عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ قَالَ :كَانَتْ بِى بَوَاسِيْرُ فَسَأَلْتُ النَّبِيَّ عَنِ الصَّلاَةِ ؟ فَقَالَ: "صَلِّ قَائِ مًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبِكَ. رواه الجماعةالامسلما
Dari Imran bin Husain, ia berkata, ”Aku pernah menderita bawasir, lalu aku bertanya keapda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang (caranya) shalat”, maka jawabnya, ”Shalatlah engkau dengan berdiri, kalau tidak bisa hendaklah dengan duduk, dan kalau tidak bisa hendaklah dengan berbaring”. (H.R. Bukhari dan Nasai)
Ketika berdiri arah wajah adalah memandang ke tempat sujud.
عَنِ ابْنِ سِيْرِيْنَ قَالَ: أَنَّ النَّبِيَّ كَانَ يَقْلِبُ بَصَرَهُ فِي السَّمَاءِ فَنَزَ لَتْ هَذِهِ اْلآيَـــَةُ : وَالَّذِيْنَ هُمْ فِي صَلاَتِهِمْ خَاشِعُوْنَ. فَطَأْطَأَ رَأْسَهُ .رواه أحمدفي كتاب الناسخ والمنسوخ
Dari Ibnu Sirin, ia berkata, “ Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memutar-mutar pandangannya ke langit (keatas) dalam shalat, maka turunlah ayat “alladzinahum fii sholaatihim khaasyi’uuna”, sesudah itu iapun menundukkan kepalanya dalam shalat.” (H.R. Ahmad)
Pada saat berdiri, hati menegaskan niat untuk melakukan shalat, semata karena Allah subhaanahu wa ta‘aala.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.