَنَا بِقَارِئٍ فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي الثَّالِثَةَ ثُمَّ أَرْسَلَنِي فَقَالَ { اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ } فَرَجَعَ بِهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْجُفُ فُؤَادُهُ فَدَخَلَ عَلَى خَدِيجَةَ بِنْتِ خُوَيْلِدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا فَقَالَ زَمِّلُونِي زَمِّلُونِي فَزَمَّلُوهُ حَتَّى ذَهَبَ عَنْهُ الرَّوْعُ فَقَالَ لِخَدِيجَةَ وَأَخْبَرَهَا الْخَبَرَ لَقَدْ خَشِيتُ عَلَى نَفْسِي فَقَالَتْ خَدِيجَةُ كَلَّا وَاللَّهِ مَا يُخْزِيكَ اللَّهُ أَبَدًا إِنَّكَ لَتَصِلُ الرَّحِمَ وَتَحْمِلُ الْكَلَّ وَتَكْسِبُ الْمَعْدُومَ وَتَقْرِي الضَّيْفَ وَتُعِينُ عَلَى نَوَائِبِ الْحَقِّ فَانْطَلَقَتْ بِهِ خَدِيجَةُ حَتَّى أَتَتْ بِهِ وَرَقَةَ بْنَ نَوْفَلِ بْنِ أَسَدِ بْنِ عَبْدِ الْعُزَّى ابْنَ عَمِّ خَدِيجَةَ وَكَانَ امْرَأً قَدْ تَنَصَّرَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ وَكَانَ يَكْتُبُ الْكِتَابَ الْعِبْرَانِيَّ فَيَكْتُبُ مِنْ الْإِنْجِيلِ بِالْعِبْرَانِيَّةِ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكْتُبَ وَكَانَ شَيْخًا كَبِيرًا قَدْ عَمِيَ فَقَالَتْ لَهُ خَدِيجَةُ يَا ابْنَ عَمِّ اسْمَعْ مِنْ ابْنِ أَخِيكَ فَقَالَ لَهُ وَرَقَةُ يَا ابْنَ أَخِي مَاذَا تَرَى فَأَخْبَرَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَبَرَ مَا رَأَى فَقَالَ لَهُ وَرَقَةُ هَذَا النَّامُوسُ الَّذِي نَزَّلَ اللَّهُ عَلَى مُوسَى يَا لَيْتَنِي فِيهَا جَذَعًا لَيْتَنِي أَكُونُ حَيًّا إِذْ يُخْرِجُكَ قَوْمُكَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوَمُخْرِجِيَّ هُمْ قَالَ نَعَمْ لَمْ يَأْتِ رَجُلٌ قَطُّ بِمِثْلِ مَا جِئْتَ بِهِ إِلَّا عُودِيَ وَإِنْ يُدْرِكْنِي يَوْمُكَ أَنْصُرْكَ نَصْرًا مُؤَزَّرًا ثُمَّ لَمْ يَنْشَبْ وَرَقَةُ أَنْ تُوُفِّيَ وَفَتَرَ الْوَحْيُ قَالَ ابْنُ شِهَابٍ وَأَخْبَرَنِي أَبُو سَلَمَةَ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ الْأَنْصَارِيَّ قَالَ وَهُوَ يُحَدِّثُ عَنْ فَتْرَةِ الْوَحْيِ فَقَالَ فِي حَدِيثِهِ بَيْنَا أَنَا أَمْشِي إِذْ سَمِعْتُ صَوْتًا مِنْ السَّمَاءِ فَرَفَعْتُ بَصَرِي فَإِذَا الْمَلَكُ الَّذِي جَاءَنِي بِحِرَاءٍ جَالِسٌ عَلَى كُرْسِيٍّ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ فَرُعِبْتُ مِنْهُ فَرَجَعْتُ فَقُلْتُ زَمِّلُونِي زَمِّلُونِي فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى { يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ قُمْ فَأَنْذِرْ إِلَى قَوْلِهِ وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ } فَحَمِيَ الْوَحْيُ وَتَتَابَعَ تَابَعَهُ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ وَأَبُو صَالِحٍ وَتَابَعَهُ هِلَالُ بْنُ رَدَّادٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ وَقَالَ يُونُسُ وَمَعْمَرٌ بَوَادِرُهُ

