Tafsir Surat Al Muzammil

 

SURAT AL-MUZAMMIL ; ASBABUN NUZUL DAN ANALISISNYA


Menurut sebuah riwayat, sebab-sebab turunnya (asbabul-nuzul) surat Al Muzzammil yaitu adanya suatu rencana dari orang-orang Quraisy yang sedang berkumpul di Darun Nadwah untuk menentang Rasulullah dan da'wahnya. Ketika berita ini sampai, maka berduka citalah beliau, dan kemudian beliau tertidur dalam kebimbangan dan kekhawatiran. 

Di saat kondisi yang demikian Malaikat Jibril datang dengan memanggil Rasulullah dan membacakan ayat pertama surat ini:
يٰٓاَيُّهَا الْمُزَّمِّلُۙ
"Hai orangyang berselimut (Muhammad)".

Ayat yang kedua:
قُمِ الَّيْلَ اِلَّا قَلِيْلًاۙ
"Bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya)".

Dengan panggilan Jibril tersebut sadarlah Nabi bahwa sudah saatnya beliau keluar dari selimutnya, baik selimut dalam arti sebenarnya, maupun selimut dalam arti kias yang bermakna bahwa beliau harus menanggalkan selimutnya dan bangun dari tidurnya karena tugas berat sudah menunggu. Suatu perjuangan besar dan sulit dalam waktu sangat panjang segera dihadapi oleh Rasulullah.

Rasulullah kemudian mendengar ucapan Jibril "Qum!" (Bangun!), lantas Nabi segera bangkit dari tidurnya dan terus bangun untuk selama dua puluh tahun, berjuang terus-menerus tanpa mengenal letih dan lelah. Beliau bangun dengan membawa da'wah yang diembannya, tanpa mengeluh dan merintih kesakitan. Dengan penuh ketaatan beliau junjung amanat terbesar di bumi itu dalam semangat jihad perjuangan di seluruh lapangan kehidupan.

Medan perjuangan jihad yang harus ditempuh Nabi begitu luas dan penuh liku. Pada awal da'wahnya, beliau mencoba menyelamatkan jiwa mereka yang tenggelam dalam syirik dan praktek-praktek jahiliyyah dan kezaliman, membebaskan jiwa yang terkekang nafsu dan belenggu kemunafikan serta kelemahan jiwa. 

Bila sebagian jiwa-jiwa ini sudah terselamatkan -ditambah dengan sejumlah sahabat dekat radliallahu 'anhu- maka Nabi akan memulai pertarungan baru di medan yang berbeda. Begitulah berlaku satu bentuk dan warna perjuangan, kemudian digantikan dengan warna perjuangan yang lain (perjuangan ruhani dan fisik) yang saling silih berganti.

Suatu perjuangan menghadapi seteru-seteru da'wah yang senantiasa menunggu saat terbaik untuk melepaskan dendam yang meluap-luap dalam menghancurkannya. Mereka selalu mencari kesempatan untuk membunuh Nabi SAW. Belum selesai pertarungan antara kaum Muslimin dan kafir Quraisy di pedalaman Arab, kekaisaran Romawi sudah siap sedia mengintai di perbatasan timur (Syria) untuk menggempur kekuatan baru ini.

Usai pertempuran fisik, belum berarti perjuangan ruhani selesai. Perjuangan ruhani atau pertarungan jiwa merupakan perang abadi yang tak mengenal gencatan senjata, karena syaithan yang menjadi dalangnya tak akan berhenti sesaat pun untuk tidak menggoda jiwa manusia. Rasulullah tetap teguh dalam perjuangannya menegakkan asma Allah dalam setiap medan perjuangan.

Beliau memainkan perannya di dalam perjuangan yang tak pernah henti, dalam keadaan sulit dan terus-menerus tertekan. Sehingga beliau selalu berada dalam kesunguh-sungguhan, siap-siaga, tak pernah lalai, penuh ketabahan dan kesabaran. Pada malam hari beliau beribadah sholat sunnat yang panjang, membaca Quran dan dzikir sebagaimana diperintahkan dalam lanjutan surat Al Muzzammil tersebut.

