DAFTAR - OESAHA HIJRAH
O
L
E
H
S.M. KARTOSOEWIRJO
BAGIAN
MOEQADDIMAH
TJETAKAN PERTAMA
Menoeroet Kepoetoesan M. T. ke 24 di
SOERABAJA
Penerbit: Poestaka. Daroel—Islam
Malangbong SS-WD Java.
Kalam Pengantar dari penerbit
Alhamdoe lillah wasjoekroe lillah, maka dengan tolong dan koernia Ilahy dan berkat ichtijar bersama dari pada saudara-saudara kita, dapatlah kita menerbitkan soeatoe kitab ketjil yang bernama Daftar Oesaha Hidjrah P.S.I.I ini, karangan sdr. S. M. Kartosoewirjo, jang waktoe itoe mendjabat Vice-President Dewan Party S.I. Indonesia dan ketoea dari pada Komisi Daftar Oesaha Hidjrah P.S.I.I., dibangoenkan dan dibentoek pada M.T. ke 23 di Bandoeng, tahoen 1937.
Moedah-moedahan dengan djalan tersiarnja kitab jang ketjil ini toemboehlah natidjah jang manfa’at dan maslahat bagi segenap Oemmat Islam Indonesia oemoemnja, dan bagi kaoem Party Sjarikat Islam choesoesnja.
Insja Allah.
Begitoelah harapan dari pada:
Penerbit:
POESTAKA .DAR-OEL-ISLAM.
Malangbong (SS W/L) Java.
Malangbong. Maart 1940.
Kata pendahoeloean dari pengarang.
Sjahdan, maka dalam pertengahan tahoen 1938 soedahlah dilangsoengkan di Soerabaja: Madjilis Tahkim Party Sjarikat Islam Indonesia ke-24. Salah satoe kepoetoesannja jang penting, setelah diperbintjangkan masak-masak dan diroendingkan dengan matang-matang dengan berakibat beberapa peroebahan dalam redaksi (rangkaian kata-kata), ialah: .Daftar Oesaha Hijrah P.S.I.I’.
Bahagian Moeqaddimah.
Kewadjiban jang seberat itoe moela-pertama diletakkan atas poendak kami pada waktoe Madjilis Tahkim Party di Bandoeng, th 1937, di mana diri kami diangkat mendjadi Ketoea dari pada Komisi Daftar Oesaha Hijdrah, oleh M T. tsb, djoega.
Adapoen sebabnja, maka Daftar Oesaha Hijrah Bahagian Moeqaddimah ini diboeat sematjam Stellingen” (pokok-pokok) ialah: oleh karena niat jang pertama M. T. Party ke-24 jang moelia itoe, terlebih doeloe akan dimasoekkan dalam Kongres–Nummer” dari pada Soeara P.S.I.I”. Tapi hal ini—sajanglah tidak terdjadi!
Selain dari pada jang tsb diatas, menoeroet kepoetoesan M.T. ke 24 di Soerabaja itoe djoega, akan diboet soeatoe ,”TAFSIR”, jang akan memberi pendjelasan dan pentegasan lebih djaoeh dan lebih loeas atas segala sesoeatoe jang termaktoeb dalam, “ Moeqaddimah” ini. Insja Allah, dalam sedikit waktoe lagi ”Tafsir” ini akan dapat diterbitkan.
Dengan kesadaran dan keinsjafan jang sepenoeh-penoehnja, bahwa tiap-tiap manoesia terhinggapi oleh salah dan keliroe koerang dan tjela, maka kami mengharapkan kepada sekalian pembatja jang arif-boediman. Djika tampak ada kekeliroean atau kesalahan di dalamnja, soedi kiranja dengan sigera “lillah” soeka menjampaikannja kepada Pengarang kitab ini, dengan menjampaikannja kepada Pengarang kitab ini, dengan keterangan dan penerangan jang tjoekoep, koeat dan sah.
Sebaliknja, djika terdapat kebenaran dan kenjataan di dalamnja, hendaklah “Lillahi Ta’ala” poela soedi menjampaikan kepada handai-taulan, kawan dan djiran, agar soepaja lebih moedah dan lebih tjepat mendjalarnja Agama Allah dalam toeboeh Oemmat Islam Indonesia, adanja.
Achiroel—kalam, harap dan doe’a dari pada Pengarang, moedah-moedahan tanda-bakti Pengarang kepada Azza wa Djalla” jang beroepa karangan kitab seketjil ini, dapatlah mendjadi bantoean tambahannja ‘Ilmoe rasih dan ‘amal salih jang sempoerna.
Amien.
Wassalam,
S.M. Kartosoewidjo.
Malangbong, Maar 1940.
Beberapa pokok daftar oesaha hidjrah
POKOK PERTAMA
Pembagian Masjarakat.
Lebih doeloe kita haroes mengetahoei dan insaf, bahwa dalam pergaoelan hidoep bersama di Toempah Darah kita ini adalah Tiga matjam Masjrakat, jang beda hoekoem dan haloeannja, beda soesoenan dan atoerannja, beda sikap dan pendiriannja, hampir beda dalam segala-galannja, tetapi masih terjampoer satoe dengan jang lainnja, karena ketiga-tiganja itoe doedoek dalam satoe negeri bersama-sama, ialah Negeri Toempah Darah kita.
1. Masjarakat Hindia—Belanda.
2. Masjarakat Kebangsaan Indonesia; dan
3. Masjarakat Islam atau Dar-oel-Islam.
Keterangan
Adapoen jang diseboet ,,Masjarakat Hindia Belanda” ialah Masjarakat kedjadjahanan (koloniale maatschappij), jang menoemboehkan adanja golongan pertoeanan (heerschende groep), golongan perhambaan (overheerschte groep) golongan jang memerintah dan golongan jang diperintah.
Inilah Masjrakat jang terbesar sekali pengaroehnja, karena kekoeasaan dan kekoeatan jang ada pada dirinya. Ada hoekoem dan hakimnja, ada perintah dan pemerintahannja, ada tanda dan boektinja.
Bagoes dan permai tampaknja Masjrakat Hindia Belanda itoe, tjemerlang dan berkilau-kilauan disaksi—kan oleh mata-kepala tiap-tiap manoesia.
Jang dinamakan “Masjarakat Indonesia” atau tegasnja. “Masjrakat Kebangsaan Indonesia”. Ialah: Masjarakat dari pada bangsa kita sendiri. Beloem mempoenjai hoekoem jang tentoe, beloem poela berpemerintahan, pendeknya miskin dalam segala-galanya.
