Hukum Istiadzah dan Basmalah


 

A. Keutamaan Membaca Isti'adzah 

Yang dimaksud dengan isti'adzah adalah membaca 

أَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَيْطَانِ الرَّجِيمِ

Hukum membaca isti'adzah sebelum memulai tilawah adalah sunnah. Firman Allah Swt: 

فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ (٩٨)

"Apabila kamu hendak membaca Alquran maka berlindunglah kepada Allah dari syetan yang terkutuk. "(QS. 16:98)

Lafal isti'adzah diatas dapat ditambah dengan 

السَّمِيعِ العَلِيمِ  . Sehingga bunyinya menjadi,

أَعُوذُ بِاللهِ السَّمِيعِ العَلِيمِ  مِنَ الشَيْطَانِ الرَّجِيمِ   


Imam Ibnul Qoyim menjelaskan beberapa hal mengapa Allah SWT menganjurkan kepada setiap pembaca Alquran untuk beristi'adzah atau memohon pelindungan Allah dari godaan setan yang terkutuk. 

1. Alquran adalah obat untuk penyakit-penyakit hati. Allah SWT berflrman: 

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ (٥٧)

"Wahai manusia, telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman." (QS. 10:57) 

Maka, ketika Allah memerintahkan kepada kita beristi'adzah, maksudnya adalah agar Alquran benar-benar kita fungsikan sebagai syifa' bagi penyakit-penyakit yang ada di dalam dada-tanpa dipengaruhi oleh setan. 

2. Setan diciptakan dari api yang bisa membakar apa saja. Sedangkan Alquran adalah dzat yang dapat membawa hidayah, pengetahuan dan siraman bagi hati. Karena itu Allah menyuruh beristi'adzah agar setan tidak mampu membakar sekaligus sebagai peredam. 

3. Sesungguhnya malaikat selalu mendekati pembaca Alquran dan mendengarkannya, sebagaimana pernah terjadi pada Usaid bin Hudhair, ketika membaca Alquran ia melihat semacam awan yang di dalamnya terdapat lampu-lampu mendekatinya. Ketika ditanyakan kepada Rasulullah SAW, beliau menyatakan bahwa itu adalah malaikat (Sebagaimana dijelaskan di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim). Oleh karena itulah Allah menyuruh beristi'adzah agar terhindar dari kehadiran setan namun selalu dihadiri malaikat.

4. Allah SWT menjelaskan bahwa setan dan bala tentaranya selalu berusaha memalingkan manusia dari mengingat Allah. Ketika seseorang membaca Alquran, setan terus mengganggunya dan mencegahnya dari mentadabburi Alquran. Allah berfirman:

وَاسْتَفْزِزْ مَنِ اسْتَطَعْتَ مِنْهُمْ بِصَوْتِكَ وَأَجْلِبْ عَلَيْهِمْ بِخَيْلِكَ وَرَجِلِكَ وَشَارِكْهُمْ فِي الأمْوَالِ وَالأولادِ وَعِدْهُمْ وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيْطَانُ إِلا غُرُورًا (٦٤)

“Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. dan tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan tipuan belaka[861]. (Qs 17:64)

إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ وَكَفَى بِرَبِّكَ وَكِيلا 

“Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka. dan cukuplah Tuhan-mu sebagai Penjaga". (Qs 17:65)


5. Dalam hadits dijelaskan bahwa Allah sangat bersemangat mendengarkan tilawah Alquran dari hamba-hamba-Nya. Sabda Rasulullah,

حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الطَّالَقَانِيُّ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ بْنُ مُسْلِمٍ عَنِ الْأَوْزَاعِيِّ عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ عَنْ فَضَالَةَ بْنِ عُبَيْدٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَلَّهُ أَشَدُّ أَذَنًا إِلَى الرَّجُلِ حَسَنِ الصَّوْتِ بِالْقُرْآنِ مِنْ صَاحِبِ الْقَيْنَةِ إِلَى قَيْنَتِهِ

“Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim Ath Thalaqani Telah menceritakan kepada kami Al Walid bin Muslim dari Al Auza'i dari Isma'il bin 'Ubaidullah dari Fadlalah bin 'Ubaid dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasalam bersabda: "Sungguh Allah lebih mendengar bagusnya bacaan Al Qur`an yang dibaca oleh orang yang bagus suaranya melebihi (pendengaran) pemilik budak wanita penyanyi terhadap nyanyiannya." (HR Ahmad No.22821)


6. Setan sangat suka mendengarkan alunan-alunan musik yang membuai. Maka dengan isti'adzah, insya Allah dapat menghindarkan pembaca dari kehadiran setan, dan sebaliknya kehadiran Allah. 