Surat ini menceritakan sebuah babak baru dalam rangkaian sejarah da'wah Rasulullah SAW, yang berawal dengan seruan-seruan Allah 'Azza wa Jalla dengan perantaraan Jibril yang suci untuk memberikan tugas yang besar. 

Karena itu, sebelum memulai tugas besar dan berat itu, diberikan langkah-langkah persiapan berupa Qiyamullail (sholat Tahajjud), membaca Al Qur-an, dzikir, tawakkal kepada Allah, sabar dalam menempuh ranjau-ranjau derita, tak memperdulikan mereka yang mendustakan bahkan menentang da'wah Nabi, serta berserah diri kepada Allah yang Maha Kuasa dan Perkasa.

Ayat terakhir dari surat ini diturunkan satu tahun kemudian yang merupakan bentuk rasa cinta kasih Allah, diberinya keringanan dan kemudahan, setelah Rasulullah bersama para sahabat melaksanakan perintah qiyamullail ini dengan bersungguh-sungguh kaki mereka menjadi bengkak-bengkak.

TELAAH RINCI

يٰٓاَيُّهَا الْمُزَّمِّلُۙ قُمِ الَّيْلَ اِلَّا قَلِيْلًاۙ نِّصْفَهٗٓ اَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيْلًاۙ اَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْاٰنَ تَرْتِيْلًاۗ 
"Hai orang yang berselimut. Bangunlah! Dirikanlah sholat pada malam hari kecuali sedikit waktu disisakan. Yakni seperdua, atau kurang dari seperdua malam. Atau lebih seperduanya. Dan bacalah AlQur-an penuh khusyu' dan perenungan".

Ayat di atas adalah kalimat yang sungguh agung, berat dan sulit Nabi menerima pada turun pertamanya (setelah Al 'Alaq dan Al Qolam), karena itu beliau sampai gemetar karena terkejut. Orang yang hanya memikirkan dirinya sendiri, mungkin dapat tidur lelap dan nyenyak, namun orang tersebut hidup sebagai orang hina, dan mati dalam kehinaan pula. 

Sebaliknya orang mulia dan berjiwa besar yang memikul beban berat di pundaknya, tidak punya waktu untuk "tidur", tidak ada waktu untuk berlibur, tidak memiliki permadani yang hangat, tak mempunyai rumah serta perabot mewah, tak punyai perasaan aman sebelum tugas yang diamanatkan kepadanya selesai sampai akhir hayatnya. 

Rasulullah sendiri telah menyadari hal ini sebagaimana terungkap dari ucapannya kepada Siti Khadijah yang menyuruh beliau tenang dan tidur. "Waktu tidur telah berlalu Khadijah!", seru Nabi. Tidak salah, memang benar bahwa waktu tidur sudah usai dan hari-hari selanjurnya adalah hari-hari sarat perjuangan, dimana semangat jihad terus dikobarkan untuk menghadapi cobaan yang keras. Dan melewati hari-hari yang panjang tak kenal henti.
 
يٰٓاَيُّهَا الْمُزَّمِّلُۙ قُمِ الَّيْلَ اِلَّا قَلِيْلًاۙ نِّصْفَهٗٓ اَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيْلًاۙ اَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْاٰنَ تَرْتِيْلًاۗ
"Hai orang yang berselimut. Bangunlah! Dirikanlah sholat pada malam hari kecuali sedikit waktu disisakan. Yakni seperdua, atau kurang dari seperdua malam. Atau lebih seperduanya. Dan bacalah AlQur-an penuh khusyu' dan perenungan".

PERSIAPAN

Ini adalah suatu bentuk persiapan guna menggarap tugas besar, menjalankan skenario atau rencana Allah yang telah dijamin kesuksesannya.

Sholat pada malam hari dalam jangka waktu paling panjang lebih separuh malam namun tidak lebih duapertiga malam, dan yang paling pendek adalah sepertiga malam dengan mendirikan sholat serta membaca Al Qur-an dengan penuh tartil dan perlahan-lahan tanpa melagukannya dengan irama yang indah. Agar bisa dipahami dan direnungi isinya.