Dan jang dikatakan “Masjarakat Islam” atau “Dar-oel-Islam itoepoen tampaknja tidak seberapa bedanja dengan Masjarakat Kebangsaan Indonesia.
Ketiga –tiga Masjrakat itoe, jang tiap-tiap hari dapat kita ketemoekan dalam tiap2 tempat di Negeri Toempah Darah kita, bedalah dasar dan haloeannja, beda poela maksoed dan toedjoennja.
Kalau Masjarakat Hindia – Belanda bermaksoed hendak mempertahankan, mempertegoehkan dan menjentausakan kekoeasaan Belanda di Negeri Toempah Darah kita ini (ter bestendiging en handhaving van Nederlandsche Gezag in Indie), maka Masjarakat Kebangsaan Indonesia mengarahkan langkah dan sepak terdjangnja ke djoeroesan Indonesia – Raja, agar soepaja dapat berbakti kepada Negeri Toempah Darahnja, berbakti kepada Iboe – Indonesia.
Sebaliknja dari pada itoe, maka kaoem Moeslimin jang hidoep dalam Masjarakat Islam (Dar-oel-Islam) tidaklah mereka ingin berbakti kepada Iboe-Indonesia atau kepada siapa poen djoega, melainkan mereka hanya ingin berbakti kepada Allah Jang Esa belaka.
Maksoed toedjoeannja poen boekan Indonesia-Raja, melainkan Dar-oel-Islam jang sesempoerna-sempoernanja di mana tiap2 Moeslim dan Moeslimah dapat melakoekan hoekoem2 Agama Allah (Islam), dengan seloeas-loeasnja, baik jang berhoeboengan dengan sjahsiyah maoepoen idjtima’iyah.
POKOK KEDOEA
Sebab-sebab naik-toeroennja deradjat oemmat
Sepandjang adjaran Agama Islam, maka naiknja deradjat seseorang Indonesia, baik dalam pandangan Allah maoepoen dalam pandangan manoesia, dan sesoeatoe Oemmat atau Bangsa, hanjalah disebabkan karena: “Soeka melakoekan hoekoem2 Islam menoeroet perintah Allah dan Soennatirasoel, dalam erti kata jang sesempoerna-sempoernanja”.
Sebaliknja dari pada itoe, maka toeroennja harkat deradjat manoesia atau bangsa, dalam pandangan Allah dan pandangan manoesia, tjoema lantaran: Membelakangkan dan membohongkan Agama Allah, yang ditoeroenkan kepada Nabi-Nja Penoetoep, Moehammad Çlm.”
Keterangan
Kalau kita soeka menjelidiki Riwayat Rosoeloellah (oetoesan2 Allah) dan tarich Anbija (Nabi2) Allah, teroetama sekali perdjalanan djoendjoengan kita Nabi Moehammad Çlm., maka njatalah soedah, bahwa tiadalah sesoeatoe bangsa atau Oemmat jang tinggi dan moelia harkat deradjatnja, melainkan karena soeka mendjalankan Agama Allah, dengan toetoenan Rasoel-Nja.—
Boekan hanja moelia menoeroet oekoeran manoesia (‘indan-nas) sadja, melainkan djoega moelia dalam pandangan Allah (‘indallah).
Djadi, moelianja ialah: moelia dlohir dan moelia bathin, moelia djasmany dan roehany, moelia doenia dan acherat, moelia bagi tiap2 manoesia dan bagi segenap perikatan Oemmat dan Bangsa.
Sebaliknja dari pada itoe, djika orang tidak beriman (koefoer) kepada Allah, dan tidak itba’ (inkar) kepada perintah Nabi-Nja, nistjajalah akan djatoeh dalam lembah kesengsaraan dan keroesakan, doenia dan achiratnja.
Adapoen Iman dan Koefoer serta Islam itoe pada asasnja terbagi atas tiga bagian:
Iman: (1) bagian lisan, (2) bagian I’tiqad, dan (3) bagian ‘amal – perboeatan.
Koefoer: (1) bagian lisan, (2) bagian I’tiqad, dan (3) bagian ‘amal – perboeatan.
Islam: (1) bagian lisan, (2) bagian I’tiqad, dan (3) bagian ‘amal – perboeatan.
Begitoelah seteroesnja.
Oleh sebab itoe, djika kita menghendaki kemoeliaan dan ketinggian harkat – deradjat kita, baik sebagai manoesia maoepoen sebagai Oemmat, hendaklah kita soeka soenggoeh-soenggoeh mendjalankan perintah2 Allah, dengan sesempoerna sempoernanja dan soennatirrosoel dalam segala hal – ichwalnya, dengan tidak tawaran atau segan karena apapoen djoega.
POKOK KETIGA
Dasar dan toedjoean Agama.
Adapoen dasar Agama (ad-dien) ialah: kepertjajaan atas Iman kepada Allah, jang achirnja meroepakan soeatoe Tauhid jang koeat dan tegoeh, serta sentausa.
Dengan kepertjajaan yang seroepa itoe, toemboehlah kejakinan, bahwa semoea apa poen, jang hidoep atau jang mati, jang ada atau tiada, jang toemboeh atau binasa, dalam bagian ‘alam Moemkin, semoeanja itoe terdjadi atau tidak terdjadi dari karena kehendak dan kekoeasaan Allah semata-mata, (min-Allah).
Sedang toedjoeannja Agama Islam ialah: hendak berbakti kepada Allah Jang Maha Esa. Tiada lain dari pada itoe.
Keterangan
Djika nanti orang ketemoekan sesoaatoe “agama”, jang dipertoendjoekkan bagi keperloen “doenia” keperloean harta dan pangkat, keperloean segala sesoeatoe jang keloear dari pada bakti kepada Jang Maha Esa – biar berangkai dengan Al-Qoer-an dan Hadist sekalipoen – boekanlah ia agama.
Sebab Agama itoe soetjilah dari pada tiap2 hawa nafsoe manoesia, lepas dari pada kehendak ghodzob dan sjahwat manoesia.
POKOK KEEMPAT
Sebab2 hoekoem Islam
Tidak berdjalan dengan sempoernanja.
Adapoen sebab-sebabnja, maka hoekoem Islam tidak berjalan dengan sempoernanja, alias tinggal hoeroef dan angka, tinggal kertas dan tinta, karena manoesia koerang sempoerna dalam memfahamkan Agama Islam, teroetama sekali memfahamkan Kalamoellah, jang termaktoeb dalam Al-Qoer-an-oel-Karim.
