Khulafaur Rasyidin Sebagai Pelanjut Estafeta Kepemimpian Ummat Pasca Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam136
1. Khalifah Abu Bakar
Setelah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam wafat, kaum Muslimin mengadakan pertemuan di Saqifah balai Bani Sa'idah. Mereka membicarakan siapakah yang akan menggantikan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam memimpin kaum Muslimin dan mengurusi persoalan umat.
Setelah pembahasan yang cukup alot, tercapailah kesepakatan bulat Khalifah Rasulullah pertama setelah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam yaitu Abu Bakar Ash-Shidiq. Tidak ada yang menentang keputusan tersebut, termasuk Ali bin Abi Thalib RA. Keterlambatan bai'at Ali kepada Abu Bakar karena urusan yang berkaitan dengan perbedaan pendapat yang terjadi antara Abu Bakar dan Fathimah ra mengenai masalah warisan Fathimah dari Rasululllah saw.
Hal-hal penting Yang Dilakukan Abu Bakar Selama Menjadi Khalifah adalah:
a. Pemberangkatan Pasukan Usamah.
Setelah resmi menjadi Khalifah, Abu Bakar segera memberangkatkan pasukan Usamah. Pasukan itu tertahan setelah sampai di sebuah tempat dekat Madinah bernama Dzu Khasyab, tempat ketika Usamah mendapat berita tentang sakitnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Abu Bakar tidak mempedulikan pendapat-pendapat yang mendesak agar pasukan Usamah dibekukan mengingat tersebarluasnya kemurtadan di sebagian barisan. Sebagaimana juga beliau tidak mempedulikan pendapat-pendapat yang menghendaki penggantian Usamah dengan orang lain.
Abu Bakar ash-Shiddiq ra berangkat mengantarkan pasukan yang di pimpin Usamah, dengan berjaian kaki. Ketika Usamah bermaksud turun dari kendaraannya agar dinaiki oleh Abu Bakar, ia berkata kepada Usamah: " Demi Allah, engkau tidak perlu turun dan aku tidak usah naik."
Selanjutnya Abu Bakar menyampaikan wasiat kepada pasukan untuk tidak berkhianat, tidak menipu, tidak melampaui batas, tidak mencincang musuh, tidak membunuh anak-anak atau wanita atau orang lanjut usia, tidak memotong kambing atau onta kecuali untuk dimakan. Di antara wasiat yang disampaikan Abu Bakar kepada mereka ialah: "Jika kalian melewati suatu kaum yang secara khusus melakukan ibadah di biara-biara maka biarkanlah mereka dan apa yang mereka sembah."
Kemudian secara khusus Abu Bakar berkata kepada Usamah, "Jika engkau berkenan kuusulkan agar engkau mengizinkan Umar untuk tinggal bersamaku, sehingga aku dapat meminta pandanganriya dalam menghadapi persoalan kaum Muslimin." Usamah Menjawab, "Urusannya terpulang kepadamu."
Kemudian Usamah bergerak bersama pasukannya. Setiap kali melewati suatu kabilah yang para warganya banyak melakukan kemurtadan, Usamah berhasil mengembalikannya lagi (kepada Islam). Orang-orang murtad itu merasa gentar karena mereka yakin seandainya kaum Muslimin tidak dalam posisi yang amat kuat, niscaya mereka tidak akan keluar sekarang ini dan dengan pasukan seperti ini untuk menghadapi orang-orang Romawi.
Sesampainya di negeri (jajahan) Romawi, tempat di mana ayahnya terbunuh, Usamah beserta pasukannya menyerbu mereka hingga Allah memberikan kemenangan. Kemudian mereka kembali dengan membawa kemenangan.'
b. Memberangkatkan pasukan untuk memerangi orang-orang yang murtad dan tidak mau membayar zakat.
Pasukan ini dibaginya sepuluh panji, masing-masing pemegang panji diperin-tahkan untuk menuju ke suatu daerah. Sementara itu Abu Bakar sendiri telah siap berangkat memimpin sam pasukan ke Dzil Qishshah, tetapi Ali ra berkeras untuk mencegah seraya berkata: "Wahai Khalifah Rasulullah, kuingatkan kepadamu apa yang pernah dikatakan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pada perang Uhud: "Sarungkan pedangmu dan senangkanlah kami dengan dirimu. Demi Allah, jika kum Muslimin mengalami musibah karena kamatianmu niscaya mereka tidak akan memiliki eksistensi sepeninggalmu." Kemudian Abu Bakar kembali dan menyerahkan panji tersebut kepada yang lain.