Menurut riwayat yang shohih mengatakan bahwa sholat malam yang dikerjakan Rasulullah tidak melebihi sebelas rakaat, kesebelas rakaat yang beliau kerjakan itu menghabiskan waktu sepertiga malam disertai tartil Al Qur-an. Semua itu adalah suatu bentuk persiapan menjelang beliau menerima "Al-Qaulut Thaqil" (Perkataan yang berat) yang akan diturunkan Allah SWT kepada beliau.

PERJUANGAN DAN TANGGUNG JAWAB

Bangun di waktu malam ketika manusia lainnya sedang tidur lelap, melupakan segala tetek bengek urusan hidup sehari-harinya lalu mengadakan kontak hubungan dengan Allah. Dalam kontak di tengah malam itu sang hamba menerima nur (cahaya) dari-Nya, berhubungan mesra dengan-Nya dalam suasana sunyi, kemudian mentartilkan ayat-ayat Al Qur-an dalam kedamaian malam. Dalam detik yang sangat berharga itu, seolah-olah Allah SWT turun dari singgasana-Nya (Alam 'Arsy) menyahut permintaan dan do'a hamba-Nya.

Semua ini tiada lain merupakan bekal persediaan untuk meninggikan kondisi mental dan kekuatan jiwa sewaktu menerima Qaulut Thaqil (perkataan yang sangat berat). Yaitu beban yang berat, perjuangan pahit dan getir menunggu Rasulullah SAW dan siapa saja dari mereka-mereka yang mewarisi perjuangan da'wah ini. 

Ibadah malam ini juga merupakan obor penerang hati dalam menjalani liku-liku perjuangan panjang yang penuh ranjau. Di samping itu juga menjadi benteng yang ampuh dari godaan syaithan, pelindung dari kesesatan dan kegelapan serta pemandu ke tanah lapang yang terang benderang. 
اِنَّا سَنُلْقِيْ عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيْلًا 
"Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat".

Maksud perkataan yang berat adalah, perihal dengan segala perintah dan larangan yang dikandungnya. Bila dilihat dari bentuk luarnya saja memang Al Qur-an tidak kelihatan berat, bahkan begitu mudah untuk dibaca dan dimengerti. Akan tetapi bila ditinjau dari kebenaran esensi (hakikat)-nya, adalah amanat berat dipraktekkan serta ditanamkan kepada jiwa untuk memperkokoh isi kebenaran Al Qur-an tersebut.
لَوْ اَنْزَلْنَا هٰذَا الْقُرْاٰنَ عَلٰى جَبَلٍ لَّرَاَيْتَهٗ خَاشِعًا مُّتَصَدِّعًا مِّنْ خَشْيَةِ اللّٰهِ ۗوَتِلْكَ الْاَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ
"Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.".(QS Al Hasyr:21)

Namun Allah SWT telah menurunkan Al Qur-an ini kepada hati yang lebih kokoh dan kuat dibandingkan kepada gunung. Menerima dan menyebarkan limpahan nur (cahaya) dan ma'rifat ini adalah suatu pekerjaan yang amat berat, tugas yang memerlukan persiapan yang intensif dan waktu yang panjang. 

Begitu juga untuk berinteraksi dengan hakikat-hakikat semesta yang abstrak dan senantiasa berhubungan dengan Allah lebih dekat dan intensif, sepeti Jibril dan malaikat lainnya serta para wali dan ruh nabi-nabi. Semua ini merupakan hal-hal yang amat berat yang memerlukan persiapan-persiapan yang matang dengan disiplin tinggi. Untuk mampu bersikap mantap dan konsisten dan tahan uji dalam melaksanakan tugas-tugas ini memerlukan latihan yang serius dan lama.

KEKUATAN JIWA

Kesanggupan untuk bangun malam melawan kantuk dan kenikmatan tidur sesudah lelah bekerja keras di siang hari, memang suatu yang sangat berat. Namun bagi siapa yang sanggup bangun dan beribadat pada malam hari adalah suatu bukti bahwa orang yang melakukannya mempunyai kekuatan jiwa yang rela mengorbankan kenikmatan tidurnya karena menerima pangilan Allah untuk berkasih mesra dengan-Nya.