Pada hal Al-Qoer-an itoe mendjadi pedoman kita dalam melakoekan atau meninggalkan sesoeatoe ‘amal oesaha.
Sjahdan, maka tjara memfaham Al -Qoer-an, jang boleh mendjadi sebab toemboehnja kejakinan jang sempoerna, dan Iman jang tegoeh serta ‘amal salih jang njata, ialah:
1. Tjara memfaham Al -Qoer-an menoeroet soesoenan biasa, sebagaimana jang ditoeroenkan oleh Allah kepada Nabi-Nja dihimpoenkan dan pada zamannja Chalifah Aboe Bakar, chalifah ‘Oemar dan chalifah Oetsman.
Soesoenan dan rangkaian jang seroepa itoe memoedahkan orang memberi dan mendapatkan peladjaran dalam Islam (Islam – onderwijs), jang seloeas – loeasnja. Gampang dihafadl, sehingga soekarlah akan hilang dari pada peringatan orang.
Maka tjara memfaham Al -Qoer-an dengan soesoenan dan rangkaian jang seroepa itoe, bolehlah kita namakan: “Faham Loeghawy dari pada Al-Qoer -an”.
2. Tjara memfaham Al-Qoer -an menoeroet soesoenan, jang dihimpoenkan oleh chalifah Ali bin Abi Thalib, menoeroet waktoe dan keadaan ditoeroenkannja ajat – ajat itoe, tegasnja menoeroet “asbab-oen-noezoel” (sebab2 toeroenja ajat2 Al-Qoer-an).
Maka soesoenan dan rangkaian jang seroepa itoe lebih oetama dipergoenakan oentoek pendidikan ‘amal (praktische opvoeding).
Sebab dengan pengetahoean dan pengertian akan sebab-sebab toeroennja ajat-ajat Al-Qoer -an pada zaman dan menoeroet keadaannja, maka lebih moedah-lah bagi tiap-tiap Moeslim dan Moeslimah oentoek menoeroetkan djedjak-langkah Rasoeloellah Çlm., dari setapak ke setapak, mengingat dan menoeroet, waktoe dan tempat, jang didoedoeki oleh si ‘amil itoe.
Karena sifat dan soesoenan serta rangkaiannja, bolehlah tjara memfaham Al-Qoer-an jang seroepa itoe dinamakan: “Faham Madjazy dari pada Al-Qoer -an”.
Maka jang diseboetkan “Faham Lafdli dari pada Al-Qoer-an” jalan faham Loeghawy dan faham Madjazy dari pada Al-Qoer-an, kedoea – doeanja.
3.Tjara memfaham Al-Qoer-an menoeroet faham Rasoeloellah Çlm, pada zamannja.
Tjara memfaham jang ketiga ini, soenggoehpoen pada hakikatnja sama dengan tjara jang pertama dan tjara jang kedoea, tetapi adalah lebih mendalam. Kita katakan sama, oleh karena Al-Qoer-an jang difaham itoe ialah Al-Qoer-an itoe-itoe djoega. Tegasnja: ialah Al-Qoer-an, jang ditoeroenkan dengan Wahjoe Illahy kepada Rasoeloellah Çlm., tetapi tidak dihimpoenkan oleh seseorang sahabat, atau ditoeliskan oleh siapa poen djoega. Andai kata Rasoeloellah Çlm., ditakdirkan Allah pandai membatja dan menoelis, poen hakikatnja Wahjoe (het Wezen van de Openbaring) jang seroepa itoe tidak dapat dibatja atau ditoeliskan, sebab memang boekan bangsa sesoeatoe jang dapat ditoelis atau didlohirkan oleh pantja-indrinja jang mana poen djoega. Melainkan wahjoe Illahy jang ditoeroenkan oleh Allah kepada Rasoeloellah sebagai Hidajat itoe mendjadilah: Kenjataan Roeh Pemboeka Hati dan Pensoetjikan Rasa.
Mengingati tjara memfaham Al-Qoer-an jang ketiga ini, jika Al-Qoer-an itoe (hakikatnja Wahjoe = substantieve Openbaring) boleh kita tamsilkan sebagai soetoe “ kitab” atau “boekoe”, dengan hoeroef dan angka, dengan kertas dan tinta, maka jang mendjadi toelisannja ialah Kalamoellah, jang mendjadi tintanja ialah Wahjoe Illahy, dan jang mendjadi kitabnja ialah ‘Ilmoe Allah.
Mengingat sifat dan woejoed dari pada wahjoe Illahy itoe, maka tjara memfaham Al-Qoer-an menoeroet faham Rasoeloellah Çlm., pada zamannja itoe, boleh dinamakan: Tjara memfaham Haqiqy dari pada Al-Qoer-an. Ialah tjara-tjara sebaliknyadari pada, “tjara memfaham Ladfdli” (atau, tjara memfaham Loeghawy dan tjara memfaham Madjazy).
Lebih landjoet bolehlah diterangkan di sini, bahwa Al-Qoer-an di dalam ma’na Haqiqatoel – Wahju itoe bolehlah dianggap sebagai atsar dari pada Kalamoellah jang Qadim.
Djadi, teranglah soedah, bahwa jang beda itoe hanjalah di dalam tjara memfahamnja, sedang isi, maksoed dan toedjoean jang difahamnja itoe, sama dan tidak berbeda sedikit poen djoega. Sebab Kalamoellah tetap satoe, demikian poela Al-Qoer-an. Tidak lebih dan tidak koerang.
Keterangan
Dengan seboetan tiga matjam tjara mamfaham Al-Qoer-an itoe, seperti jang kita toeliskan diatas, boekanlah sekali-kali maksoed kita oentoek mengatakan, bahwa Al-Qoer-an itoe ada 3 roepa atau 3 matjam, melainkan: Al-Qoer-an hanjalah satoe, tidak lebih dan tidak koerang.
Tidak poela maksoed kita oentoek mengoerangkan atau melebihkan harga, tjara memfaham jang satoe dengan jang lainnja, atau harga jang difahamnja, karena ketiga – tiganja memfaham dan jang difahamnja itoe, ada hakikatnja hanja satoe. Oleh sebab jang sedemikian itoe, maka ketiga-tiga jang difahamnja itoe (Al-Qoer-an) nistjajalah sama dalam maksoed, isi dan toedjoeannja.