7. Setan mempunyai sifat ingin mencegah siapa saja yang ingin berbuat amal saleh, termasuk orang yang ingin atau sedang membaca Alquran. Bahkan Nabi pun digodanya. 

حَدَّثَنَا مَحْمُودٌ حَدَّثَنَا شَبَابَةُ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ زِيَادٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ صَلَّى صَلَاةً قَالَ إِنَّ الشَّيْطَانَ عَرَضَ لِي فَشَدَّ عَلَيَّ لِيَقْطَعَ الصَّلَاةَ عَلَيَّ فَأَمْكَنَنِي اللَّهُ مِنْهُ فَذَعَتُّهُ وَلَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ أُوثِقَهُ إِلَى سَارِيَةٍ حَتَّى تُصْبِحُوا فَتَنْظُرُوا إِلَيْهِ فَذَكَرْتُ قَوْلَ سُلَيْمَانَ عَلَيْهِ السَّلَام رَبِّ { هَبْ لِي مُلْكًا لَا يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ بَعْدِي } فَرَدَّهُ اللَّهُ خَاسِيًا

Telah menceritakan kepada kami Mahmud telah mengabarkan kepada kami Syababah telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Muhammad bin Ziyad dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bahwasanya Beliau ketika selesai dari mengerjakan shalat berkata: "Sesungguhnya setan menghampiriku lalu menggangguku untuk memutus shalatku tapi Allah memenangkan aku atasnya dan aku berkehendak untuk mengikatnya di salah satu tiang masjid sampai pagi hari sehingga kalian semuanya dapat melihatnya. Namun aku teringat ucapan Sulaiman Alaihissalam yang berdo'a: Ya Rabb, anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak akan dimiliki oleh seorangpun setelah aku" telah memberitakan kepada kami (QS. Shad 35). Maka kemudian Allah mengusirnya". (HR Bukhari No.1134)

Oleh karena itu, semakin besar nilai yang kita kerjakan semakin besar pula usaha setan untuk mencegahnya, maka dengan isti'adzah seorang pembaca terjauhkan dari godaan setan.

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan keutamaan Isti’adzah dengan mengutip beberapa ayat dan hadits berikut ini.

وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ 

“dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan Maka berlindunglah kepada Allah”. (Qs 7:200)

ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ السَّيِّئَةَ نَحْنُ أَعْلَمُ بِمَا يَصِفُونَ (٩٦) وَقُلْ رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ (٩٧) وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَنْ يَحْضُرُونِ (٩٨)

“96. Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik. Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan. 97. dan Katakanlah: "Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan syaitan. 98. dan aku berlindung (pula) kepada Engkau Ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku." (Qs 23:96-98)

وَلا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ (٣٤)وَمَا يُلَقَّاهَا إِلا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ (٣٥)وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (٣٦)

“34. dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara Dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. 35. sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai Keuntungan yang besar. 36. dan jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, Maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (Qs 41:34-36)

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى وَمُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ قَالَ يَحْيَى أَخْبَرَنَا و قَالَ ابْنُ الْعَلَاءِ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ عَدِيِّ بْنِ ثَابِتٍ عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ صُرَدٍ قَالَ اسْتَبَّ رَجُلَانِ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَعَلَ أَحَدُهُمَا تَحْمَرُّ عَيْنَاهُ وَتَنْتَفِخُ أَوْدَاجُهُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي لَأَعْرِفُ كَلِمَةً لَوْ قَالَهَا لَذَهَبَ عَنْهُ الَّذِي يَجِدُ أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ فَقَالَ الرَّجُلُ وَهَلْ تَرَى بِي مِنْ جُنُونٍ قَالَ ابْنُ الْعَلَاءِ فَقَالَ وَهَلْ تَرَى وَلَمْ يَذْكُرْ الرَّجُلَ

“Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya dan Muhammad bin Al A'laa keduanya berkata; Yahya Telah mengabarkan kepada kami dan berkata Ibnu Al A'laa; Telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah dari Al A'masy dari 'Adi bin Tsabit dari Sulaiman bin Shurad dia berkata; "Pada suatu hari ada dua orang laki-laki yang saling mencaci maki di sisi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Kemudian salah seorang di antara keduanya merah kedua matanya (karena marah) dan keringatnya bercucuran. Lalu Rasulullah melihatnya dan berkata: 'Sungguh aku mengetahui satu kalimat yang seandainya diucapkan, maka marahnya akan hilang. Audzu billahi minasy-syaithaainir rajiim (Aku berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk).' ' Orang laki-laki yang marah tersebut berkata; 'Apakah kamu menganggap saya sudah gila? Ibnu Al 'Alaa`i berkata; Apakah kamu menganggap saya sudah gila? -tanpa menyebutkan kalimat 'ar rajul.'- (HR Muslim No.4725)

B. Keutamaan Membaca Basmalah

Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat pertama Al Fatihah dalam tafsirnya mengatakan, “Membaca basmalah disunnahkan pada saat mengawali pada setiap pekerjaan”. Hal ini sesuai dengan hadits berikut, 

"Setiap perkara yang mempunyai nilai yang tidak dimulai dengan basmalah maka terputuslah (barokahnya)."

Bagi seorang muslim, membaca basmalah bukan saja ketika mengawali sebuah pekerjaan, namun secara totalitas kehidupannya sejak awal bangun tidur sampai kembali tidur, semuanya bersandar dengan senantiasa menyebut nama Allah SWT.

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عُمَيْرٍ عَنْ رِبْعِيٍّ عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا نَامَ قَالَ اللَّهُمَّ بِاسْمِكَ أَحْيَا وَأَمُوتُ وَإِذَا اسْتَيْقَظَ قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَحْيَانَا بَعْدَمَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُورُ

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah berkata, telah menceritakan kepada kami Waki' dari Sufyan dari Abdul Malik bin Umair dari Rib'i dari Hudzaifah ia berkata, "Jika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ingin tidur, beliau membaca: "ALLAHUMMA BISMIKA AHYAA WA AMUUT (Ya Allah, dengan nama-Mu aku hidup dan mati)." Dan jika bangun beliau membaca: "Al HAMDULILLAHILADZII AHYAA NAA BA'DAMAA AMAATANAA WA ILAIHIN NUSYUUR (Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah kami mati, dan kepadan-Nya kami akan kembali)." (HR Abu Daud No.4390)

Dalam kaitan membaca Al Quran, sangat dianjurkan membaca basmalah di awal surat (mustahabbah). Hal ini berdasar dalul hadits berikut.

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ عَنْ الْمُخْتَارِ بْنِ فُلْفُلٍ قَالَ سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ يَقُولُ أَغْفَى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِغْفَاءَةً فَرَفَعَ رَأْسَهُ مُتَبَسِّمًا إِمَّا قَالَ لَهُمْ وَإِمَّا قَالُوا لَهُ لِمَ ضَحِكْتَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّهُ أُنْزِلَتْ عَلَيَّ آنِفًا سُورَةٌ فَقَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ حَتَّى خَتَمَهَا

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Fudhail dari Al Mukhtar bin Fulful ia berkata; aku mendengar Anas bin Malik berkata; "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menundukkan kepalanya sesaat lalu mengangkatnya kembali sambil tersenyum, beliau bertanya kepada para sahabat atau para sahabat yang bertanya kepada beliau; "Kenapa Tuan tertawa?" lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Baru saja turun kepadaku satu surat, " kemudian beliau membaca: "BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIM INNA A'THAINAAKAL KAUTSAR (Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak) hingga akhir surat. (HR AHMAD, nomor 11558)

Pengecualian dari membawa basmalah di awal surat ini adalah kecuali surat At Taubah, karena mayoritas ulama mengatakan bahwa ini adalah satu ayat khusus yang ditulis di mushaf.

Adapun membaca basmalah di pertengahan surat maka boleh dilakukan dan boleh juga tidak dilakukan. Membaca basmalah di pertengahan surat bukan merupakan sesuatu yang tercela, baik dengan suara keras atau pelan. Sebagian ulama Qira'at memberinya hukum Wajib Sina’i, artinya kewajiban yang apabila ditinggalkan tidak berdosa. Rasulullah SAW bersabda, 

كُلُّ أَمْرٍ ذِي بَالٍ لاَ يَبْدَأُ فِيْهِ بِبِسْمِ اللَّهِ فَهُوَ أَبْتَرُ

“Setiap perkara penting yang tidak diawali dengan Bismillah maka ia terputus.”