Lebih lagi, ibadah malam membawa kesan yang lebih mendalam. Dalam suasana hening malam bacaan sholat akan lebih nikmat, lebih khusyu', permohonannya atau munajatnya lebih mudah menembus lapisan langit untuk sampai ke hadirat Allah SWT.

Qiyamullail dapat memberi kedamaian, usapan kasih dan pancaran nur - permata dan mutiara anugerah yang mungkin tidak mantap dan khusyu' dalam ibadah dan zikir di siang hari. Allah, Dialah Rabb pencipta hati manusia dengan segala rahasia -tentu Ia mengetahui suasana dan nuansa ruang dan detik-detik dimana dan saat mana hati manusia lebih jernih dan dengan suasana itu juga Allah lebih terbuka dan lebih mendengarkan do'a hambanya dibanding waktu-waktu lain. Dengan demikian Allah lebih tahu bahwa kondisi seperti itu akan memberi kesan dan cap atau stempel yang lebih berkesan pada hati manusia.

Allah SWT -yang mempersiapkan hamba dan pesuruh-Nya Muhammad SAW untuk menerima perkataan yang berat dan memikul beban yang besar- telah memilih bentuk latihan qiyamullail karena ibadah malam adalah lebih baik dan berkesan dibanding siang dimana segala urusan kesibukan diselesaikan terlebih dahulu. 
•   •   
"Sesungguhnya pada siang hari kamu mempunyai urusan yang banyak".

Pergunakan waktu siang untuk segala kegiatan yang perlu dikerjakan, dan peruntukkan pulalah waktu malam sepenuhnya untuk Allah dengan sholat dan zikir.
وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّلْ اِلَيْهِ تَبْتِيْلًاۗ
"Sebutlah nama Rabbmu dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan".

Menyebut nama Allah bukan semata pekerjaan lidah yang semata mementingkan banyak hitungan ratusan atau ribuan kali. Tapi harus sekaligus disertai dengan kesadaran dan realisasi penghayatan batin. Bukan pula malam itu sekedar sholat serta membaca Al Qur-an yang semata-mata merupakan pekerjaan jasmani dan dibarengi pengucapan bacaan shplat. 

Apa yang dikehendaki dengan sholat malam ialah "tabattul" - memutuskan hubungan dengan seluruh yang menyangkut hal-hal duniawi kecuali Allah SWT. Dengan penyerahan jiwa dan raga yang bulat kepada-Nya dengan ibadah dan zikir, menghadirkan bathin atau jiwa bersama Allah dengan penuh kekhusyu'an, bebas dari segala gangguan pikiran, suci dan bersih dari hal-hal selain Allah. Hanya Allah semata yang hadir dalam jiwa hamba yang beriman yang tegak mendirikan sholat dan zikir di malam sunyi dan sepi.

BERJIWA SABAR

Sesudah Allah menyebut "tabattu" dengan maksud tersebut diturunkan pula ayat yang memberi pengertian bahwa di sana tidak ada apa-apa selain Allah, menghadaplah kepada-Nya -Allah berada di mana-mana.
رَبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ فَاتَّخِذْهُ وَكِيْلًا
"Dialah Rabb bagi timur dan Rabb bagi barat, tiada Ilah melainkan Dia. Maka jadikanlah Dia sebagai pelindung".

Allah adalah Rabb bagi semua makhluk, walau kemana ia menghadap, dimanapun ia berada -Allah tetap merupakan Rabb segala penjuru di timur atau di barat. Ia adalah Maha Esa, Maha Tunggal, tidak ada ilah  selain Dia. Menghadap kepada-Nya berarti menghadap kepada hakikat yang tunggal dan berlindung kepada-Nya berarti berlindung kepada kekuatan tunggal dalam wujud yang hakiki. 

Sikap berserah diri kepada Allah adalah buah natijah (kecerdasan akal pikiran) dari kepercayaan (i'tikad) terhadap keesaan-Nya yang mutlak dan terhadap kekuasaannya yang tak terbatas -merangkum segala ruang, penjuru dan sudut jagat raya timur dan barat. 