Djadi dengan menoendjoekkan akan tiga tjara memfaham Al-Qoer-an tsb, maka maksoed kita hanjalah oentoek:
a. Memoedahkan mempeladjari, memfaham, mengertikan dan mengetahoei dengan soenggoeh-soenggoeh akan maksoed Al-Qoer-an dan Agama Allah jang sesoenggoehnja, sehingga achirnja dapat melakoekan ‘amal sahih jang sebanjak-banjaknja dan sesempoerna-sempoernja; dan
b. Mentjegah, jangan sampai Al-Qoer-an hanjalah tinggal di bibir belaka, ataupoen hanja di amalkan sekehendak manoesia, melainkan hendaknja meroepakan soeatoe ‘amal salih, sebanjak toentoetan Allah dan adjaran dari dan dalam Kitaboellah serta Soennatirrasoel.
Djadi, kalau kita hendak mentjari dan mendapat faham, pengetahoean dan pengertian, serta kejakinan dan kepertjajaan, jang penoeh-penoeh dalam hal Islam dan ke-Islam-an, maka seharoesnjalah kita beladjar memfaham Al-Qoer-an dari ketiga djoeroesan itoe.
Tertinggal dalam salah satoe djoeroesan, tertinggal poela ‘amal –‘iabdah kita. Djadi: sepatoetnja ketiga – tiga djalan dan djoeroesan faham itoe haroes ada pada kita bersama-sama.
Tjara memfaham Loeghawy dari pada Al-Qoer-an moedah djalannja. Karena jang hendak difahamnja, ja’ni Al-Qoer-an boleh di – dapat pada tiap2 toko kitab.
Adapoen tjara memfaham Madjazy dari pada Al-Qoer-an agak soekar. Karena jang hendak difahamnja, ja’ni Al-Qoer-an, menoeroet soesoenan dan rangkaian sebagaimana jang dihimpoenkan oleh chalifah ‘Ali bin Abi Thalib – tegasnja: sepandjang ‘ilmoe asbab-oen-noezoel – soenggoehpoen boekan barang ghaib, tapi soesah didapatkannja.
Sepandjang berita riwajat, maka Al-Qoer-an jang dikoempoelkan oleh chalifah ‘Ali bin Abi Thalib tsb. Konon chabarnja masih tersimpan di dalam salah satoe Museum (tempat barang2 koeno), entah di negeri2 Timoer (Mesir, Toerki. Dll nja), entah di negeri2 Barat ( London, Paris dll nja). Boleh djadi – pada waktoe kaoem Moeslimin moelai tertidoer dengan njenjaknja, dan bangsa Barat moelai bangoen dan berbangkit – karena orang tahoe dan jakin, akan toemboehnja kekoeatan jang maha hebatnja dalam kalangan kaoem Moeslimin dari pada sesoeatoe tjara peladjaran dan pendidikan (onderwijs – en opvoedingsijsteem) semacam toentoenan chalifah’Ali bin Abi Thalib, maka kaoem pembentji dan pemoesoeh Islam laloe mengambilnja, dan kemoedian membakar dan membinasakannja, atau menjimpan di sesoeatoe tempat, jang kaoem Moeslimin ta’ tahoe lagi letaknja.
Dengan tiadanja Al-Qoer-an dalam erti kata Penoentoen ‘Amal, maka kaoem Moeslimin kehilangan Imamnja. Imam dlohir dan Imam bathin, Imam djasmany dan Imam Roehany (dalam kejakinan dan kepertjajaan), sehingga lambat laoen dan dengan perlahan-lahan kaoem Moeslimin ta’ sadar lagi akan hidoepnja.
Lebih soekar lagi, kalau kita hendak mentjari dan memperoleh tjara memfaham Ma’any dari pada Al-Qoer-an, karena Al-Qoer-an dalam ma’na atsar dari pada Kalamoellah jang Qadim itoe tjoema njata bagi orang-orang jang mendapat Hidajat dan Foetoeh dari pada ‘Azza wa Djalla.
Djadi, bagi orang jang boeta-mata-roehnja dan tertoetoep mata-hatinja tiadalah djalan bagi dia, oentoek mengetahoei dan menjatakannja.
Karena Rasoeloellah Çlm, seorang Nabi—Allah jang oemmy (tidak pandai membatja dan menoelis), bolehlah kita mengira-ngira, bahwa faham Rasoeloellah Çlm. Tentang Al-Qoer-an tidak-boleh-djadilah kepada sesoeatoe barang jang beroepa “kitab” atau “boekoe” jang tampak hoeroef dan angkanja, kertas dan tintanja itoe. Lebih-lebih lagi, karena pada zaman Rasoeloellah Çlm. Beloemlah dihimpoenkan Al-Qoer-an jang meroepakan soeatoe “boekoe” ataoe “kitab” itoe, Melainkan kenjataan Roehany jang dianoegerahkan oleh Allah pada Nabi-Nja Penoetoep itoe.
Soenggoehpoen setelah zaman Nabi hingga achiroez-zaman – djadi djoega pada zaman kita sekarang ini – tertoetoep djalan toeroennja Wahjoe Ilahy, karena tiada Nabi lagi, kemoedian dari pada Rasoeloellah Çlm. Maka tidaklah bagi Allah koerang djalan oentoek memberi Hidajat (Petoendjoek, Kenjataan) jang seroepa itoe (kenjataan roehany) mitsalnja: dengan djalan memberi "ilham” kepada tiap2 Oemmat dan Hamba-Nja, jang soenggoeh-soenggoeh hendak mendjalankan perintah2 Allah, pada djalan-Nja dan karena-Nja semata-mata, dengan tjontoh dan tauladan dari pada Nabi Moehammad Çlm.
Insja Allah.
Inilah sebab-sebabnja jang teristimewa, maka hoekoem2 Agama Islam tidak dapat berdjalan dengan sempoernanja. Malahan hampir2 boleh dikatan “mati” Boekan “mati” jang sesoenggoehnja, boekan “mati karena tidak hidoep”, tetapi mati dalam erti istilah (figuurlijk). Tegasnja “mati” karena hoekoem Islam (hoekoem Allah) tidak berlakoe, tidak berdjalan dengan sempoernanja, sebagaimana haroes dan mestinja.
Pada hal biar poen apa dan betapa poela Al-Qoer-an itoe dinamakan dan diseboet-seboet, mitsalnja: Asj—Sjifa, Al—Bajan, Al—Foer-qan, An—Ni’mat, Al—Hoeda, Ar—Rahmat dlls., jang mendjadi Penoendjoek Djalan bagi kita dalam tiap-tiap waktoe dan di mana—mana tempat, menoeroet djalan dan lakoe, jang diridloi oleh Jang Maha Esa, sedjak moelai dilahirkan di atas doenia ini hingga pindah ke ‘alam Achirat.