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair berkata, Telah menceritakan kepada kami dari Al Laits dari 'Uqail dari Ibnu Syihab dari Urwah bin Az Zubair dari Aisyah -Ibu Kaum Mu'minin-, bahwasanya dia berkata: "Permulaaan wahyu yang datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah dengan mimpi yang benar dalam tidur. Dan tidaklah Beliau bermimpi kecuali datang seperti cahaya subuh. Kemudian Beliau dianugerahi kecintaan untuk menyendiri, lalu Beliau memilih gua Hiro dan bertahannuts yaitu 'ibadah di malam hari dalam beberapa waktu lamanya sebelum kemudian kembali kepada keluarganya guna mempersiapkan bekal untuk bertahannuts kembali. Kemudian Beliau menemui Khadijah mempersiapkan bekal.

Sampai akhirnya datang Al Haq saat Beliau di gua Hiro, Malaikat datang seraya berkata: "Bacalah?" Beliau menjawab: "Aku tidak bisa baca". Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan: Maka Malaikat itu memegangku dan memelukku sangat kuat kemudian melepaskanku dan berkata lagi. "Bacalah!" Beliau menjawab: "Aku tidak bisa baca". Maka Malaikat itu memegangku dan memelukku sangat kuat kemudian melepaskanku dan berkata lagi: "Bacalah!". Beliau menjawab: "Aku tidak bisa baca".

Malaikat itu memegangku kembali dan memelukku untuk ketiga kalinya dengan sangat kuat lalu melepaskanku, dan berkata lagi: (Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah)." 

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kembali kepada keluarganya dengan membawa kalimat wahyu tadi dalam keadaan gelisah. Beliau menemui Khadijah binti Khawailidh seraya berkata: "Selimuti aku, selimuti aku!". Beliau pun diselimuti hingga hilang ketakutannya. Lalu Beliau menceritakan peristiwa yang terjadi kepada Khadijah: "Aku mengkhawatirkan diriku". Maka Khadijah berkata: "Demi Allah, Allah tidak akan mencelakakanmu selamanya, karena engkau adalah orang yang menyambung silaturrahim."

Khadijah kemudian mengajak Beliau untuk bertemu dengan Waroqoh bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza, putra paman Khadijah, yang beragama Nasrani di masa Jahiliyyah, dia juga menulis buku dalam bahasa Ibrani, juga menulis Kitab Injil dalam Bahasa Ibrani dengan izin Allah. Saat itu Waroqoh sudah tua dan matanya buta. Khadijah berkata: "Wahai putra pamanku, dengarkanlah apa yang akan disampaikan oleh putra saudaramu ini". 

Waroqoh berkata: "Wahai putra saudaraku, apa yang sudah kamu alami". Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menuturkan peristiwa yang dialaminya. Waroqoh berkata: "Ini adalah Namus, seperti yang pernah Allah turunkan kepada Musa. Duhai seandainya aku masih muda dan aku masih hidup saat kamu nanti diusir oleh kaummu". 

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bertanya: "Apakah aku akan diusir mereka?" Waroqoh menjawab: "Iya. Karena tidak ada satu orang pun yang datang dengan membawa seperti apa yang kamu bawa ini kecuali akan disakiti (dimusuhi). Seandainya aku ada saat kejadian itu, pasti aku akan menolongmu dengan sekemampuanku".

Waroqoh tidak mengalami peristiwa yang diyakininya tersebut karena lebih dahulu memnggal dunia pada masa fatroh (kekosongan) wahyu. Ibnu Syihab berkata; telah mengabarkan kepadaku Abu Salamah bin Abdurrahman bahwa Jabir bin Abdullah Al Anshari bertutur tentang kekosongan wahyu, sebagaimana yang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ceritakan:

"Ketika sedang berjalan aku mendengar suara dari langit, aku memandang ke arahnya dan ternyata Malaikat yang pernah datang kepadaku di gua Hiro, duduk di atas kursi antara langit dan bumi. Aku pun ketakutan dan pulang, dan berkata: "Selimuti aku. Selimuti aku". Maka Allah Ta'ala menurunkan wahyu: (Wahai orang yang berselimut) sampai firman Allah (dan berhala-berhala tinggalkanlah). Sejak saat itu wahyu terus turun berkesinambungan." Hadits ini juga diriwayatkan oleh Abdullah bin Yusuf dan Abu Shalih juga oleh Hilal bin Raddad dari Az Zuhri. Dan Yunus berkata; dan Ma'mar menyepakati bahwa dia mendapatkannya dari Az Zuhri. (HR Bukhari No.3)

