مقدمة علم التجويد
Bacaan Al Qur’an sebagaimana yang bisa kita dengar sekarang merupakan bacaan Al Qur’an yang sama yang diturunkan Allah SWT melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW.
Pada generasi-generasi awal, cara membaca Al Qur’an diwariskan secara lisan. Tradisi lisan ini dituntut dari seorang qari (pembaca) untuk menjaga keaslian (أَصَالَة) bacaan Al-Qur’an seperti yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. melalui Jibril. Allah Swt. berfirman:
فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ (١٨)
"Apabila kami Telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu. "(QS. 75:18)
Karena itu, Rasul pun menunjuk dan memberi kepercayaan kepada beberapa orang sahabat untuk mengajarkannya, di antara mereka adalah Muadz bin Jabal, Ubay bin Ka'ab, dan Salim Maula Abi Hudzaifah.
Para sahabat kemudian mengajarkan kepada para tabi'in, dan demikianlah seterusnya Alquran diajarkan secara turun temurun dalam keadaan asli tanpa terkurangi huruf-hurufnya, kalimat-kalimatnya, bahkan sampai cara membacanya.
Namun seiring dengan perkembangan waktu dimana cara membaca Al Qur’an ini semakin sedikit yang menguasainya, para ulama qiro’at menyusun kaidah-kaidah dalam membaca Al Qur’an. Sehingga kaum muslimin di kemudian hari tetap dapat membaca Al Qur’an sebagaimana aslinya. Kaidah-kaidah membaca Al Qur’an inilah yang disebut dengan Ilmu Tajwid.
Buku ini berusaha menguraikan Ilmu Tajwid secara ringkas, yang meliputi pengertian hukum bacaan dan contoh-contoh bacaannya. Memang tidak seluruh bahasan Ilmu Tajwid disajikan dalam buku ini mengingat luasnya materi tajwid. Namun diharapkan dengan adanya buku ini dapat menjadi buku pendamping dalam pembelajaran ilmu tajwid.
Dalam belajar ilmu tajwid, tidak ada methode yang lebih baik dari pada methode Talaqqi. Dalam methode talaqqi, pelajaran ilmu tajwid dipelajari secara face to face, berhadap-hadapan antara seorang guru dengan murid, dimana murid membaca dari alfatihah sampai annaas yang disetor langsung kepada guru talaqqinya.
Dalam mempelajari Al Qur’an, ada 3 (tiga) aspek yang dipelajari yaitu membacanya (tahsin tilawah), mengkajinya (tadabbur) dan menghafalnya (tahfiz). Buku ini menyajikan secara ringkas ilmu tajwid yang dipergunakan dalam Tahsin Tilawah.
Tahsin tilawah adalah membaca Al Quran dengan membaguskan tajwidnya. Tahsin merupakan perintah Allah SWT.
أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلا (٤)
“Atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan tartil.” Qs. 73: 4
Dalam Tafsir Quranil Azhim disebutkan bahwa Aisyah RA menjelaskan bahwa apabila Rasulullah SAW membaca Al Quran dengan tartil sehingga bacaan yang seharusnya dibaca panjang memang dibaca panjang.
وَعَنْ قَتَادَةَ قَالَ: سُئِلَ أَنَسٌ: كَيْفَ كَانَتْ قِرَاءَةُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ فَقَالَ كَانَتْ مَدًّا , ثُمَّ قَرَأَ بِسْمِ الله الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ, يَمُدُّ بِبِسْمِ الله, وَيَمُدُّ بِالرَّحْمَنِ, وَيَمُدُّ بِالرَّحِيْمِ. رواه البخاري
Dan dari Qatadah, ia berkata, Anas RA pernah ditanya,”Bagaimana bacaan Nabi SAW?” Lalu ia menjawab, “Bacaannya panjang (madd), kemudian ia membaca, “BISMILLAH RAHMAANIR RAHIM”, ia panjangkan “BISMILLAH”, ia panjangkan “AR-RAHMAAN” dan ia panjangkan, “AR-RAHIIM”.(H.R. Bukhari)
Dari mana kita mengetahui suatu bacaan dibaca panjang atau pendek ? Jawaban atas pertanyaan ini tidak lain dengan mempelajari ilmu tajwid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.