Djadi, kalau dia soenggoeh2 mendjadi Imam kita dan kita mendjadi ma’moemnja, maka segala lakoe dan ‘amal-perboeatan kita seharoesnja dan sewadjiblah tjotjok dan sesoeai dengan Imam kita (Al-Qoer-an) itoe.
Oleh sebab itoe, djanganlah hendaknja kita tidak mensesoeaikan faham dan ‘amal perboeatan kita dengan Imam kita itoe!
Adapoen tentang As-bab-oen-noezoel, sepandjang adjaran dan keterangan dari pada berbagai—bagai Moefassirin, dan sebagian dari pada mereka itoe berpendapat, sebagai jang berikoet:
Moechtasar Asbab-oen-noezoel
Demikianlah gambaran pada garis besarnja soesoenan soerat2 dari pada Al-Qoer-an-Karim, boekan dan beloem ajat—ajatnja, sepandjang peladjaran dari pada ‘ilmoe asbaboen—noezoel.
POKOK KELIMA
Tjara dan lakoe ber’amal
Adapoen djalan jang sesempoerna-sempoernanja dalam melakoekan ‘amal setjara Islam, adalah 2 bagai:
1. ‘Amal Al—Hadits ‘alal—Hadits, ja’ni ‘amal manoesia dalam badan djasmanynja kepada ‘alam atau keadaan jang dihadapinja.
2. ‘Amal Al—Hadits ‘alal—Qadim, jaitoe ‘amal manoesia dalam badan roehanynja terhadap kepada Allah s. w. t.
Kedoea djalan ‘amal itoe berbeda, tapi tidak terpisah. Satoe sama lain boetoeh-memboetoehi, sehingga tidak dapat didjalankan satoe persatoe, djika kita menghendaki akan ‘amal jang sempoerna, melainkan sewadjibnjalah kedoea—doea itoe berlakoe bersama-sama.
Keterangan
Oentoek mengetahoei ‘amal Al-Hadits ‘alal-Hadits haroeslah kita mengetahoei 3 perkara:
a. Orang jang mendjalankan (manoesia), istimewa dalam bagian djasmany, atau “Fail” atau “Subject”.
b. Barang sesoeatoe jang didjalankan, jang dilihat, dimakan, diminoem, dikerdjakan dan lain2 sbg.nja dinamakan “Maf’oel” atau “Object”.
c. Perboeatan jang dilakoekan, jaitoe “Fi’il “ atau “Predicaat’.
Ketiga-tiga perkara itoe haroeslah berdiri atas hoekoem sjara jang njata (Wadjib, Soennat, Moebah, Makroeh, dan Haram). Sehingga sesoeatoe perboeatan mendjadi amal salih jang sempoerna, djika ketiga-tiga perkara itoe soedah tjoekoep koeat dan sah didjalankannja, sepandjang hoekoem-hoekoem sjara Agama Islam.
Hoekoem Wadjib atas Fa’il dan Halal atas Maf’oel, mendjadi sebab akan wadjib mendjalankannja, Wadjib dan Fi’il.
Kalaoe kita soedah mengetahoei djalan ber’amal Al-Qoer-an ‘alal-Hadits, perloelah kita mengetahoei dan mengerti akan djalan ber’amal, setjara Al-Hadits ‘alal-Qadim, jang djoega terbagi atas 3 bagian:
1. Manoesia jang mendjalankannja atau jang memperboeat sesoeatoe, tegasnja: “Fa’il” atau “Subject”. Tapi di sini boekanlah dalam bagian badan djasmany, melainkan badan roehanynja, badan jang bertanggoeng djawab atas tiap-tiap amal jang dilakoekan, atau jang ditinggalkan. Manoesia bagian roehany, jang berbakti kepada Allah itoe, dinamakan: Abi
2. Dzat jang mendjadi maksoed dan toedjeoan ‘Abid itoe berbakti. Maka Dzat jang wadjib dibakti itoe dinamakan Ma’boed, jang disini maksoednja ialah: Allah S.W.T.
3.Karena perbaktian itoe dilakoekan oleh Abid kepada Ma’boednja, maka “Fi’il” atau “Predicaat” itoe di sini dinamakan: Ibadah atau Perbaktian.
Di sini perloelah kita terangkan, bahwa soenggoehpoen pada dlohirnja jang tampak hanja Fail bagian djasmany, tetapi pada hakikatnja badan (djasad) manoesia itoe hanjalah satoe perkakas atau alat belaka.
Sebab, diam atau geraknya Fail bagian djasmany itoe semata-mata tergantoeng kepada ‘Abid bagian roehany. Mitsalnja: “Seorang membatja Al-Qoer-an.”
Tanja: “Siapa Fa’ilnja?”
Djawabnja: “Fa’ilnja ialah moeloet”.
Tanja: “Siapa atau apakah Maf’ulnja?”
Djawabnja: “Maf’ulnja ialah Al-Qoer-an’.
Tanja: “Apakakah Fi’ilnja, atau manakah perboeatan ‘oeboedijahnja?”
Djawabnja: “Batjaan jang keloear dari moeloet itoe”.
Tanja: “Siapakah ‘Abidnja?”
Djawab: “Roeh manoesia”.
Tanja: “Siapakah Ma’boednja?”
Djawab: “Allah S.W.T.”.
Tanja: “Manakah ‘Ibadahnja?”
Djawab: “Membatja Al-Qoer-an dengan lillahi Ta’ala”.
Djadi, njatalah di sini, bahwa sesoeatoe perboeatan dapat dianggap ‘amal salih atau ‘amal bakti kepada Jang Maha Esa, djika tjoekoep sjarat dan roekoennja, seperti jang tsb, di atas. ‘Amal jang demikian itoelah, jang pada hoekoemnja wadjib dilakoekan.
Sekarang kita ambil satoe mitsal, yang lainnja:
Soeatoe ‘amal baik (Fi’il), jang diperboeatnja baik djoega (Maf’oel) dan alat memperboeatnja poen baik djoega (Fa’il), seperti batjaan Al-Qoer-an jang tsb, di atas. Boekan hanja baik sadja, melainkan perboeatan jang seroepa itoe adalah soeatoe perboeatan jang terpoedji dan amat dioetamakan. Tapi………….Karena Abid tidak tahoe akan Ma’boed jang sebenarnja, maka ‘amal jang dikirakan baik dan benar menoeroet hoekoem sjara’ itoe, bisa sesat dan keliroe atau salah. Hoekoemnja poen tidak lagi wadjib atau soennat, malahan kadang-kadang mendjadi Moebah, Makroeh dan Haram !
