Kata "Intelligence" berasal dari bahasa latin yaitu intelligen yang tersimpul didalamnya kata "cerdas" yang selanjutnya dapat dikatakan berpokok pangkal kepada akal.
Dalam bahasa Arab kata "akal" berarti ikatan, yaitu suatu ikatan antara fikiran (Al-fikr), perasaan (Al-wijdaan) dan kemauan (Al-iradah).
Pengintegrasian fikiran, perasaan dan kemauan dipakai untuk memelihara budi pekerti dan kecerdasan otak, bagi menyelamatkan kehidupan manusia.
Alat lahiriyah sebagai pangkal akal adalah otak. Otak manusia ialah suatu alat didalam tubuh, yang selain dari pada untuk menerima kenyataan dari segala kejadian dan kesadaran diluar badan, juga menjadi alat untuk menyatakan hadirat manusia sebagai makhluk yang utama didunia yang fana ini, yang menimbulkan manusia sadar akan dirinya sendiri dan alam sekelilingnya (Existence determined conciousness and conciousness corrects existence).
Otak manusia menerima kenyataan dari segala kejadian dan keadaan yang diluar tubuh melalui alat-alat panca indra. Dengan otak, manusia mengenal dan takjup kan keindahan alam sekelilingnya (the present) ingat kepada apa yang pernah dialami (the past) dan mampu memperkirakan peristiwa-peristiea yang akan datang (the future).
Ras takjub (dahsyat) menimbulkan penggunaan panca indra untuk memperhatikan (nazar). Proses pengindraan menimbulkan daya berfikir (tafakur) yang mnghasilkan kenyataan yang masih perlu dibuktikan (hypothese).
Dalam kita mencari kebenara hypotese tadi, kita mencapai tingkat pengetahuan (ma'rifat), yaitu synthese. Tingkat selanjutnya adalah kenyataan sejati (hakekat).
Dalam tingkat hakekat ini panca indra kurang mampu untuk memehaminya. Kenyataan sejati hanya dapat ditangkap dengan indra batin (bashiroh) yang disebut "budhi" (bahasa Jerman : Vermunft dan bahasa Inggris census interior). Jadi bila otak merupakan alat berfikir dari jamani, maka budhi adalah alat berfikir untuk rohani.
Uraian diatas tadi dimaksud agar kita dalam menggunakan intelegence sebagai ilmu dan alat (science & metode), tidak hanya menyandarkan atas perhitungan lahiriyahnya saja (matematis materialistis) tetapi hams melalui penggalian lebih dalam secara ghaib (metaphysis atau immateriil).
Landasannya ialah bahwa kita manusia, umat Tuhan Yang Maha Esa, bukanlah sekedar "homo economicus" saja, melainkan juga merupakan "homo relligious" dan "homo metaphisicum", yaitu umat yang beragam dan umat yang berbatin, umat yang yang berfilsafat.
Dirasa perlu dalam kita melangsungkan perjuangan, demi kebahagiaan umat pada khususnya, kita dapat mempelajari dan memanfaatkan intellegence sebagai sarana prjuangan.
Perjuangan yang tidak disertai dengan perencanaan (Plaining), siasat (setrategy) dan tipu muslihat (tactic) tidak mungkin akan membawa kearah kemenangan (victory). Perjuangan itu ada dua macam, yaitu perjuangan lahir dan perjuangan batin. Kesempurnaan perjuangan kedua-duanya membawa kepada kemenangan.
Kupasan intellegence selanjutnya dalam naskah ini lebih banyak mempersoalkan dalam hubungan dengan perjuangan lahir, ialah perjuangan duniawi.
Kata perjuangan dalam arti sempit berarti perang dan perang ada tiga tingakatan, yaitu :
1. Perang dingin (cold war) yang dapat dilakukan melalui bidang politik, sosial dan ekonomi.
2. Perang terbatas (limited war), dimana sudah dimulai adu senjata disamping tekanan-tekanan tesebut diatas (point 1)
3. Perang total (conventional/total/open war), kalau dahulu cara berperang adalah mengadu senjata dan kemampuan antara dua angkatan bersenjata, maka sejak akhir abad XX perang menyeret seluruh potensi negara di segala bidang, sebagai konsekwensi sikap permusuhan dari negara-negara yang sedang berhadapan.
Tujuan akhir (ultimate aim) dari tiap-tiap peperangan adalah mencapai kemenangan perang dan kemenangan damai (to win the war and to win the peace).
Untuk mencapai tujuan terakhir tadi, jalan dan cara (means) yang harus ditempuh adalah melalui taktik dan setrategi.
Clausewits berkata : " in tactic, the means are trained armed forces which are to cary on the combat. The end is viktory ".dan " for strategi the victory, that is the tactical succes, is primarily only ameans, and the thinks which sould lead directly to peace are its ultimate object".
Artinya : "untuk mencari kemenangan, menurut taktik adalah digunakannya angkatan bersenjata yang terlatih untuk melangsungkan peperangan" dan "menurut strategi, kemenangan itu -yaitu hasil taktik-trutama hanyalah merupakan usaha, dan soal-soal yang akan membawa kearah perdamaian adalah akhir tujuan".
Selanjutnya dikatakan : "the causes which conditional the use of the in strategy may be counveniently devaided into elemens of different kinds namely, the moral, physical, matematical, geografical and statistical element".
