Menelaah pertentangan Hadits dengan Al Quran


 

Dalam bukunya Yusuf Qardhawi mengingatkan perlu kiranya diingatkan agar setiap muslim jangan sembarangan melontarkan tuduhan adanya keberlawanan antara hadis-hadis dan Al-Quran, tanpa dasar yang sahih.

Diantaranya adalah kaum Mu'tazilah telah amat jauh menyimpang dari kebenaran, ketika mereka berani menolak hadis-hadis yang sahih dan dikenal secara luas mengenai diberikannya syafaat di akhirat, kepada Rasulullah saw. dan saudara-saudara beliau: para nabi, serta para malaikat dan kaum mukminin yang saleh. Yakni syafaat yang ditujukan untuk orang-orang yang berdosa dari kalangan ahli tauhid. Dan Allah SWT akan memuliakan mereka dengan karunia dan rahmat-Nya, serta syafaat dari para ahli syafaat tersebut, sehingga mereka tidak akan masuk neraka sama sekali, atau memasukinya untuk sementara, sampai keluar lagi setelah suatu masa tertentu; dan pada akhirnya, masuk surga untuk selama-lamanya.

Hal ini adalah di antara kemurahan Allah SWT atas hamba-hamba-Nya, dengan mengutamakan sifat rahmah-Nya atas sifat keadilan-Nya. Yaitu dengan menjadikan ganjaran atas satu perbuatan-baik, sebanyak sepuluh sampai tujuh ratus kali lipat atau lebih dari itu. Dan menjadikan hukuman atas satu perbuatan buruk, hanya sebanding dengannya saja, atau bahkan mengampuninya sama sekali. Dan dijadikan-Nya pula pelbagai penghapus dosa-dosa, berupa shalat-shalat lima waktu. shalat Jumat, puasa Ramadhan dan shalat-shalat sunnah pada malam harinya, sedekah-sedekah, haji dan umroh. tasbih, tahlil, takbir, tahmid serta pelbagai zikir dan doa lainnya.

Bahkan kesusahan apa saja yang menimpa diri seorang Muslim, baik yang berupa kelelahan. penyakit menahun, kerisauan hati, kesedihan ataupun gangguan yang sekecil-kecilnya. tertusuk duri, dan lain-lainnya; semua itu merupakan peluang bagi diperolehnya pengampunan Allah SWT atas kekeliruan-kekeliruan (dosa-dosa) yang dilakukan olehnya.

Di samping itu pula, Allah SWT menjadikan doa orang-orang mukmin baginya, setelah ia wafat. baik yang berasal dari kcluarganya ataupun selain mereka, semuanya bermanfaat baginya, dalam kuburnya.

Maka, berdasarkan itu semua. tidaklah mengherankan apabila Allah SWT memuliakan hamba-hamba-Nya yang terpilih dan yang baik-baik, dengan mengizinkan mereka bersyafaat bagi siapa saja yang dikehendaki oleh-Nya, yang meninggal dunia dengan menyandang kalimat tauhid. Sungguh banyak hadis yang menjelaskan hal ini. antara lain:


Para pelaku dosa besar yang masuk neraka yang disebut Jahannamiyyun selama masih ada iman ada peluang untuk masuk surga dengan syafa’at Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dari ‘Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَخْرُجُ قَوْمٌ مِنَ النَّارِ بِشَفَاعَةِ مُحَمَّدٍ – صلى الله عليه وسلم – فَيَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ ، يُسَمَّوْنَ الْجَهَنَّمِيِّينَ

“Ada suatu kaum keluar dari neraka dengan Syafa’at Muhammad -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, lalu ia memasuki surga. Mereka disebut dengan Jahannamiyyin.” (HR. Bukhari, no. 6566)

'Akan ada sekelompok orang yang keluar dari neraka dengan syafaat; tubuh-tubuh mereka seperti tanaman Asparagus". (HR Bukhari dan Muslim, dari Jabir)

"Akan ada orang-orang yang masuk surga dengan syafaat seseorang dari umatku. Jumlah mereka lebih banyak dari anggota suku Tamim." (HR Tirmidzi dari Al Hakim, dari Abdullah bin Abi Al-Jada)

"Seorang syuhada akan bersyafaat untuk tujuh puluh orang dari keluarganya." (HR Abu Daud dari Abu Ad-Darda')

'Orang yang paling beruntung dengan memperoleh syafaatku. pada hari Kiamat, adalah yang mengucapkan la ilaha illallah secara lulus dari dalam hatinya." (HR Bukhari dari Abu Hurairah).

"Setiap Nabi tersedia baginya doa yang pasti dikabulkan. Maka aku — insya Allah — akan menyimpan doaku itu untuk bersyafaat bagi umatku, kelak pada hari Kiamat." (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)

"Setiap Nabi pernah mengajukan permintaan. (Atau, dalam riwayat lainnya): Setiap Nabi diberi kesempatan berdoa, lalu ia telah mengajukannya dan telah dikabulkan. Namun aku akan meiiyimpan permohonanku agar menjadi syafaat bagi umatku, pada hari Kiamat." (HR Bukhari dan Muslim dari Anas)

Dan disebutkan dalam sebuah hadis yang dirawikan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Sa'id: ". . . maka para nabi, malaikat dan kaum mukmin mengajukan syafaat mereka. Dan setelah itu, (Allah) Yang Mahaperkasa berkata: 'Masih ada syafaat-Ku.' Lalu la mencabut, dengan genggaman-Nya, sejumlah manusia dari neraka. Mereka ini telah hangus terbakar, kemudian dilemparkan ke sebuah sungai di pinggiran surga, bernama Air Kehidupan . . [Al-Hadits]

"Setiap Nabi tersedia baginya satu doa mustajab (pasti dikabulkan oleh Allah SWT). Maka semua Nabi telah menyegerakan permintaan nya, kecuali aku. Sebab aku masih menyimpan permintaanku itu agar menjadi syafaat utituk umatku, kelak pada Hari Kiamat. Maka syafaatku itu — insya Allah — mencapai siapa saja dari umatku yang meninggal dunia dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan apa pun selain-Nya." (HR Muslim dan Tirmidzi serta Ibn Majah dari Abu Hurairah)

Demikianlah, beberapa hadis tentang syafaat. Namun, kaum Mu'tazilah, karena mereka lebih memenangkan ancaman hukuman atas janji pahala, keadilan atas rahmat, dan akal atas dalil agama, maka mereka pun menolak hadis-hadis seperti itu, betapa pun kuat keduduk-annya dan jelas petunjuknya.

Adapun dalih mereka bagi penolakannya adalah bahwa hadis-hadis tentang syafaat itu, bertentangan dengan Al-Quran yang menafikan adanya syafaat dari para pemberi syafaat. Padahal, siapa saja yang membaca Al-Quran, tidak akan mendapati di dalamnya, selain penafian adanya syafa'ah syirkiyah (syafaat yang berdasarkan syirik) yang dipercayai oleh orang-orang Arab yang musyrik, atau para penganut agama-agama lain yang menyimpang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.