Kalau kita membatja Al-Qoer-an oentoek menjembah Iblis, tentoelah tidak lagi wadjib hoekoemnja, walaupoen jang dibatjanja (Maf’oel) Al-Qoer-an jang soetji, dan batjaannja (Fi’il) mahir dan menoeroet aqidah jang bagoes, serta jang membatjanja (Fa’il) poen lebih doeloe mensoetjikan diri.
Sebaliknja dari pada itoe, sesoeatoe ‘amal bagian ‘ibadah (Al-Hadits ‘alal-Qadim) tidak boleh melalaikan dengan meninggalkan ‘amal bagian ‘oeboedijah (Al-Hadits ‘alal-Hadits).
Sebab, sesoeatoe amal ibadah tidak boleh dianggap sah djika tidak ada persaksiannja (Fa’il, Fi’il dan Maf’oel).
Dengan djalan demikian, maka njatalah soedah, bahwa di dalam melakoekan sesoeatoe amal ibadah, kita tidak boleh meninggalkan salah satoenja, baik bagian djasmany maoepoen bagian roehanyahnja, dlohir maoepoen bathinnja, Begitoelah adjaran Islam, djika kita ingin memperboeat sesoeatoe amal perboeatan, jang sesoeai dengan perintah Allah dan Soennah Rasoeloellah Çlm.
Dengan pengetahoean akan tjara dan lakoe ber’amal jang seroepa itoe, maka setengah ‘Oelama membagi manoesia mendjadi tiga golongan:
1.Golongan Moeta-awilah, jaitoe golongan orang jang tjakap dan tjoekoep oentoek mendjalankan amal oeboedijah antara Hadits dan Hadits (Fail, Fiil dan Mafoelnja), tetapi boetalah ia dalam bagian ibadah Hadits’alal-Qadim (Abid, Ibadah dan Ma’boednja). Djadi dengan singkat: jang dikatakan “Golongan Moeta-awilah” ialah orang2 orang jang mendjalankan perintah2 Islam. Tetapi tidak mempoenjai Iman jang penoeh2 terhadap kepada Allah S.W.T.
2.Golongan Moeta-achirah, (kebalikan dari Moeta-awilah), ja’ni: orang-orang jang penoeh kepertjajaannya kepada Allah S.W.T. (‘Abid, ‘Ibadah dan Ma’boednja), tetapi tidak soeka atau segan mendjalankan sjari’at Nabi. Djadi ringkasnja ialah: orang2 jang iman penoeh2 kepada Allah, tetapi tidak mendjalankan sjari’at Nabi Moehammad Çlm. (hoekoem2 Islam) dengan sempoernanja.
3.Golongan Moetawasithah, ja’ni: golongan orang2 jang iman dengan penoeh2 kepada Allah S.W.T. dengan tegoeh dan koeatnja, serta menoeroeti djedjak Rasoeloellah Çlm. Jang sesemperna-sempoernanja.
Imannja kepada Allah SWT meresap dan masoek melipoeti roeh, hati (qalboe) dan rasanja, sedang Islamnja mendjalar dalam seloeroeh badan dan djasmanynja, baik jang beroepa pantja—indrinja maoepoen jang lainnja. Sehingga kepertjajaan (iman) jang tegoeh, koeat dan sentausa itoe mendjadi pendorong dan pengemoedi amal salih jang sebanjak-banjaknja Golongan ketiga inilah, jang senantiasa mendjadi tjita-tjita kaoem Party Sjarikat Islam Indonesia, ialah:
Djalan Hadits ‘alal-Hadits, bersama-sama dengan djalan Hadits ‘alal-Qadim. Atau Persatoen antara Iman dan Islam. Dalam badan roehany dan badan djasmanynja, jang kedoa badan ini poen tidak dapat dipisahkan antar satoe dengan jang lainnja, semasa kita masih dihidoepkan Allah di alam doenia ini; atau lebih tegas lagi: Djalan Moetawasithah.
Periksalah ringkas Gambar Amal di bawah ini
POKOK KE ENAM
Persatoean Manoesia dan ke-satoe-an Allah
(Al-Ittihad-oel-Islam dan Wahdaniyat Allah)
Mengingat Pokok kelima jang tsb, diatas, maka Persatoean Doenia Islam (Daroel-Islam), jang diharap-harapkan dan ditjita-tjitakan terdjadinja oleh Party S.I. Indonesia itoe, baik di Indonesia maoepoen di seloeroeh Doenia, Insja Allah, akan dapat berlakoe djika manoesia dan Masjarakat kita soedah sampai kepada tingkat “Hendak berbakti kepada Jang Maha Esa, Satoe2nya Zat Wadjib-oel-Woedjoed. Jang Pandai Menjelamatkan kita dan Masjarakat kita, doenia dan achiratnya”.
Dengan asas Bakti kepada Allah, dengan beralaskan dan bersandarkan kepada Iman jang tegoeh dan Tauhid jang sentausa, maka moedahlah akan toemboeh:
a. Persatoean Doenia Islam dengan sempoernanja, baik dlohir maoepoen bathinnja.
b. Persatoean antara Moeslim dengan Moeslim, dengan koeat dan tegoeh.
c. Persamaan dalam harkat—deradjat manoesia dan kedoedoekannja dalam Masjarakat, di dalam
maoepoen di loear hoekoem, dan perikatan antara bangsa dengan bangsa, antara Oemmat dengan Oemmat jang lainnja.
d. Dan lain-lain sbg—nja, menoeroet perintah Allah dan Soennah Rasoel, dan dengan djalan jang sedemikian itoe, Insja Allah kita mendapat Doenia Baroe, Doenia Islam, Dar—oel—Islam. Dar—oel—Falah, atau Dar—oel—Fatah.
Dan djika kita telah sampai kepada tingkat jang sedemikian itoe, maka tiap-tiap manoesia jang ber—toehankan kepada Allah dan ber—Nabikan kepada Rasoeloellah Çlm., nistjajalah dengan izin Allah akan dapat mendjalankan segenap hoekoem-hoekoem Allah, dengan sesempoerna-sempoernanja, menoeroet tjontoh dan tauladan dari Rasoeloellah Çlm., satoe-satoenja tjontoh jang dapat membawa kita membawa ke arah Falah dan Fatah itoe.
Keterangan
Roepanja dalam bagian ini tidak perloe kita perpandjangkan keterangannja. Hanjalah rasanja ada goenanja, djika kita koetipkan beberapa kalimat, jang termaktoeb dalam Tafsir Asas PSII:
….Bagi kita, kaoem PSII, jang telah melakoekan Bai’at kita, poen kita ta’ oesah was-was di dalam hati kita akan tertjapainja maksoed kita, kalau kita soenggoeh-soenggoeh melakoekan perintah-perintah Allah dan mendjaoehi larangannja.