Allah memberikan dukungan kepada kaum Muslimin dalam pertempuran ini; sehingga berhasil menumpas kemurtadan, memantapkan Islam di segenap penjuru Jazirah, dan memaksa semua kabilah untuk membayar zakat.
c. Memberangkatkan pasukan Khalid bin Walid ke Iraq,
Khalid bin Walid bersama Mutsni bin Haritsah asy-Syaibani yang kemudian berhasil menauklukkan banyak negeri dan kembali dengan membawa kemenangan dan barang rampasan.
Abu Bakar memberikan gagasan dan memprakarsai penyerangan negeri-negeri Romawi. Setelah para sahabat dikumpulkan dan dimintai pendapat mereka tentang gagasan ini akJiirnya mereka menyetujuinya. Lalu Abu Bakar menoleh ke arah Ali seraya bertanya; "Bagaimana pendapatmu wahai Abu Hasan?" Ali ra menjawab: "Aku melihat engkau senantiada memperoleh keberkahan, keunggulan dan pertolongan-insya Allah." Mendengar jawaban ini Abu Bakar radhiallahu 'anhu merasa sangat gembira dan Allah pun melapangkan dadanya untuk melaksanakan gagasan tersebut.
Kemudian Abu Bakar mengumpulkan orang-orang dan menyampaikan khutbah kepada mereka. Dalam khutbahnya ia memobilisir masyarakat untuk berangkat jihad. Beliau juga menulis sejumlah surat pada para gubernurnya, memerintahkan mereka agar nadir. Maka setelah berkumpul sejumlah komandan, Abu Bakar memerintahkan mereka agar berangkat ke Syam pasukan demi pasukan.
Abu Bakar radhiallahu 'anhu menunjuk Abu Ubaidah ra mengepalai Amir pasukan. Setiap kali seorang Amir berangkat, beliau melepasnya dan memberikan wasiat agar bertaqwa kepada Allah, menjaga persahabatan dengan baik, selalu menjaga shalat berjama'ah pada waktunya. Beliau berpesan agar masing-masing orang memperbaiki dirinya sehingga Allah menjadikan orang lain berbuat baik kepadanya, menghormati para utusan musuh yang datang kepada mereka, mempersingkat keberadaan para utusan musuh tersebut di tengah-tengah mereka agar tidak mengetahui keadaan dan kondisi pasukan kaum Muslimin.
Setelah kaum Muslimin berangkat menuju negeri-negeri Romawi dan tiba di Yarmuk, mereka mengirim berita kepada Abu Bakar bahwa pasukan Romawi berjumlah sangat besar. Kemudian Abu Bakar menulis surat kepada Khalid bin Walid di Iraq, memerintahkan agar berangkat menuju Syam dengan membawa separuh pasukan yang bertugas di Iraq untuk membantu pasukan Abu Ubaidah, dan menunjuk Mutsni bin Haritsah sebagai ganunya untuk memimpin separuh pasukan yang ada di Iraq. Kepada Khalid bin Walid, Abu Bakar juga memerintahkan agar memimpin pasukan di Syam setibanya di negeri tersebut.
Kemudian Khalid bin Walid berangkat dan bergabung dengan kaum Muslimin di Syam. Kepada Abu Ubaidah, Khalid bin Walid menulis surat yang isinya, ""Ammaba'du, sesungguhnya aku memohon kepada Allah agar melimpahkan keamanan kepada diriku dan dirimu pada saat menghadapi ketakutan, dan memberikan perlindungan di dunia dari segala keburukan. Baru saja aku menerima surat dari khalifah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau memerintahkan aku agar bergerak menuju Syam dan memimpin pasukannya. Demi Allah, aku tidak pernah meminta hal tersebut dan aku tidak menginginkannya. Tetaplah engkau pada posisimu sebagaimana sediakala; Kami tidak akan menolak (perintah) mu, tidak akan menentangmu dan tidak akan memutuskan perkara tanpa kehadiran mrimu...."
Setelah membaca surat Khalid bin Walid, Abu Ubaidah berkata: "Semoga Allah melimpahkan keberkahan atas keputusan Khalifah Rasulullah dan mendukung apa yang dilakukan oleh Khalid."
