Mengqadha Shalat

 

Mengqadha sholat artinya adalah melaksanakan sholat yang telah berlalu waktunya. Mengqadha sholat bisa dilakukan terhadap sholat yang ditinggalkan secara tidak sengaja dan secara sengaja, sesuai ketentuan dalam syariah Islam. Mengqadha sholat juga bisa dilakukan dengan berjama’ah sesuai ketentuan syariah.

Sayyid Sabiq dalam Fiqih Sunnah mengatakan:

اتفق العلماء على أن قضاء الصلاة واجب على الناسي والنائم

“Mengqadha shalat adalah wajib menurut kesepakatan ulama bagi orang yang lupa dan tertidur.” 


Beberapa ketentuan tentang mengqadha sholat sebagai berikut :

1. Mengqadha sholat yang ditinggalkan tidak sengaja. Hal ini berlaku ketika seseorang lupa melaksanakan sholat atau tertidur, maka ketika ia ingat atau bangun haruslah melaksanakan sholat yang terlupa tadi.

a. Lupa

Dari Anas bin Malik RA dari Nabi SAW beliau bersabda:

مَنْ نَسِيَ صَلاَةً فَلْيُصَلِّهَا إِذَاذَكَرَهَا لاَكَفَّارَةَ لَهَاإِلاَّ ذَلِكَ

Barang siapa lupa mengerjakan shalat, hendaklah dia mengerjakan pada saat teringat. Tidak ada kafarat baginya, melainkan hanya itu saja. (HR Bukhari dan Muslim)

Rasulullah SAW bersabda,

مَنْ نَسِيَ صَلاَةً أَوْنَامَ عَنْهَا فَكَفَّارَتُهَا أَنْ يُصَلِّيَهَا إِذَا ذَكَرَهَا.

Barang siapa lupa mengerjakan shalat atau tertidur sehingga tidak mengerjakan shalat maka kafarat(denda/sangsi)-nya adalah dengan mengerjakannya ketika dia telah ingat. (HR Muslim)

Dari Ibnu Abbas, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda,

اِذَا نَسِيَ أَحَدُكُمْ صَلاَةً مَكْتُوْبَةً فَلْيُتِمَّ الَّتِى هُوَ فِيْهَا, فَإِذَا فَرَغَ مِنْهَا قَضَى الَّتِى نَسِيَ.

Apabila salah seorang kalian meninggalkan shalat fardhu karena lupa, hendaklah ia menyempurnakan shalat fardhu yang sedang ia lakukan itu. Dan jika telah selesai, ia baru mengqadha’ shalat yang ia tinggalkan tersebut. (HR Baihaqi)


b. Tertidur

Dari Anas bin Malik RA, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ نَسِيَ صَلَاةً أَوْ نَامَ عَنْهَا فَكَفَّارَتُهَا أَنْ يُصَلِّيَهَا إِذَا ذَكَرَهَا

“Barangsiapa yang lupa melaksanakan shalat atau tertidur darinya, maka dendanya adalah dia melaksanakan shalat tersebut ketika dia mengingatnya.” [HR Al Bukhari dan Muslim]

أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِيْنَ قَفَلَ مِنْ غَزْوَةِ خَيْبَرَ سَارَ لَيْلَهُ, حَتَّى إِذَا أَدْرَكَهُ الْكَرَى عَرَّسَ وَقَالَ لِبِلاَلٍ: إِكْلاَءْ لَنَ اللَّيْلَ, فَصَلَّى بِلاَلٌ مَاقُدِّرَ لَهُ, وَنَامَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْحَابَهُ , فَلَمَّاتَقَارَبَ الْفَجْرُ, اسْتَنَدَ بِلاَلٌ اِلَى رَاحِلَتِهِ مُوَاجهَ الْفَجْرِ, فَغَلَبَتْ بِلاَلاً عَيْنَاهُ وَهُوَ مُسْتَنِدٌ إِلَى رَاحِلَتِهِ, فَلَمْ يَسْتَيْقِظْ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلاَ بِلاَلٌ وَلاَ أَحَدٌ مِنْ أَصْحَابِهِ حَتَّى ضَرَبَتْهُمُ الشَّمْسُ , فَكَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوَّلَهُمْ اِسْتِيْقَاظًا, فَفَزِعَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: أَيْ بِلاَلُ! فََقَالَ بِلاَلٌ : أَخَذَ بِنَفْسِي الَّذِي أَخَذَ – بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّيْ يَارَسُوْلَ اللهِ – بِنَفْسِكَ , قَالَ : إِقْتَادُوْا! فَاقْتَادُوْا رَوَاحِلَهُمْ شَيْئًا , ثُمَّ تَوَضَّأَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , وَأَمَرَ بِلاَلاً فَأَقَمَ الصَّلاَةَ, فَصَلَّى بِهِمُ الصُّبْحَ, فَلَمَّاقَضَى الصَّلاَةَ قَالَ: مَنْ نَسِيَ الصَّلاَةَ فَلْيُصَلِّهَا إِذَاذَكَرَهَا, فَإِنَّ اللهَ قَالَ: (وَأَقِمِ الصَّلَؤةَ لِذِكْرِى) قَالَ يُوْنُسْ: وَكَانَ ابْنُ شِهَابِ يَقْرَؤُهَا: لِلذِّكْرَى. 