(Tafsir asas P.S.I.I. Katja 20)
…..hendak mendjalankan Islam dengan seloeas-loeasnja dan sepenoeh-penoehnja.
(Tafsir asas P.S.I.I., Katja 5)
…..tjoekoeplah Al –Qoer –an dan hadits akan dipergoenakan oentoek dasar atau pedoman segala wet jang perloe kita bikin, sehingga keradjaan (staat) itoe boleh kita pimpin menoedjoe maksoed.
sebahagia-bahagianja tiap-tiap manoesia oentoek dirinja sendiri, dan membikin manoesia dengan sebisa-bisanja masing-masing mendjadi goena oentoek pergaoelan hidoep bersama dan oentoek peri kemanoesiaan seloeroehnja, dengan lantaran mentjerdaskan kepandaian djasmaniyah dan kebadjikan roehaniyah.
(Tafsir Asas P.S.I.I., katja 36 dan 37)
Dengan koetipan-koetipan itoe, teranglah soedah bahwa jang kita maksoedkan dengan peroebahan Masjarakat, hingga sampai kepada ‘Alam doenia Baroe itoe berlakoe dalam tiap-tiap lapisan dan golongan serta tingkatannja, baik jang mengenai keperloean diri maoepoen jang mengenai keperloean ‘oemoem, kepentingan pendoedoek (burger), hingga keperloean keradjaan (staat), keperloean jang seketjil-ketjilnja hingga jang sebesar-besarnja.
Periksalah ma’na dan maksoed ‘Ibadah, dalam Brosoer Hidjrah bagian pertama!
POKOK KETOEDJOEH
Pembagian daftar oesaha Hijrah
Oleh sebab itoe, maka pertama-tama sekali perloelah ada soetoe Pendahoeloean Kata, jang bersifat Penoendjoek Djalan ataoe Koentji dalam memasoeki “Dar-oes-Salam” atau “Dar-oel-Islam”.
Djika orang telah mengerti dan mengetahoei koentji itoe, dan pandai mempergoenakannja, Insja Allah ia akan dapat masoek dalam “Dar-oel-Islam” atau “Dar-oel-Islam” itoe. Dan, jika orang ta’ tahoe dan ta’ mengerti tjara memboekakan pintoe jang menoedjoe ke “Dar-oes-Salam” atau “Dar-oel-Islam” itoe, nistjajalah Doenia Baroe itoe selaloe akan tertoetoep Bagi dia.
Maka penerbit dan toentoenan jang seroepa itoe haroeslah poela bertaoeroet-toeroet dan berangsoer-angsoer, menoeroet bagian dan fasalnja masing2, mitsalnja:
Serie A Bagian Politik.
1. Politik Islam Nasional;
2. Politik Islam Inter—nasional;
3. Politik Islam terhadap Doenia Loear;
4. Dan lain—lain sebagainja.
Serie B Bagian Sosial.
1. Perhoeboengan antara diri manoesia, dengan manoesia jang lainnja;
2. Perhoeboengan antara manoesia dengan kampoengnja;
3. Perhoeboengan antara kampoeng dengan kampoeng;
4. Perhoeboengan antara negeri dengan negeri;
5. Dan lain—lain oesaha, jang semoeanja itoe berkenaan dengan kemaslahatan oemoem.
Serie C Bagian Ekonomi.
1. Ekonomi, jang berkenaan dengan keperloean :
a. Diri sendiri;
b. Roemah—tangga;
c. Kampoeng;
d. Negeri;
e. Dan lain2 jang bersangkoetan dengan ekonomi, tjara2 mengatoer dan membagi rizki.
2. Ekonomi dari golongan Islam terhadap kepada jang di loearnja.
Serie D Bagian ‘Ibadah.
1. Tauhid;
2. Shalat;
3. Dlls,
Serie E Bagian Tasawoef dan Filsafatoel—Adabijah.
1. Bagian Oemoem;
2. Bagian choesoes;
3. Dan lain2 sbg.—nja.
Serie F Bagian adjaran Islam jang lainnja.
1. Riwajat Rasoeloellah Çlm;
2. Riwajat Anbija—Allah;
3. Dan lain2 sebagainja.
Keterangan
Dengan rawaian di atas, perloelah ditjari dan didapatkan experten, ertinja: orang-orang jang ahli dalam sesoeatoe perkara, atau jang dianggap ahli dalam hal itoe, oentoek mengerdjakan satoe-satoenja bagian dari pada Daftar Oesaha Hidjar itoe:
Maka dengan djalan ini, moedahlah diperdapat toentoenan jang lengkap den sempoerna, dalam waktoe jang sesigera-sigeranja.
Poen tentang tjara-tjaranja memberikan toentoenan itoe haroes poela mendjadi perbintjangan dan kepoetoesan kita bersama. Sebab, pekerdjaan jang besar dan loeas, seperti jang kita seboetkan di atas, beloem poela dalam bagian jang berkenaan dengan Tafsir Al-Qoer-an. Terdjamah Hadits dlls, boekanlah soeatu kewadjiban, jang boleh ditanggoeng, oleh seorang atau doea orang manoesia sadja, melainkan haroes mendjadi tanggoengan tiap2 ahli dalam Agama Islam, baik dalam bagian mana poen djoega.
Insja Allah, dengan djalan ini Party kita akan madjoe selangkah, menoedjoe ke “Dar—oes—Salam”, atau “Dar—oes—Islam”, tempat manoesia mendapat Rahmat dan Ridlo dari pada Allah jang sempoerna.
POKOK KEDELAPAN
Tjara dan lakoe Hidjrah
Oleh sebab itoe, maka tjara dan lakoe kita berhidjrah, mendjalankan amal-perboeatan Hidjrah, tegasnja: menoentoet berlakoenja sjari’at Agama Islam dengan berangsoer-angsoer dan bertoeroet-toeroet boekanlah “Hidjrah ril-makan”. Jang bererti “pindah dari satoe tempat ke tempat jang lainnja, atau beralih dari satoe negeri ke negeri jang lainnja”, melainkan hidjrah kita itoe ialah:
1. Hidjrah bagian I’tiqad, hingga sampat kepada Iman jang sebersih-bersihnja,
2.Hidjrah bagian ‘amal oesaha, perboeatan dan lakoe langkah manoesia, sehingga achirnja mendjadi boekti persaksian akan apa jang mendjadi I’tiqad dan oetjapan lisan kita. Tegasnja: menoentoet berlakoenja hoekoem2 Allah dan Soennatirrasoel, dalam erti kata jang sesempoerna-sempoernanja dan seloeas-loeasnja.