Dalam redaksi lain,

كل أمر ذي بال لا يبدأ فيه ببسم الله الرحمن الرحيم فهو أقطع

“Setiap perkara penting yang tidak diawali dengan Bismillahirrahmanirrahim, maka dia akan terputus.” (HR. Ibnu Hibban dan selainnya. )


Namun untuk membaca basmalah di awal surat At Taubah maka tidak dianjurkan untuk memulainya dengan basmalah, cukup dengan isti’adzah saja.

أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ عَوْنٍ أَخْبَرَنَا هُشَيْمٌ عَنْ عَوْفٍ عَنْ يَزِيدَ الْفَارِسِيِّ قَالَ سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ قَالَ قُلْتُ لِعُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ مَا حَمَلَكُمْ أَنْ عَمَدْتُمْ إِلَى بَرَاءَةَ وَهِيَ مِنْ الْمِئِينَ وَإِلَى الْأَنْفَالِ وَهِيَ مِنْ الْمَثَانِي فَجَعَلْتُمُوهُمَا فِي السَّبْعِ الطِّوَالِ وَلَمْ تَكْتُبُوا بَيْنَهُمَا سَطْرَ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ قَالَ عُثْمَانُ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِمَّا تَنَزَّلُ عَلَيْهِ الْآيَاتُ فَيَدْعُو بَعْضَ مَنْ كَانَ يَكْتُبُ لَهُ وَيَقُولُ لَهُ ضَعْ هَذِهِ الْآيَةَ فِي السُّورَةِ الَّتِي يُذْكَرُ فِيهَا كَذَا وَكَذَا وَتَنْزِلُ عَلَيْهِ الْآيَةُ وَالْآيَتَانِ فَيَقُولُ مِثْلَ ذَلِكَ وَكَانَتْ الْأَنْفَالُ مِنْ أَوَّلِ مَا أُنْزِلَ عَلَيْهِ بِالْمَدِينَةِ وَكَانَتْ بَرَاءَةُ مِنْ آخِرِ مَا نَزَلَ مِنْ الْقُرْآنِ وَكَانَتْ قِصَّتُهَا شَبِيهَةً بِقِصَّتِهَا فَظَنَنْتُ أَنَّهَا مِنْهَا فَمِنْ هُنَاكَ وَضَعْتُهَا فِي السَّبْعِ الطِّوَالِ وَلَمْ أَكْتُبْ بَيْنَهُمَا سَطْرَ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ حَدَّثَنَا زِيَادُ بْنُ أَيُّوبَ حَدَّثَنَا مَرْوَانُ يَعْنِي ابْنَ مُعَاوِيَةَ أَخْبَرَنَا عَوْفٌ الْأَعْرَابِيُّ عَنْ يَزِيدَ الْفَارِسِيِّ حَدَّثَنَا ابْنُ عَبَّاسٍ بِمَعْنَاهُ قَالَ فِيهِ فَقُبِضَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَمْ يُبَيِّنْ لَنَا أَنَّهَا مِنْهَا قَالَ أَبُو دَاوُد قَالَ الشَّعْبِيُّ وَأَبُو مَالِكٍ وَقَتَادَةُ وَثَابِتُ بْنُ عُمَارَةَ إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يَكْتُبْ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ حَتَّى نَزَلَتْ سُورَةُ النَّمْلِ هَذَا مَعْنَاهُ

Telah mengabarkan kepada kami 'Amru bin 'Aun telah mengabarkan kepada kami Husyaim dari 'Auf dari Yazid Al Farisi dia berkata; saya mendengar Ibnu Abbas berkata; aku bertanya kepada Utsman bin 'Affan; "Apa yang menyebabkan kalian sengaja meletakkan surat surat Bara'ah (At Taubah) padahal dia termasuk dari mi`in (surat yang ayatnya sampai seratus) dan surat Al Anfal padahal dia termasuk dari al matsani (surat yang ayatnya kurang dari seratus) kemudian kalian menyatukan keduanya termasuk dari tujuh surat panjang, dan belum kalian tulis antara keduanya dengan batas "bismillaahir rahmaanir rahim?" Utsman berkata; "Ketika beberapa ayat turun kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, maka beliau memanggil beberapa orang yang akan menuliskan di sisinya, kemudian beliau bersabda kepadanya: "Letakkan ayat ini dalam surat yang disebutkan di dalamnya begini dan begini, " Ketika turun kepada beliau satu ayat atau dua ayat, maka beliau akan mengatakan seperti itu. Surat Al Anfal termasuk dari surat yang pertama diturunkan di Madinah, sedangkan Bara'ah (At Taubah) termasuk dari surat yang terakhir diturunkan di Madinah, sementara kandungannya mirip dengan kandungan yang ada dalam surat Al Anfal, maka perkiraanku, surat Al Bara'ah bagian dari surat Al Anfal, oleh karena itu aku meletakkan surat tersebut termasuk dari tujuh surat yang panjang, sehingga aku tidak menulis dengan batasan "Bismillahir rahmanir rahim." Telah menceritakan kepada kami Ziyad bin Ayyub telah menceritakan kepada kami Marwan yaitu Ibnu Mu'awiyah telah mengabarkan kepada kami 'Auf Al A'Rabi'ah dari Yazid Al Farisi telah menceritakan kepada kami Ibnu Abbas semakna dengan hadits di atas, dalam hadits tersebut dia mengatakan; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah wafat, namun beliau belum menjelaskan kepada kami jika surat Al Anfal bagian dari surat Al Bara'ah." Abu Daud berkata; As Sya'bi, Abu Malik, Qatadah dan Tsabit bin 'Umarah mengatakan; "Sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tidak menulis "Bismillahir rahmaanir rahim" hingga turun surat An Naml, demikian makna dari hadits tersebut." (HR Abu Daud No.668, dan Tirmidzi No. 3011)