Artinya : "yang menjadi sebab-sebab keadaan digunakannya pertempuran, menurut strategy, mudah dapat dibagi dalam beberapa unsur yaitu unsur-unsur moral,fisik, matematk, geografik dan startistik".
1. Mental dan moral qualities and effects.
2. Magnitude of force, its composition the prospective of material, etc
3. The agle of lines of operations, the concentric and excentric movement in so far as their geometrical nature acquire any value in the calculation.
4. The influence of mass (of terrain, such as commanding points, mountains, rivers, words, roads ).
5. All means of supply.
Kelima unsur tersebut diatas tidak masing-masing berdiri sendiri, melainkan satu sama lain pengaruh mempengaruhi (interwooven).
Dalam melangsungkan perjuangan, kita harus membuat rencana-rencana untuk melaksanakan taktik dan strategi guna mencapai kemenangan. Dan untuk membuat rencana-rencana tadi kita memerlukan cukup bahan guna primbangan keadaan (estimate situation). Bahan dimaksud disebut keterangan (information) yang maksudnya ialah segala hal yang diketahui (all the knowledge need to know) tentang diri kita sendiri dan tentang diri lawan. Keterangan yang dimaksud diatas tadi merupakan landasasan (foundation) dati segala rencana dan gerakan kita (plains and operations).
Keterangan-keterangan yang didapat ada yang benar dan ada yang tidak benar, ada yang lengkap dan ada yang tidak lengkap, dan ada pula diperlukan suatu keterangan untuk meneliti dan melengkapi keterangan lainnya. Hal-hal yang diuraikan diatas tadi termasuk dalam bidang intellegence.
Tugas intellegence meliputi banyak lapangan dengan segala segi-seginya. Umpamanya lapangan politik, ekonomi, militer.
Pekerjaan yang pokok dari intellegence ialah :
1. Melakukan penyelidikan (Espionage).
2. Mengumpulkan (collection) dan mengolah (processing) segala keterangan (info).
3. Tugas security.
4. Melakukan gerakan rahasia (secret operation).
5. Menjalankan propaganda (psy war) dan
6. Melakukan sabotage.
Sesuai dengan sifatnya maka disebut : Political intelligence, oconomical intelligence, militery intelligence, (army, naval, air), dan sesuai dengan bentuk tugasnya disebut strategic intelligence, operational intelligence, combat/tactical intelligence.
Adapun organisasi intelligence perkembangannya tergantung dari beberapa keadaan dan kebutuhan misalnya menghadapi keadaan genting, keadaan perang, atau keadaan damai.
Disebabkan pengaruh cerita-cerita detektif yang menegangkan dan dalam film-film perang bertemakan cerita spionase, maka intelligence, sebagai suatu ilmu dan methode belum cukup difahami dikalangan umum. Bahkan dikalangan anggota-anggota angkatan bersenjata dan pejabat-pejabat pemerintah masih banyak yang belum mempunyai engertian tentang hal itu, dan menganggap intelligence merupakan bidang pekerjaan yang penuh diliputi dengan hal-hal yang ghaib (misterius), malahan terkadang diberi tafsiran yang negatif.
Anggapan umum ialah bahwa intelligence merupakan bidang tugas milker saja, dan rasa takut serta enggan timbul bila harus berhadapan dengan seorang petugas intelligence.
Dalam buku "INTELLIGENCE IS FOR COMMANDERS" dikatakan, "Perharps the major intelligence weakness of the last war was that commanders where not "intelligence consious". Some where over contemptious of assistance intelligence could furnesh them". "Too often intelligence considirations are neglected, either by ignoring them, or by the failure of incompetent commanders to recognize the intelligence implications involved". tw "Sound intelligence is as far removed from "crystal ball gazing" as modern medicine from jungle witch craft. Intelligence is not gues work nor is it misterious".
Jelaslah sekarang bahwa intelligence sebagai suatu ilmu (science) dan suatu alat (methode), tidaklah merupakan suatu kebutuhan hanya bagi angkatan bersenjata, melainkan merupakan alat guna memecahkan segala persoalan (problem) yang berkenaan dengan hidup dan penghidupan didunia ini.
Marilah kita tinjau suatu gerak intelligence yang sangat sederhana : bila seorang pemburu ingin mendapatkan hasil, maka terlebih dahulu ia mengumpulkan keterangan (collection of info) tentang daerah perburuan dan bnatang-binatang yang akan menjadi sasarannya. Ia menyelidiki lapangan perburuannya, arah angin, keadaan cuaca dan sebagainya (reconnaissance and observation).
Juga ia perlu tahu tentang keadaan binatang buruannya, yaitu tempat-tempat makan dan minumnya, sifat dan watak binatang tadi (surveillancess).
Segala usaha diatas tadi menunjukkan sipemburu membuat rencana dan mengumpulkan perbekalan guna melaksanakan gerakannya (opration). Selanjutnya bil kita menelaah sejarah bangsa-bangsa dan tarikh-tarikh agama akan kita dapati didalamnyaberbagai gerak intelligence yang meliputi lapanagan politik, peperanagan, ekonomi, sosial dan sebagainya.
Intelligence dalam menentukan perimbangan keadaan (astimate of situation) guna memecahkan segala persoalan, perlu mempelajari keadaan yang lalu (the past), mengikuti dengan seksama keadaan yang sedang berlaku (the present) dan dapat memperhitungkan keadaan yang akan datang (the future)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.