Ibnu Hisyam mencatat bahwa ketika Jibril AS mendiktekan surat al Alaq, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata,

"Aku pun membacanya, sedang Jibril pergi dari hadapanku. Setelah itu aku bangun dari tidurku dan aku merasakan ada yangtertulis dalam hatiku. Kemudian aku keluar dari goa Hira. Ketika aku berada di tengah-tengah gunung, tiba-tiba aku mendengar suara dari langit, "Hai Muhammad, engkau urusan Allah dan aku adalah Jibril". Akuhadapkan kepalaku ke langit, saat itu kulihat Jibril menjelma seperti orang laki-laki yang membentangkan kedua lututnya ke ufuk lagit. Jibril berkata lagi, "Hai Muhammad, engkau utusan Allah dan aku adalah Jibril".aku berdiri untuk melihatnya tanpa maju dan mundur, aku arahkan pandanganku kepadanya di ufuk langit, dan aku tidak melihat arah maju dan tidak mundur, hingga akhirnya Khadijah mengutus orang-orangnya untuk mencariku. Mereka tiba di Mekkah Atas dan kembali menemui Khadijah, sedang aku tetap berdiri di tempatku semula."  108

Dalam bahasa Arabnya 109

يَا محمد اَنْتَ رَسُولُالله وَ أَنَا جِبْرِيل

Berkaitan dengan kepemimpinan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, bisa dijelaskan sebagai berikut:

1. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai pemimpin lembaga kepemimpinan risalah yang menjadi satu-satunya institusi yang otoritatif (memiliki otoritas politik) dan legitimed (sah secara syariah dan mengikat secara hukum) untuk menerjemahkan dan merealisasikan Al Qur'an (wahyu) Qs. 4/101-103 2/185 9/103 22/27 24/2 5/58-65

2. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam membangun komunitas Tauhid dan institusi kepemimpinan risalah melalui tahapan mulai dari bentukan Fiah Qolilah (baitu Khadijah, baitu Arqom) yang secara kuantitas berjumlah sedikit dan secara politik tertindas. Kemudian kelompok kecil ini secara bertahap bertransformasi menjadi institusi Negara Islam di daerah Yatsrib hingga mencapai Futuh Mekkah di mana Islam berdaulat penuh di Jazirah Arab, penguasaan wilayah ini dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin hingga mencapai tingkat Dunia Qs. 28/4-6 8/26 48/28-29 48/27 48/23-24 48/1-3,6-7 8/30 8/39 9/14-15 5/3

3. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah uswah hasanah dalam seluruh aspek kehidupan, sehingga sejarah hidupnya (shiroh nabawiyah) adalah merupakan tafsir resmi dari Al Qur'an Qs. 33/21 3/31-32

4. Fase-fase dalam shiroh nabawiyah merupakan khittoh perjuangan yang baku dalam iqomatuddiin/penegakan Dinul Islam, ini adalah simnaturrasuul Qs. 8/26 48/18-25 

5. Pengertian dan fungsi shiroh nabawiyah untuk memberikan ibroh, menguatkan hati, dan untuk memahami siklus sejarah Qs. 12/111 11/120 40/21-22,82-83

Secara ringkas, sejarah perjuangan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah sebagai berikut. Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam pada awalnya bertugas di Jazirah Arab (Mekah), nama atau sebutan untuk kaumnya adalah Bangsa Arab. Namun wilayah tugas Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bukan hanya untuk bangsa Arab tetapi juga untuk menjadi rahmatan lil 'alamin. Al Quran menyebut namanya sebanyak 25 kali.

Tujuh bulan sebelum dia lahir, Abdullah bin Abdul Muthalib, ayahnya, meninggal dunia, sehingga Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam adalah anak yatim. Sejak kecil Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dipelihara oleh Halimah Sa'diyah dari Bam Sa'ad kabilah Hawazin, tak jauh dari Makkah. Saat usianya 5 tahun, beliau diantarkan ke Makkah kembali kepada ibunya, Siti Aminah bin Wahab.

Usia 6 tahun Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam berziarah ke makam ayahnya di Madinah bersama ibunya dan Ummu Aiman. Sebulan kemudian ibunya pun meninggal dunia di Abwa dalam perjalanan kembali ke Makkah. Sejak itulah beliau menjadi yatim piatu, dan diasuh kakeknya Abdul Muthallib. 