Dari Abu Hurairah Ra, berkata Bahwasanya Rasulullah  pulang dari perang Khaibar, maka beliau berjalan pada malam hari. Hingga ketika diserang rasa kantuk, maka beliau istirahat dan bersabda kepada Bilal, 'Jaga kami malam ini.' Maka Bilal pun mendirikan shalat sebanyak yang di-takdirkan untuknya. Sedangkan Nabi dan para sahabatnya tidur. Tatkala mendekati waktu fajar, maka Bilal bersandar ke hewan tunggangannya menghadap ke arah terbitnya fajar. Namun Bilal tertidur dalam keadaan bersandar ke hewan tunggangannya. Rasulullah SAW tidak bangun, tidak juga Bilal, dan tidak seorang sahabat pun hingga sinar matahari mengenai mereka. Rasulullah adalah yang pertama kali terbangun. Rasulullah kaget dan berseru, 'Wahai Bilal!' Bilal menyahut, 'Ayah dan ibuku menjadi tebusanmu wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah telah mengambil jiwaku sebagaimana Dia mengambil jiwamu.' Rasulullah bersabda, 'Tuntunlah hewan-hewan kalian.' Maka mereka pun menuntun hewan-hewan mereka beberapa jarak. Kemudian Rasulullah M berwudhu dan menyuruh Bilal untuk mengumandangkan iqamat shalat. Beliau shalat mengimami para sahabat Shalat Shubuh. Seusai shalat beliau bersabda, 'Barangsiapa yang lupa dari shalat, hendaklah dia me-nunaikannya ketika dia ingat, karena sesungguhnya Allah SAW berfirman, 'Dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku'." (HR Muslim)

Dalam riwayat Muslim disebutkan dalam hadis yang lain bahwa Nabi SAW pernah melakukan suatu perjalanan bersama para shahabat. Di malam harinya, mereka singgah di sebuah tempat untuk beristirahat. Namun mereka kesiangan dan yang pertama bangun adalah Rasulullah SAW karena sinar matahari. Kemudian, beliau berwudhu dan beliau memerintahkan agar azan dikumandangkan. Lalu, beliau melaksanakan shalat qabliyah subuh, kemudian beliau perintahkan agar seseorang beriqamah, dan beliau melaksanakan shalat subuh berjemaah. Para sahabatpun saling berbisik, ‘Apa penebus untuk kesalahan yang kita lakukan karena telat shalat?’ Mendengar komentar mereka, Nabi SAW bersabda,

أَمَا إِنَّهُ لَيْسَ فِيَّ النَّوْمِ تَفْرِيطٌ، إِنَّمَا التَّفْرِيطُ عَلَى مَنْ لَمْ يُصَلِّ الصَّلَاةَ حَتَّى يَجِيءَ وَقْتُ الصَّلَاةَ الْأُخْرَى، فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَلْيُصَلِّهَا حِينَ يَنْتَبِهُ لَهَا

“Sesungguhnya ketiduran bukan termasuk menyia-nyiakan shalat. Yang disebut menyia-nyiakan shalat adalah mereka yang menunda shalat, hingga masuk waktu shalat berikutnya. Siapa yang ketiduran hingg telat shalat maka hendaknya dia laksanakan ketika bangun…” (HR. Muslim)