Djadi erti hidjrah itoe ialah: Hidjrah dari “Mekkah-Indonesia” ke “Madinah-Indonesia”, atau dari “Mekkah-Indonesia”, ke “Habsji-Indonesia”, atau dari “Mekkah-Indonesia”, ke “Ief-Indonesia”, boekanlah sekali-kali kita haroes berpindah kampoeng dan negeri beralih daerah dan wilajah, melainkan hanjalah di dalam sifat, thabi’at, kelakoean, amal, itiqad dan lain-lain sbg.—nja.
Dan djika kedjadian ada orang pindah tempat, maka tidaklah kepindahannja itoe memang bersifat Hidjrah, maka pindah jang demikian itoe mendjadi perboeatan jang oetama.
Keterangan
Sebagaimana telah kita toeliskan dalam Brosoer Hidjrah, maka maksoed kita melakoekan Hidjrah sebagai Oemmat ialah dalam erti kata isti’arah (figuurlijk), karena tiada moemkin Party kita mendjalankannja dalam erti kata “leterlijk”.
Kata-kata “Mekkah-Indonesia”, “Madinah-Indonesia”, “Habsji-Indonesia”, Atau “Ief-Indonesia”, tidaklah menoendjoekkan kepada seseorang manoesia, atau segolongan orang, atau sesoeatoe tempat, tetapi semata-mata hanjalah menoendjoekkan kepada sifat dan woedjoed jang terkandoeng di dalamnja.
Tegasnja: sifat “Ke Mekkah-an”, sifat “Ke Madinah-an”, sifat “Ke Ief-an” dan sifat “Ke Habsji-an”.
Djadi, kalau kita haroes Hidjrah dari “Mekkah-Indonesia” berarti, bahwa kita haroes melepaskan sifat, thabi’at dan lakoe “Ke Mekkah-an” dan beralih menoedjoe kepada sifat, thabi’at dan lakoe “Ke Madinah-an”.
Adapoen jang kita maksoedkan “Madinah-Indonesia” ialah: Masjarakat Madinah pada zaman Rasoeloellah Çlm., teristimewa sekali pada zaman Madinah Awwal, atau lebih tegas lagi: “Dar-oel-Islam” jang sesempoerna-sempoernanja.
Oleh sebab kita soedah berniat Hidjrah atau dalam perdjalanan Hidjrah, atau dalam keadaan Hidjrah, maka soedah sewadjiblah kita haroes ber’itiqad, berthabi’at dan ber’amal-oesaha, menoeroet tjontoh dan tauladan dari pada Penghoeloe kita, Moehammad Çlm.
POKOK KE SEMBILAN
Kehidoepan Islam
Adapoen jang kita maksoedkan dengan “Kehidoepan Islam” ialah Kehidoepan dalam Masjarakat Madinah, atau Kehidoepan dalam Masjarakat “Madinah Indonesia” tegasnja Masjarakat Islam jang sempoerna.
Sjahdan, maka pada masa zaman Madinah adalah terkenal 3 golongan kaoem Moeslimin:
1. Golongan Kaoem Moehadjirin, ja’ni: orang-orang jang berasal dari Mekkah dan kemoedian pindah ke Madinah, karena Agamanja, dan karena fitnah dalam Agamanja;
2. Golongan Kaoem Ançar, ja’ni: orang-orang Madinah asli, jang telah memloek Agama Islam dan menerima kedatangan saudara-saudaranja dari Mekkah, tidak hanja sebagai “toean roemah”, tetapi sebagai saudara dalam perikatan Islam jang sedjati, sehingga mereka itoe mendjadi pelindoeng-pelindoeng atau “pembela-pembela” atas pendatang-pendatang baroe (kaoem Moehadjirin); dan
3.Golongan orang-orang beriman, jang ikoet djedjak Rasoeloellah Çlm (walladzina amanoe ma’ahoe) atau terkenal djoega dengan nama golongan “Tabi’in”, jaitoe orang-orang jang itba’ kepada perdjalanan Rasoeloellah Çlm. Orang-orang ini asalnja dari loer Mekkah dan dari loer Madinah, baik dari djaziratoel—Arab sendiri maoepoen dari tanah dan negeri jang lainnja. Sedamg orang-orang jang mengikoeti kemoedian dan ini jang dinamakan “Tabi’at—tabi’in”.
Keterangan
Oentoek melakoekan apa-apa jang telah dioetjapkan dalam Bai’at Aqaba jang kedoea: …..darahmoe ialah darahkoe, akoe adalah bagi kamoe, dan kamoe adalah bagikoe………”, antara Rasoeloellah Çlm, dan sahabat2 Ançar, maka terdirilah Madinah satoe Persatoean Oemmat jang kokoh dan sentausa, persatoean manoesia, jang berdiri atas Wahdanijat Allah S.W.T.
Pada waktoe itoe pekerdjaan jang moela pertama, didjalankan oleh Rasoeloellah Çlm.:
Memboeat masdjid Madinah jang pertama, jang selainnja dipergoenakan oentoek keperloean sembahjang dan moe’amalah, djoega jang berhoeboengan dengan bagian alhajatoel-idjtima’iyah, yang beroepa moesjawarat, pengadjaran, pendidikan dalam oeroesan sosial, politik dan lain-lain sebagainja.
Dan perboeatan kedoe, jang dilakoekan oleh Rasoeloellah Çlm, pada waktoe itoe ialah:
Tentang Pembagian Rizki (Ekonomi), jang berdiri atas dasar ke-ichlasan dan qana’at, persaudaraan (solidariteit) dan perikatan jang erat (collektivisme), jang semoeanja peratoeran Nabi—Nja.
Dengan djalan ini, maka harta jang lebih dari pada tiap2 keperloean diri dan roemah-tangga masoeklah dalam Tempat Perbendaharaan Oemoem, atau Bait—oel—Mal. Jang lebih, dimasoekkan di dalamnja; dan jang koerang, ditambah dan ditjoekoepkan olehnja (Bait-oel-Mal).
Maka dari sendirinja, tidaklah ada penimboenan harta-benda jang keliwat-liwat, atau ketiadaan benda (kemiskinan) jang ledis.
Inilah gambarannja “Doenia—Islam”, jang kita kehendaki itoe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.