Rasulullah SAW yang dipanggil dengan kata "Qum!" Bangun! Untuk memikul beban berat adalah perlu diawali dengan "tabattul", penyerahan total kepada Allah dan bergantung sepenuhnya kepada-Nya, tidak pada yang lain-lain. Dari sinilah Rasulullah mendapat bekal kekuatan untuk memikul beban berat serta mengarungi perjalanan panjang.

Kemudian Allah menguatkan Rasulullah agar bersabar menghadapi segala bentuk fitnah dan tantangan kaumnya, menyerahkan nasib golongan pendusta itu kepada Allah dan merelakan penangguhan hukuman ke atas mereka untuk sementara. Sesungguhnya Allah menyediakan buat mereka azab serta hukuman yang pedih.

Benarlah riwayat pertama tentang penurunan bagian awal surat ini pada permulaan bi'tsah (pengutusan Rasulullah SAW). Ayat-ayat ini (dari ayat 10 hingga ayat 18) merupakan pecahan kedua dari bagian pertama surat ini, telah diturunkan kemudian sesudah langkah-langkah da'wah lebih terbuka (al-jahr) dan terang-terangan, yaitu sesudah golongan pendusta dari kafir-kafir Quraisy lebih berani dan brutal menentang da'wah Rasulullah serta menganiaya orang-orang mukmin. 

Begitu pula riwayat kedua yang mengatakan bahwa seluruh bagian pertama surat ini telah diturunkan berkenaan dengan segala penderitaan yang dialami Rasulullah dan sahabat-sahabat beliau akibat kekejaman penentangan terhadap da'wah beliau.

Bagaimanpun konteks penurunan ayat ini, namun yang kita temui ialah perintah kepada sabar sesudah perintah qiyamullail dan zikir. Kedua hal ini sering bergandengan dalam konteks kekuatan jiwa dan sikap tawakkal dengan persiapan da'wah buat mengarungi liku-liku yang panjang serta penuh ranjau. 

Suatu kesadaran bagi seorang da'i, bahwa menelusuri liku-liku dalam lubuk hati manusia atau liku-liku jihad menghadapi penentang-penentangnya, kedua hal ini sama sulit dan sama pahitnya.
وَاصْبِرْ عَلٰى مَا يَقُوْلُوْنَ وَاهْجُرْهُمْ هَجْرًا جَمِيْلًا
'Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan".

Terhadap lemparan kata-kata provokasi yang menyakitkan hati Allah menyarankan sebagai berikut: "dan tinggalkanlah mereka dengan cara yang baik".

Meninggalkan mereka (orang-orang kafir) dengan cara yang baik adalah tanpa caci maki, tanpa sumpah serapah. Ini merupakan taktik da'wah Rasulullah di Makkah, terutama pada masa-masa awal yang cukup menyentuh hati dan jiwa manusia yang dida'wahi, dengan penyampaian yang tenang dan penjelasan yang terang.

Meninggalkan para penentang dan pendusta dengan cara yang baik adalah memerlukan sabar sesudah zikir. Sabar adalah pesan Allah kepada setiap Rasul-Nya dan hamba-hamba-Nya yang mukmin.
 
Siapapun tidak mungkin tahan dan mampu memikul tugas da'wah ini kecuali jika ia berbekal kesabaran, karena kesabaran adalah senjata dan benteng pelindung. Sabar adalah jihad. Jihad melawan nafsu dengan segala keliaran nafsu dari keserakahan, kecerobohan dan ketergesa-gesaannya, kelemahan dan keputusasaannya. 

Jihad melawan keengganan-keengganan bahkan ingin lari dari tanggung jawab dari kewajiban da'wah ini dengan mengemukakan seribu alasan dan menyimpang dari pendirian (istiqomah) agar tetap kukuh di atas garis dan perjuangan da'wah. 

Jihad melawan musuh-musuh da'wah dengan segala tipu daya dan siasat serta rencana jahat mereka. Untuk menghadapi semua ini para da'i tidak punya bekal dan persiapan kecuali "sabar" disamping "zikir" yang merupakan dua sisi nilai mata uang yang tak bisa dipisah-pisahkan. Zikir dan sabar dalam setiap keadaan bagaimanapun.

Bersabarlah dengan apa yang mereka ucapkan, dan tinggalkan mereka dengan cara yang baik. Serahkanlah nasib para pendusta itu kepada Allah. Allah lah yang menguasai mereka. 