Usia 8 tahun, kakeknya, Abdul Muthalib meninggal dunia dan selanjutnya dia di bawah asuhan pamannya, Abu Thalib. Usia 12 tahun, beliau sudah ikut berdagang bersama pamannya ke Syam. Di Bushra, sebelum Kota Syam mereka bertemu dengan pendeta bernama Bukhaira yang menceritakan prediksinya bahwa Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam akan menjadi Nabi berikutnya.

Usia 15 tahun beliau sudah aktif membantu pamannya dalam peperangan suku Quraisy dan Kinanah melawan suku Qais 'Ailan dengan tugas menyediakan keperluan peperangan. Usia 25 tahun Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam menikah dengan Khadijah, janda kaya raya, yang sebelumnya telah mempercayainya untuk menjualkan barang dagangannya ke Syam.

Sebelum masa kenabian, Muhammad mendapatkan dua gelar dari suku Quraisy (suku terbesar di Mekkah yang juga suku dari Muhammad) yaitu Al-Amiin yang artinya "orang yang dapat dipercaya" dan As-Saadiq yang artinya "yang benar". Muhammad juga mendapatkan julukan Abu al-Qasim yang berarti "bapak Qasim", karena Muhammad pernah memiliki anak lelaki yang bernama Qasim, tetapi ia meninggal dunia sebelum mencapai usia dewasa.

Pada usia 40 tahun, pada 17 Ramadhan atau 6 Agustus 610 M. Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam di lantik menjadi Nabi dan rasul, ketika bertahannus di Gua Hira' yang terletak di Jabal Nur. Inilah ritik awal dari seluruh perubahan hidupnya dan menjadi moment terpenting karena melakukan mitsaqu nubuwah dengan Allah Rabbul Izzati, sehingga terdiflnisilah dirinya sebagai pemegang maqom kekhalifahan.

Pada usia 45 tahun, atau tahun kelima bi'tsah nubuwah, para sahabatnya hijrah ke Habsyah, setelah mendapat bermacam-macam gangguan, penghinaan dan penyiksaan yang luar biasa di Mekkah.

Usia 50 tahun, tanun ke-10 dari masa kenabiannya terjadilah tahun kesedihan, "Aamul Huzni" yakni meninggalnya AbuThalib dan istrinya, Khadijah. Abu Thalib sebagai pelindungnya dan Khadijah sebagai pendamping dalam perjuangannya. Pada 27 Rajab tahun ke-11 dari masa kenabiannya, beliau mengikuti program Isra dan Mi'raj oleh Allah dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa di Palestina, terus naik ke Sidratul Muntaha.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berjuang 13 tahun lamanya menegakkan diin Allah di Makkah. Karena mendapat ancaman di bunuh, maka atas perintah Allah beliau hijrah ke Yatsrib. Pada usia 53 tahun, bersama Abu Bakar, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melakukan perjalanan selama 500 KM menuju Yatsrib dengan hanya berjalan kaki dan bergantian menunggang unta dengan Abu Bakar. Sekali waktu Rasulullah menunggang unta, di lain waktu Rasulullah berjalan sementara Abu Bakar menunggang unta. Sejak hijrah inilah, perhitungan tahun Islam dimulai.

Pada 12 Rabiul Awwal 1 H., 24 September 622 M., Nabi Muhammad dan Abu Bakar memasuki Kota Yatsrib, dan sejak itulah Yatsrib berubah namanya menjadi Madinatun Nabiy yang selanjutnya di sebut Madinah al-Munawwarah. Selama 10 tahun Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam membangun Daulah Islamiyah di wilayah Darul Islam Madinah. Selama itu pula wilayah Madinah sepenuhnya tershibghah dengan Al Quran dan tuntunan Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Pada 12 Rabiulawwal 11 H., 8 Juni 632 M, Nabi Muhammad wafat dengan meninggalkan dua pusaka kepada seluruh umatnya. "Kutinggalkan untukmu dua perkara, tidaklah kamu sesat selama-lamanya, selama kamu masih berpegang kepada keduanya, yaitu Kitabullah (Al Qur'an) dan Sunnah rasul-Nya (Al Hadits)." Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berpesan kepada seluruh ummatnya untuk senantiasa berpegang kepada sunnahnya dan sunnah Khulafaur Rasyidin.

Pada akhir hayatnya Rasulullah Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam meninggalkan semenanjung Arab yang telah bersatu dalam pemerintahannya,  di bawah komandonya dan sebagian besar telah menerima Islam sebagai Din wad Dawlah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.