Dari Imran bin Husain RA dia berkata, 

سِرْنَا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, فَعَرَّسَ بِنَا مَنَ السَّحَرِ, فَمَااسْتَيْقَظْنَا إِلاَّ بِحَرِّ الشَّمْسِ . قَالَ: فَقَامَ الْقَوْمُ دَهِشِيْنَ مُسْرِعِيْنَ لِمَافَاتَهُمْ مِنْ صَلاَتِهِمْ.فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اِرْكَبُوْا, فَرَكِبْنَا, فَسِرْنَا حَتَّى طَلَعَتِ الشَّمْسُ, ثُمَّ نَزَلَ وَنَزَلْنَاوَقَضَى الْقَوْمُ مِنْ حَوَائِجِهِمْ وَتَوَضَّأُوْا, فَأَمَرَ بِلاَلاً فَأَذَّنَ وَصَلَّى رَكْعَتَي الْفَجْرِ وَصَلَّيْنَا, ثَمَّ أَمَرَهُ فَأَقَامَ فَصَلَّى بِنَا. فَقُلْنَا: يَارَسُوْلَ اللهِ , أَلاَ نُصَلِّى هَاذِهِ الصَّلاَةَ فِيْ وَقْتِهَا؟ قَالَ: لاَ, لاَيَنْهَاكُمُ اللهُ عَنِ الرِّبَاوَيَقْبَلُهُ مِنْكُمْ.

"Kami pernah berjalan bersama Rasulullah Di waktn sahur beliau istirahat bersama kami. Tidaklah kami bangun dari tidur, melainkan disebabkan panas matahari." Imran bin Hushain berkata lagi, "Maka orang-orang pun bangun dalam keadaan kaget dan terburu-buru karena terlewatkan dari mengerjakan shalat. Nabi Muhammad bersabda, 'Naikilah hewan-hewan kalian.' Maka kami pun menaiki hewan-hewan kami dan berjalan hingga matahari terbit. Kemudian beliau singgah dan kami pun singgah. Orang-orang menunaikan hajat mereka dan berwudhu. Nabi kemudian memerintahkan Bilal untuk mengumandangkan adzan. Setelah itu beliau shalat dua rakaat Fajar, dan kami pun shalat. Lalu beliau memerintahkan Bilal untuk mengumandangkan shalat, lantas beliau shalat mengimami kami. Kami kemudian bertanya, 'Wahai Rasulullah, tidakkah kita (perlu) mengerjakan shalat ini pada waktunya nanti Beliau ber¬sabda, 'Tidak, tidaklah Allah melarang kalian dari riba lalu Dia (sendiri) menerimanya dari kalian'."(HR Bukhari)


Adapun untuk qadha sholat shubuh maka disunahkan untuk mengeraskan bacaan seperti layaknya sholat shubuh, sekalipun dilaksanakan pada pagi hari ketika matahari sudah meninggi. 


Orang yang tertidur dihukumi sama dengan orang yang tidak sadarkan diri selama tiga hari atau kurang. Pendapat itu telah diriwayatkan dari Ammar, ‘Imran bin Hushain, dan Samurah bin Jundab RA “Adapun jika masa tidak sadarkan diri itu lebih dari itu, tidak ada kewajiban baginya untuk meng-qadha-nya, karena orang yang tidak sadarkan diri dalam waktu lebih dari tiga hari sama dengan orang yang tidak waras dan hilang akal. 


2. Mengqadha sholat yang ditinggalkan ketika sedang berperang. Situasi peperangan yang tidak menentu sering menyulitkan untuk melaksanakan sholat, sekalipun dengan isyarat. Maka ketika situasi sudah cukup kondusif untuk sholat, komandan pasukan memimpin pelaksanaan sholat berjama’ah dan menggantikan sholat yang tertinggal.

قَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْعُودٍ إِنَّ الْمُشْرِكِينَ شَغَلُوا رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَرْبَعِ صَلَوَاتٍ يَوْمَ الْخَنْدَقِ حَتَّى ذَهَبَ مِنْ اللَّيْلِ مَا شَاءَ اللهُ فَأَمَرَ بِلَالًا فَأَذَّنَ ثُمَّ أَقَامَ فَصَلَّى الظُّهْرَ ثُمَّ أَقَامَ فَصَلَّى الْعَصْرَ ثُمَّ أَقَامَ فَصَلَّى الْمَغْرِبَ ثُمَّ أَقَامَ فَصَلَّى الْعِشَاءَ