Ini adalah kata-kata yang diucapkan Allah yang Maha Kuasa, Yang Gagah lagi Maha Perkasa. Serahkanlah pada-Ku tindakan terhadap golongan pendusta itu, sebab mereka adalah dari jenis manusia biasa yang serba lemah, sementara yang mengancam mereka adalah Allah SWT yang telah mencipta mereka dari tidak ada, menjadikan alam semesta ini hanya dengan berkata "Kun!" (jadilah!) tidak lebih dari itu.

MENGHADAPI GOLONGAN PEMBOHONG

Serahkan pada-Ku saja para pendusta itu, Akulah yang bakal menghukum mereka. Ini adalah urusan untuk menghidupkan da'wah yang mulia ini, tugasmu hanya sekedar menyampaikannya kepada seluruh manusia, biarlah mereka mendustakanmu, menentangmu dan tinggalkanlah mereka, engkau tak perlu ambil pusing, resah memikirkan mereka. 

Hukuman ini merupakan pukulan final yang membawa kehancuran total apabila Rabb Yang Maha Perkasa tampil menghukum mereka atas makhluk serba lemah dan rapuh ini "ulin na'mah" (golongan mewah) biarkan!, betapa tinggipun statusnya dan betapa hebatnya kelihatan kekuasaannya di kalangan manusia.

Wamahhilhum qolilan (Dan tangguhkanlah mereka sementara waktu). Meskipun hukuman itu ditangguhkan mungkin untuk sepanjang hidup mereka di dunia, namun pada hakikatnya tempo waktu yang diberikan Allah itu sangat singkat. Dalam perhitungan Allah tidak lebih dari sehari atau beberapa hari saja. Bahkan dalam perkiraan orang-orang kafir itu terlalu singkat, yakni ketika mereka merasakan nyawa mereka terputus waktu tersebut mereka rasakan terlalu singkat. 

Pendek kata, berapapun waktu diberikan untuk menangguhkan azab terhadap mereka tetap hakekatnya waktu itu tedalu singkat. Walaupun selama mereka hidup di dunia terlepas dari pembalasan Allah terhadap dosa-dosa mereka dan saat tersebut terjadilah azab yang mereka tunggu-tunggu.
 اِنَّ لَدَيْنَآ اَنْكَالًا وَّجَحِيْمًاۙ وَّطَعَامًا ذَا غُصَّةٍ وَّعَذَابًا اَلِيْمًا
 “Karena Sesungguhnya pada sisi Kami ada belenggu-belenggu yang berat dan neraka yang menyala-nyala.  Dan makanan yang menyumbat di kerongkongan dan azab yang pedih.”

Belenggu, api, makanan yang menyumbat kerongkongan dan lain-lain azab yang mereka terima dengan penuh derita dan sengsara semua adalah balasan yang wajar dan setimpal buat golongan ulin na'mah (golongan kaya yang bermewah-mewah sesuka hati mereka) yang menyalahkan nikmat dan mendurhakai. 

Rabb yang memberikan anugerah tiada habisnya. Bersabarlah hai Muhammad, serahkanlah nasib mereka kepada-Ku, biarkan mereka dengan kecongkakannya, kelak bagi mereka tersedia belenggu-belenggu ketat yang mengepung mereka, api neraka bernyala-nyala dan membakar hangus tubuh mereka, makanan penyumpal kerongkongan yang mencekik dan siksaan serba pedih di hari yang menakutkan.
يَوْمَ تَرْجُفُ الْاَرْضُ وَالْجِبَالُ وَكَانَتِ الْجِبَالُ كَثِيْبًا مَّهِيْلًا
"Pada hari bumi dan gunung-gunung bergoncang, dan jadilah gunung-gunung itu tumpukan-tumpukan pasir yang beterbangan".

Kemudian digambarkan suasana hari yang menakutkan, peristiwa besar, bencana besar, bumi dan gunung-gunung tampak pejal dan kokoh itu hancur berkeping-keping berserakan menjadi debu yang beterbangan. Betapa dahsyatnya bila dibayangkan dengan manusia kecil yang terangkat dan bertabrakan dengan benda-benda lain di langit. 

