Arab Saudi Dan Kehancuran Turki Utsmani

 

Penting untuk di catat bahwa kehancuran Turki Utsmani selain disebabkan faktor eksternal juga disebabkan faktor internal yaitu penghancuran pemerintahan Islam oleh sebagian kalangan ummat Islam sendiri. Wilayah Hijaz yang termasuk di dalamnya Mekkah dan Madinah, telah lama masuk ke dalam wilayah Khilafah Utsmaniyah. Sejak tahun 1517 M, Hijaz telah secara resmi menjadi bagian Khilafah pada masa Khalifah Salim I yang berkuasa 1512-1520. Peristiwa ini ditandai dengan pernyerahan kunci Makkah dan Madinah kepada penguasa Khilafah Utsmaniyah.169

Namun di kemudian hari di wilayah Hijaz berdiri Negara Arab Saudi yang menentang kekuasaan Kesultanan Turki Utsmani dan bermaksud memisahkan diri darinya. Tercatat bahwa Negara Saudi Pertama didirikan pada tahun 1744 (1157 H) ketika Sheikh Muhammad bin Abdul Wahhab menetap di Dar'iyah dan Pangeran (amir) Muhammad bin Saud (dari Dar'iyah) setuju untuk mendukung dan mendukung Muhammad bin Abdul Wahhab. 170

Ketika keduanya ingin melakukan bai'at untuk saling mendukung, Muhammad bin Saud mengajukan dua persyaratan,

"Pertama, jika kami mendukungmu dengan jihad di jalan Allah kemudian Allah izinkanmu dan kamu menaklukkan negeri-negeri, janganlah kamu meninggalkan kami dan mengganti dengan yang lain. Kedua, aku mendapatkan pajak dari masyarakat Dar'iyah yang dipungut sewaktu musim panen, makajanganlah kamu menghalangi kami".

Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab menjawab, 

'Terkait yang pertama, ulurkan tanganmu biar aku berjanji kepadamu". Amir mengeluarkan tangannya lalu Syeikh berkata, "Darah dengan darah, pembunuhan dengan pembunuhan". Lebih lanjut ia berkata, "Adapun yang kedua semoga Allah memberikan kita kemenangan lalu mengganti harta rampasan perang untukmu dengan yang lebih baik". 171

Demikianlah kesepakatan awal dalam bentuk hubungan simbiosis mutualisme -kerjasama yang saling menguntungkan- yang mengawali berdirinya Negara Saudi pertama tahun 1744 M (1158H).

Buku Ensiklopedi Aliran dan Madzhar di Dunia Islam mencatat,

"Bagi sang Amir, inilah momentum perubahan pemerintahannya dari yang kecil di Dar'iyah menjadi besar meliputi mayoritas Semenanjung Arab. Ini tentu dianggap sebagai perkembangan yang positif, kendati peperangan yang dikobarkan amir Ibnu Ssuud telah menghancurkan perpecahan dalam kehidupan bangsa-bangsa Arab, lalu menjelma sebagai satu kekuatan politik yang terpandang. Sementara itu bagi Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab, akhirnya ia berhasil menemukan kekuatan yang mendukung gerakan dakwahnya sepenuh kekuatan dan keikhlasan sehingga merebak ke seantero Arab, bahkan pengaruhnya menjangkau ke luar". 172

Dengan pandangan untuk membersihkan berbagai praktik keagamaan, Negara Saudi pertama dan sekutunya berkembang menjadi dominan di negara Arabia, pertama menundukkan Nejd, lalu memperluas kekuasaan mereka ke pantai timur dari Kuwait sampai Oman. Pada tahun 1788 mereka menyerang dan menduduki Kuwait serta mengepung Baghdad. Pada tahun 1804 menduduki Mekkah dan Madinah serta menghancurkan kubah besar yang digunakan untuk menaungi makam Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam termasuk mempreteli seluruh batu perhiasan dan ornamennya.173 

Setelah menguasai seluruh daerah Hijaz, mereka bergerak ke Syam, tahun 1810 menyerang Damaskus dan Najf. Hal ini menyebabkan kemarahan kesultanan Utsmaniyah, yang telah menguasai kota suci sejak tahun 1517, dan membuat Utsmaniyah bergerak. Kekhalifahan Utsmaniyah mengerahkan kekuatan menghadapinya dan meminta bantuan Gubernur Mesir Muhammad Ali Pasha.174

Muhammad Ali mengirim pasukannya ke Hejaz melalui laut dan merebutnya kembali. Anaknya, Ibrahim Pasha, lalu memimpin pasukan Utsmaniyah ke jantung Nejd, merebut kota ke kota, dan membuat pasukannya menghancurkan desa yang melawan dengan sedikit belas kasihan, kejadian yang masih diingat di Nejd sampai saat ini.

Akhirnya, mrahim mencapai ibukota Saudi, Diriyah dan menyerangnya untuk beberapa bulan sampai kota itu menyerah pada musim dingin tahun 1818. Ibrahim lalu membawa banyak anggota klan Alu Saud dan Ibn Abd Al-Wahhab ke Mesir dan ibukota Utsmaniyah, Istanbul, dan memerintahkan penghancuran Diriyah, yang reruntuhannya kini tidak pernah disentuh kembah.