Sebelumnya Abu Bakar radhiallahu 'anhu telah menulis surat kepada Abu Ubaidah yang isinya menyatakan, "Amma ba'du! Sesungguhnya aku telah mengangkat Khalid untuk memerangi musuh di Syam. OLeh karena itu, janganlah engkau menentangnya. Dengar dan ta'atilah dia! Wahai saudaraku, sesungguhnya aku mengutusnya kepadamu bukan karena dia lebih baik darimu, tetapi hanya karena aku berkeyakinan bahwa dia memiliki kecerdikan dalam berperang di tempat yang sangat kritis ini. Semoga Allah menghendaki kebaikan bagi kami dan kamu. Wassalam...."
Kemudian terjadilah beberapa kali pertempuran sengit antara kaum Muslimin dan orang-orang Romawi yang akhirnya dimenangkan oleh kaum Muslimin. Orang-orang Romawi yang berhasil di bunuh tidak terhitung banyaknya, sebagaimana jumlah mereka yang ditawan.
Di tengah berkecamuknya pertempuran ini Khalid bin Walid mendapat surat yang memberitahukan bahwa Abu Bakar telah wafat dan digantikan oleh Umar ra, Surat itu juga menyatakan pemecatan Khalid bin Walid sebagai komandan pasukan dan diganti (kembali) oleh Abu Ubaidah. Berita ini oleh Khalid dirahasiakan agar tidak terjadi keguncangan di kalangan barisan kaum Muslimin. Ketika Abu Ubaidah menerima berita tersebut, ia juga merahasiakannya karena pertimbangan yang sama.
Abu Bakar wafat pada tahun ke 13 Hijri, malam selasa, tanggal 23 Jumadil Akhir, pada usia 63 tahun. Masa khilafahnya 2 tahun, 3 bulan dan 3 hari. Ia dikubur di rumah Aisyah ra di samping kubur Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.137 Menjelang wafatnya, Abu Bakar meminta pendapat sejumlah sahabat generasi pertama yang tergolong ahli syura. Mereka seluruh-nya sepakat untuk mewasiatkan khilafah sesudahnya kepada Umar bin Khaththab ra. Dengan demikian Abu Bakar merupakan orang yang pertama kali mewasiatkan khilafah sepeninggalnya kepada orang yang sudah ditunjuk, dan mengangkat Khilafah berdasarkan wasiat tersebut.
Barangkali ada baiknya kami kemukakan penjelasan tentang rincian hai tersebut: Ath-Thabari, Ibnu Jauzi dan Ibnu Katsir menyebutkan bahwa Abu Bakar radhiallahu 'anhu khawatir kaum Muslimin berselisih pendapat sepeninggal beliau, kemudian tidak memperoleh kata sepakat. Karenanya ia mengajak mereka -ketika sakitnya semakin berat- agar mencari seorang Khalifah bagi mereka sepeninggalnya.
Kaum Muslimin belum mendapatkan kesepakatan tentang siapa yang akan menggantikan Abu Bakar dalam masa yang singkat tersebut. Kemudian mereka mengembalikan masalah tersebut kepada Abu Bakar seraya berkata,"Terserah kepada pendapatmu saja." Saat itulah Abu Bakar mulai meminta pendapat dari para tokoh sahabat masing-masing secara terpisah. Ketika Abu Bakar radhiallahu 'anhu mengetahui kesepakatan mereka tentang kelayakan dan keutamaan Umar ra, ia pun keluar menemui orang banyak seraya memberitahukan bahwa ia telah mengerahkan segenap usaha untuk memilih siapakah orang yang paling layak dan tepat menggantikannya. Kepada khalayak, Abu Bakar radhiallahu 'anhu. meminta agar mereka menunjuk Umar ra. sebagai Khalifah sepeninggalnya.
Khalif Abu Bakar, menjelang mangkat, telah menampak calon utama untuk menggantikannya yaitu Umar ibn Khattab. Setelah meninjau pendapat beberapa tokoh dan ternyata calonnya itu dapat terterima maka sejarah amat mencatat ucapannya di dalam pengumuman calon tersebut, berbunyi, "Apakah kamu semuanya rela terhadap calon yang saya tunjuk itu ? Aku sendiri, demi Allah, telah mempertimbangkannya dengan cer-mat. Aku tidak menunjuk dari lingkungan keluargaku. Aku menunjuk Umar ibn Khattab. Silakan menerimanya dan mematuhi-nya." Kepada Umar ibn Khattab sendiri iapun menitipkan pesan, berbunyi : "Anda jangan sampai menunjuk dan mengangkat keluarga Al Khattab untuk memperkuda tengkuk Ummat."138 Para sahabat menjawabnya, "Kami dengar dan kami ta'at."