Abdullah bin Mas'ud berkata; "Orang orang Musyrik telah menyibukkan Rasulullah SAW dari melaksanakan empat waktu shalat, pada hari perang Khandaq sampai malam berlalu dengan kehendak Allah. Kemudian beliau memerintahkan Bilal (untuk mengumandangkan adzan), maka Bilal pun mengumandangkan adzan dan Iqamat. Beliau kemudian melaksanakan shalat zhuhur, kemudian Bilal iqamat lalu beliau shalat asar. Kemudian Bilal iqamat lalu beliau shalat maghrib. Kemudian Bilal iqamat lalu beliau melaksanakan shalat isya."  (HR Tirmidzi)


Dalam satu peperangan, Rasulullah SAW dan para sahabat sedemikian sibuknya berperang sampai sulit melaksanakan sholat Ashar hingga matahari tenggelam, akhirnya sholat Ashar dilaksanakan ketika matahari sudah tenggelam dan setelah itu langsung melaksanakan sholat maghrib.

Al-Bukhari meriwayatkan di dalam shahihnya, dari Jabir bin Abdullah RA

أَْنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ جَاءَ يَوْمَ الْخَنْدَقِ بَعْدَ مَاغَرَبَتِ الشَّمْسُ, فَجَعَلَ يَسُبُّ كُفَّارَ قُرَيْشٍ, قَالَ: يَارَسُوْلَ اللهِ , مَاكِدْتُ أُصَلِّي الْعَصْرَ حَتَّى كَادَتِ الشَّمْسُ تَغْرُبُ, قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : وَاللهِ مَاصَلَّيْتُهَا. فَقُمْنَاإِلَى بُطْحَانَ, فَتَوَضَّأَ لِلصَّلاَةِ وَتَوَضّأْنَا لَهَا, فَصَلَّى الْعَصْرَ بَعْدَ مَاغَرَبَتِ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى بَعْدَهَاالْمَغْرِبَ. 

“Bahwasanya Umar bin al-Khaththab dating pada hari perang Khandak setelah matahari tenggelam. Dia mulai menci maki orang-orang Quraisy. Dia berkata, Wahai Rasulullah, hampir-hampir aku tidak shalat ashar hingga ketika matahari hampir tenggelam . Nabi SAW bersabda, Demi Allah, aku sendiri belum menunaikannya. Maka kami pun beranjak  ke Buthan. Beliau berwudlu untuk shalat dan kami pun berwudhu untuk shalat. Beliau shalat ashar mengimami kami setelah matahari tenggelam, setelah itu shalat maghrib.


Dalam riwayat Attirmidzi disebutkan hadits serupa yaitu :

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ قَالَ يَوْمَ الْخَنْدَقِ وَجَعَلَ يَسُبُّ كُفَّارَ قُرَيْشٍ قَالَ يَا رَسُولَ اللهِ مَا كِدْتُ أُصَلِّي الْعَصْرَ حَتَّى تَغْرُبَ الشَّمْسُ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَاللهِ إِنْ صَلَّيْتُهَا قَالَ فَنَزَلْنَا بُطْحَانَ فَتَوَضَّأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَتَوَضَّأْنَا فَصَلَّى رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْعَصْرَ بَعْدَ مَا غَرَبَتْ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى بَعْدَهَا الْمَغْرِبَ

Dari Jabir bin Abdullah berkata: "Pada saat perang Khandaq, Umar bin Khaththab mencerca orang-orang kafir Quraisy seraya mengatakan, "Wahai Rasulullah, hampir-hampir saya tidak bisa melaksanakan shalat asar hingga matahari tenggelam!" Rasulullah SAW kemudian menjawab: "Demi Allah, aku juga belum melaksanakannya." Jabir berkata; "Kemudian kami singgah di Buthhan (sebuah lembah di Madinah), lalu Rasulullah SAW berwudlu dan kamipun ikut berwudlu, Rasulullah SAW kemudian melaksanakan shalat asar setelah matahari tenggelam, setelah itu beliau melaksanakan shalat maghrib." (HR Tirmidzi)


Demikianlah pembahasan tentang sholat qashar dan jama’ ini sesuai tuntunan Al Quran dan Sunnah Rasulullah SAW. Semoga tulisan ini bisa memberikan penjelasan dan panduan kepada kaum muslimin. Aamiin yaa rabbal ‘alamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.