Ada satu pendapat yang mengatakan bahwa surat attaubah tidak diawali dengan basmalah karena surat at-taubah itu adalah surat yang membawa pedang sementara basmalah adalah lambang keamanan dan keselamatan.


C. Cara Membaca Basmalah, Isti’adzah dan Awal Surat

Adapun cara membaca isti'adzah, basmalah dan awal surat terdiri dari empat cara :

1. قَطْعُ الْجَمِيْعِ  artinya membaca isti'adzah, basmalah, dan surat secara terpisah, contohnya :

أَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَيْطَانِ الرَّجِيمِ   ()  بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ () قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ()

2.   وَصْلُ الْجَمِيْعِartinya membaca isti'adzah, basmalah, dan surat secara tersambung, contohnya :

عُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَيْطَانِ الرَّجِيمِ    بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ  قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ()

3.   قَطْعُ الأَوَّلِ وَ وَصْلُ الثَّانِ بِالثَّالِثِartinya membaca isti'adzah secara terpisah dengan basmalah dan surat, contohnya :

عُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَيْطَانِ الرَّجِيمِ  ()   بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ  قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ 

4. وَصْلُ الأَوَّلِ بِالثَّانِ artinya menyambung isti’adzah dan basmalah sementara surat dibaca secara terpisah.

عُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَيْطَانِ الرَّجِيمِ    بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ () قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ 

Cara menyambung diantara dua surat terdapat tiga cara yaitu :

1. قَطْعُ الْجَمِيْعِ  artinya membaca akhir surat, basmalah, dan surat yang baru secara terpisah, contohnya :

وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ (٥)  بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ () قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ (١) 

2.   وَصْلُ الْجَمِيْعِartinya membaca akhir suat, basmalah, dan surat yang baru secara tersambung, contohnya :

 فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ   بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ  قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (١)

Perhatikan hukum iqlab pada akhir surat Al Lahab diatas.


Adapun menyambung surat Al Anfal dan At Taubah boleh secara terpisah, bersambung dan terpisah tanpa bernafas (saktah). 

a. Terpisah

إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (٧٥) بَرَاءَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى الَّذِينَ عَاهَدْتُمْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (١)

b. Bersambung

إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ  بَرَاءَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى الَّذِينَ عَاهَدْتُمْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ 

Ketika membaca perhatikan hukum iqlab pada akhir surat Al Anfal diatas.

c. Terpisah tanpa bernafas

إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ س(٧٥) بَرَاءَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ إِلَى الَّذِينَ عَاهَدْتُمْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (١)

Ketika membaca sampai akhir Al Anfal, maka bacaan berhenti sambil menahan nafas kemudian melanjutkan kembali awal At Taubah.


3.   قَطْعُ الأَوَّلِ وَ وَصْلُ الثَّانِ بِالثَّالِثِartinya berhenti ketika selesai membaca surat, kemudian membaca basmalah disambung dengan surat yang baru, contohnya :

فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ ()  بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ  قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ 

Adapun menyambung akhir surat dengan basmalah, kemudian berhenti dan memulai surat yang baru adalah satu cara yang tidak dibenarkan, karena terkesan basmalah itu bagian dari surat secara keseluruhan. Contoh :

فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ  بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ  ()   قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.