Muhammad ibn Sa'ud beserta beberapa anggota kelurganya ditawan dan di bawa ke kota Kairo dan kemudian dipindahkan ke Konstantinopel ibukota kekhalifahan Turki Utsmani. Muhammad ibn Sa'ud selaku Imam terakhir Saudi dan anggota keluarganya di arak untuk dipertontonkan kepada kaum muslimin bahwa ia adalah otak dari pemberontakan yang telah membunuhi ribuan kaum muslimin yang tidak berdosa di jazirah Arab. Muhammad bin Suud dieksekusi di ibukota Utsmaniyah, kepalanya dipenggal dan dilempar ke selat Bosphorus. Sedangkan sisa-sisa keluarganya di penjara di kota Kairo.

Sejarah Negara Saudi Pertama berakhir, namun, keluarga Ibnu Wahhabi dan klan Al Saud hidup terus secara clandestine dan mendirikan Negara Saudi Kedua yang didirikan oleh berdiri tahun 1840 sampai tahun 1891175, dan kemudian negara Saudi ketiga yang berdiri pada tahun 1932 dan hingga kini di kenal dengan Kerajaan Arab Saudi (al Mamlakah al Arabiyah as Su'udiyah).176

Usaha membangun negara Saudi dimulai tahun 1902 oleh cucunya Muhammad ibn Sa'ud yang bernama Abdul Aziz bin Abdurrahman ibn Sa'ud yang kabur ke Turki memulai kembali usaha untuk mengembalikan kejayaan Klan Sa'ud yang pernah dirintis oleh kakeknya Dengan bantuan Klan As-Sabah di Kuwait dan campur tangan Inggris akhirnya mereka mulai melakukan invasi kembali. Pada tahun 1953 Ibnu Sa'ud wafat dan digantikan oleh Raja Sa'ud dan kemudian Raja Faisal.

Sejak berdiri, secara umum Kerajaan Arab Saudi telah mengadopsi dan memelihara pemahaman keislaman yang dikenalkan oleh Muhammad bin Abdul Wahab, yang kini di kenal dengan pemahaman Wahabi. Cucu-cucu Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab yang mereka sebut "Alu Syaikh" menempati tempat terhormat di kalangan masyarakat Saudi mulai dari keluarga Kerajaan hingga ke akar rumput. Peran mereka tidakhanya dalam taklim saja, tetapi juga dalam memberikan keputusan hukum, saran, fatwa, bahkan beberapa orang menteri dari kalangan cucu Syaikh.177

Hubungan dengan Inggris kembali dilanjutkan. Hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa perjanjian atau traktat dengan pihak kerajaan Inggris melalui beberapa surat yang chltirimkan oleh pemimpin Salafi Wahabi pada tanggal 13 Juni 1913 kepada wakil Inggris Percy Cox sebagai berikut:

وبالنظر إلى مشاعرى الودية تجاهكم أودّ أن تكن علاقاتى معكم كالعلاقات الّتى كانت قائمة بينكم وبين اسلافى كما أودّ أن تكون قائمة بينى وبينكم

 "Dan dengan melihat perasaan cintaku kepada kalian, aku sangat berharap hubunganku dengan kalian seperti hubungan-hubungan yang telah lama terjalin antara kalian dengan para leluhurku, sebagaimana aku sangat berharap hubungan itu tetap terjalin (baik) antara aku dengan kalian " 178

Dalam Muktamar al-Aqir tahun 1927 M / 1341 H di distrik Ahsaa telah ditandatangani sebuah perjanjian resmi antara pihak Wahabi dengan pemerintah Inggris. Tertulis dalam kesepakatan itu kalimat-kalimat yang ditorehkan oleh pimpinan Wahabi yang berbunyi:

… أقرّ وأعترف ألف مرة للسّير برسى كوسى مندوب بريطانيا العظمى لامانع عندى من إعطاء فلسطين لليهود أو غيرهم كما تراه بريطانيا التى لا أخرج عن رأيها حتى تصيح الساعة

« Aku berikrar dan mengakui 1000 kali kepada Sir Percy Cox wakil Britania Raya, tidak ada halangan bagiku (sama sekali) untuk memberikan Palestina kepada Yahudi atau yang lainnya sesuai dengan keinginan Inggris, yang mana aku tidak akan keluar dari keiginan Inggris sampai hari kiamat"179

Bahkan ketika pecah perang yang dilancarkan Israel pada bulan Juni 1967 kepada sebagian negara-negara Arab dengan dukungan Amerika dan Eropa barat, pemimpin Wahabi baru datang dari negara-negara Barat itu menyampaikan pidato pada tanggal 6 Juni sebagai berikut:

ايها الإ خوان لقد جئتكم من عند إخوان لكم فى أمريكا وبريطانيا وأو روبا تحبونهم ويحبوننا

"Wahai saudara-saudaraku, aku (baru saja) datang dari saudara-saudara kalian di Amerika, Britania, dan Eropa. Kalian mencintai mereka, dan mereka pun mencintai kalian "180 

Kemudian pada tahun 1969, saat diwawancarai koran Washington Post, pimpinan Wahabi mengakui adanya kedekatan khusus dengan kaum Zionis Israel, lalu berkata,

إننا واليهود إبناء عم خلص, ولن ترضى بقذفهم فى البحر كما يقول البعض, بل نريد التعايش معهم بسلام

"Sesungguhnya kami dengan bangsa Yahudi adalah sepupu. Kami tidak akan rela melemparkan mereka ke laut sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian orang, meainkan kami ingin hidup bersama mereka dengan penuh kedamaian”181

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.