Dari suasana seram terhadap bencana kehancuran ini, Allah mengalihkan pula isi-isi ayat-ayat Al Qur-an kepada golongan pendusta dengan memaparkan sejarah Fir'aun dengan kegagahannya. Betapa kesudahannya apabila berhadapan dengan kekuasaan Allah Yang Maha Perkasa dan azab dan kemarahan-Nya.
اِنَّآ اَرْسَلْنَآ اِلَيْكُمْ رَسُوْلًا ەۙ شَاهِدًا عَلَيْكُمْ كَمَآ اَرْسَلْنَآ اِلٰى فِرْعَوْنَ رَسُوْلًا ۗ فَعَصٰى فِرْعَوْنُ الرَّسُوْلَ فَاَخَذْنٰهُ اَخْذًا وَّبِيْلًاۚ
 “Sesungguhnya Kami telah mengutus kepada kamu (hai orang kafir Mekah) seorang rasul, yang menjadi saksi terhadapmu, sebagaimana Kami telah mengutus (dahulu) seorang Rasul kepada Fir'aun.
Maka Fir'aun mendurhakai Rasul itu, lalu Kami siksa Dia dengan siksaan yang berat.”

Demikian secara ringkas Allah menggoncang hati manusia sesudah memperlihatkan betapa kehancuran bumi dan gunung yang sangat dahsyat. Diterangkan pula betapa pedihnya azab di akhirat dan kini dipaparkan pula azab yang ditempatkan kepada mereka di dunia. Fikirkanlah bagaimana kamu dapat menyelamatkan diri dari malapetaka besar ini.
فَكَيْفَ تَتَّقُوْنَ اِنْ كَفَرْتُمْ يَوْمًا يَّجْعَلُ الْوِلْدَانَ شِيْبًاۖ ۨالسَّمَاۤءُ مُنْفَطِرٌۢ بِهٖۗ كَانَ وَعْدُهٗ مَفْعُوْلًا
“ Lalu bagaimanakah kamu akan dapat menjaga dirimu jika kamu tetap kafir kepada hari yang menjadikan anak-anak beruban.  Langit terbelah pada hari itu. Janji Allah pasti terlaksana.".

Kali ini gambaran yang diperlihatkan Allah yaitu pecahnya langit dan berubannya kepala anak-anak. Ini adalah bencana yang dilukiskan tentang benda-benda alam yang mati dan manusia yang hidup. Pemandangan ini yang diceritakan kepada manusia (oleh Al Qur-an) dengan mengambil simbol-simbol yang diberikan kepada alat indera manusia, seolah-olah peristiwa itu benar-benar terjadi. 

Kemudian ditegaskan bahwa janji Allah tidak akan meleset dan diingkari, tetapi pasti akan terjadi. Apa saja yang dikehendaki Allah akan terbukti dan apa saja yang dikatakan Allah akan nyata.

JALAN LURUS, JALAN KESELAMATAN

Di tengah berkecamuknya bencana, kekacauan baik yang menimpa alam raya maupun kerusakan jiwa manusia, Allah langsung menyentuh hati nurani manusia agar ingat dan memilih jalan lurus, jalan keselamatan yaitu jalan Allah SWT. 

Allah berfirman:
اِنَّ هٰذِهٖ تَذْكِرَةٌ ۚ فَمَنْ شَاۤءَ اتَّخَذَ اِلٰى رَبِّهٖ سَبِيْلًا ࣖ
"Sesungguhnya ini adalah suatu peringatan. Barang siapa yang dikehendaki Allah, ia pasti akan menempuh jalan Allah, yaitu jalan yang lurus lagi penuh keselamatan".

Jalan menuju Allah sesungguhnya lebih aman dan mudah dibandingkan dengan jalan yang penuh liku-liku yang membawa kesesatan, akhirnya menimbulkan bencana, kesulitan dan penderitaan.

Ayat-ayat ini selain menunjukkan kelemahan dasar pijakan kaum pendusta yang rapuh dan lemah, juga mencoba memberi semangat dan keyakinan yang kokoh-kuat kepada Nabi Muhammad SAW dan orang-orang mukmin atau para sahabat yang masih berjumlah sangat terbatas. 