Ada kisah menarik yang di sebutkan oleh Abu Abdillah Muhammad Al Waqidi (130-207 H/747 -822 M), ahli sejarah terkenal itu, di dalam karyanya Al Maghazi. Ia mencatat bahwa,
"Khalif Abu Bakar, setelah dibawa masuk kembali dan dibaringkan, mengundang Utsman ibn Affan dan memintanya menuliskan Amanatnya berbunyi : "Dengan nama Allah Maha Welas dan Maha Asih. Inilah perjanjian yang diikat Abu Bakar ibn Abi-Kahafah terhadap kaum Muslimin. Adapun kemudian ....". Ia mengimlakkannya (mendiktekannya) berupa kata demi kata, akan tetapi sampai di situ, iapun tak sadarkan dirinya. Utsman melanjutkan bunyi amanat itu dan menulis yang berbunyi ."Adapun kemudian, aku menunjuk Umar ibn Khattab untuk penggantiku, dan hai itu untuk kebajikan semuanya." Belakangan Abu Bakarpun sadar kembali, meminta dibacakan kalimat yang sudah diimlakkannya, dan ternyata Utsman ibn Affan membacakan keseluruhannya. Khalif Abu Bakar mendadak Takbir sehabis mendengarkan isi keseluruhan amanat itu dan berkata kepada Utsman :"Tampakku anda kuatir bahwa orang banyak akan berbedaan pendapat kembali andaikan ajalku tiba pada saat tak sadar tadi.""Benar,:, jawab Utsman. "Semoga Allah akan memberikan imbalannya terhadap anda, atas niat-baik anda terhadap agama Islam dan pemeluknya", demikian perkataan Abu Bakar.139
Atas Dasar Apa Umar Menjadi Khalifah? Mungkin ada yang menyangka bahwa cara pengangkatan Khalifah tersebut sama dengan pemilihan calon tunggal dan jauh dari syura yang seharusnya dilakukan oleh Ahlul Halli Wal Aqdi di kalangan kaum Muslimin.
Jika kita perhatikan secara seksama, sebenarnya hai tersebut didasarkan kepada syura Ahlul Halli Wal Aqdi. Sebab, Abu Bakar tidak meminta kepada mereka agar menunjuk Umar kecuali telah meminta pendapat para tokoh sahabat yang kemudian secara bulat menyepakati dan merekomendasikan Umar. Sekalipun demikian, pengangkatan Abu Bakar terhadap Umar tersebut belum bisa dilak¬sanakan dan dikukuhkan kecuali setelah ia berkhutbah di hadapan para sahabat dan meminta kepada mereka untuk mendengar dan menta'ati Umar. Lalu mereka semua menjawab; Kami mendengar dan kami ta'at. Juga setelah kaum Muslimin bersepekatan sepeninggalnya atas kebenaran tindakan Abu Bakar dan keabsahan proses penggantian (suksesi) tersebut.
Demikianlah dalil dari ijma' (kesepakatan) atas terlaksananya imamah melalui istikhlaf (penunjukkan orang tertentu) dan 'ahd (wasiat) dengan memperhatikan syarat-syarat yang syar'i dan mu'tabarah.
Setelah mengetahui kesepakatan semua orang atas penunjukkan Umar sebagai pengganti, Abu Bakar memanggil Utsman bin Affan dan membacakan surat wasiat (Kitabul Ahdi) berikut ini kepadanya,
"Bismillahirrahmanirrahim. Berikut ini adalah wasiat Abu Bakar, Khalifah Rasulullah, pada akhir kehidupannya di dunia dan awal kehidupannya di akhirat, di mana orang kafir akan beriman dan orang fajir akan yakin; Sesungguhnya aku telah mengangkat Umar bin Khaththab untuk memimpin kalian. Jika dia bershabar dan berlaku adil maka itulah yang kuketahui tentang dia, dan pendapatku tentang dirinya. Tetapi jika dia menyimpang dan berubah maka aku tidak mengetahui hai yang gaib. Kebaikanlah yang aku inginkan bagi setiap apa yang telah diupayakan. Orang-orang yang zalim akan mengetahui apa nasib yang akan ditemuinya.”140
Abu Bakar menstempelnya. Lalu, surat wasiat ini dibawa keluar oleh Utsman untuk dibacakan kepada khalayak ramai. Kemudian mereka pun membai'at Umar bin Khaththab. Peristiwa ini berlangsung pada bulan Jumadil Akhir tahun ke-13 Hijri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.