Ketika Quraisy mendengar keberangkatan jamaah dari Madinah, mereka diliputi rasa khawatir, seperti yang telah diperkirakan Nabi, dan mereka segera berkumpul di majelis. Mereka tidak pernah mengalami dilema yang lebih serius daripada itu: jika mereka, sebagai penjaga Tanah Suci, menghalangi datangnya ribuan jamaah Arab ke Rumah Suci, hal ini akan menjadi pelanggaran hukum terbesar yang pernah terjadi sepanjang sejarah; di sisi lain.
Jika mereka membiarkan musuh memasuki Mekah dengan aman dan selamat, hal itu akan menjadi kemenangan moral yang nyata bagi Muhammad. Berita mengenai hal itu akan menyebar di seluruh jazirah Arab, dan akan menjadi pembicaraan setiap orang, sekaligus membantu meletakkan mahkota kekalahan mereka sendiri, di tambah lagi oleh kegagalan mereka menyerang Madinah baru-baru ini.
Mungkin yang terburuk dari semua itu, pelaksanaan umrah dari ritus-ritus leluhur ini akan membuat kepercayaan baru itu menjadi lebih menarik dan mengukuhkan klaimnya sebagai agama Ibrahim. Semua hal dipertimbangkan, dan tidak mungkin mereka dibiarkan datang. “Demi Tuhan, ini tidak boleh terjadi,” kata mereka, “selama masih ada satu mata di antara kita yang bersinar hidup di dalamnya.”
Saat jamaah mencapai 'Usfan, mata-mata yang diutus lebih dulu itu kembali bergabung dengan jamaah dan mengabarkan bahwa Quraisy telah mengutus Khalid bersama dua ratus tentara berkuda untuk menghadang mereka. Maka, Nabi meminta seorang penunjuk jalan yang dapat memandu mereka melalui jalan lain. Seorang lelaki dari Aslam mengarahkan mereka menuju pesisir, dan kemudian melewati sebuah jalur yang sulit dan berliku-liku sampai mereka tiba di jalan setapak yang mengarah turun ke Hudaybiyah, sebuah tanah terbuka di lembah Mekah di perbatasan Tanah Suci.
Perjalanan memutar membuat mereka terlindung dari pandangan Khalid. Namun, pada suatu tempat, ketika terlalu telat untuk mengambil posisi lain, pergerakan mereka menerbangkan banyak debu hingga Khalid menyadari apa yang telah terjadi. Ia langsung kembali ke Mekah bersama pasukannya untuk memperingatkan Quraisy bahwa kaum muslim telah mendekat.
Kaum musyrikin Quraisy mengerahkan pasukan untuk menghalangi, sehingga rombongan dari Madinah tertahan di Hudaibiyyah, 20 km disebelah barat laut Mekkah.
Kaum Quraisy mengutus Suhail Ibn Amr untuk berunding dengan Rasululloh. Suhail mengusulkan antara lain kesepakatan genjatan senjata dan kaum muslimin harus menunda Umrah dengan kembali ke Madinah. Tetapi tahun depan akan diberikan kebebasan melakukan Umrah dan tinggal selama 3 hari di Mekkah. Rasululloh SAW menyetujui perjanjian ini meskipun para shahabat banyak yang kecewa.
Qs. 2:114, 2:194, 2:196, 2:217, 5:2, 22:25, 48:24, 48:25, 48:26
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.