Sehingga walaupun mereka sangat lemah (karena kecil jumlahnya) tapi mereka merasa bahwa Allah senantiasa bersama mereka, juga mengancam dan memberikan perasaan takut dan gentar ke dalam hati musuh-musuh kaum mukmin tersebut. Mereka hanya diberikan penangguhan yang sangat singkat menjelang batas waktu yang telah ditetapkan. Saat waktu yang telah ditentukan itu, Allah bertindak keras dengan memberi mereka belenggu, api dan azab yang tiada terkira pedihnya.

 Allah tidak mungkin membiarkan hamba-hamba-Nya yang setia, taat dan sholeh dijadikan mangsa keganasan musuh-musuh-Nya. Allah pasti membela hambanya, walaupun Ia memberi waktu untuk terus berbuat semena-mena, namun waktu mereka berbuat bebas itu hanya sebentar.

Pada bagian kedua surat ini yang terdiri dari satu ayat yang panjang. Menurut riwayat yang lebih kuat ayat ini diturunkan selang satu tahun sesudah penurunan bagian pertama surat ini.

Ayat ini yaitu ayat 20, menggambarkan kemudahan yang dianugerahkan Allah berupa istirahat dari kelelahan dan kesusahan yang diderita dalam waktu lama kepada Nabi dan para sahabat beliau. Allah sungguh-sungguh mengetahui ketulusan dan keikhlasan mereka kepada-Nya, sehingga kaki Nabi menjadi sembab dan bengkak lantaran sholat malam yang terlalu lama. 

Sesungguhnya Allah tidak bermaksud menyusahkan Nabi dengan Al Quran dan sholat malam. Tujuan Allah hanya untuk mempersiapkan diri Nabi untuk menerima tanggung jawab besar yang akan dipikul sepanjang hayat Nabi bersama kelompok kecil orang-orang mukmin yang turut pula mengikuti Nabi beribadah malam hari.

PERLINDUNGAN DAN CINTA KASIH ALLAH

Ungkapan ayat di bawah ini mengandung sikap perlindungan dan cinta kasih Allah kepada Nabi dan pengikutnya:
 ۞ اِنَّ رَبَّكَ يَعْلَمُ اَنَّكَ تَقُوْمُ اَدْنٰى مِنْ ثُلُثَيِ الَّيْلِ وَنِصْفَهٗ وَثُلُثَهٗ وَطَاۤىِٕفَةٌ مِّنَ الَّذِيْنَ مَعَكَۗ 

"Sesungguhnya Rabbmu mengetahui bahwa kamu berdiri (sholat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya. Demikian pula segolongan dari orang-orang yang bersama kamu".

Sesungguhnya Allah melihat kamu dan segala amal sholehmu yang kesemuanya diterima di sisi Allah. Sungguh Allah Maha mengetahui susah payah kamu, bangun di tengah malam, meninggalkan ranjang yang hangat dan menembus dingin malam yang merasuk ke tulang sumsum. Jauh dari membaringkan lambungnya dan kenikmatan tidur demi menjawab panggilan Ilahi. Allah mengasihani kamu, karena Ia meringankan beban kamu.

Allah telah menetapkan ukuran siang dan malam memanjangkan atau memendekkan salah satu darinya. Engkau (Rasulullah) bersama pengikutmu beramal ibadah hampir dua pertiga malam, seperdua atau sepertiganya. Sedangkan Allah mengetahui kelemahanmu untuk beramal sebanyak itu terus menerus dan Ia tidak mau menyusahkan kamu.

Yang Ia kehendaki hanyalah persiapan (bersiap-sedia) mental dan kamu pun telah bersiap sedia. Mulai sekarang janganlah menyusahkan diri dan beramallah sekedarnya. Tatkala beribadah di malam hari, bacalah sekedar apa yang mudah bagimu dari Al Qur-an. 

Allah mengetahui bahwa kamu punya urusan lain yang memerlukan tenagamu, urusan yang sulit dilakukan bila waktu malamnya kamu menyita tenaga untuk beribadah terlalu lama dan panjang. Allah ada di kalangan kamu yang sakit, karena itu sukar untuk beribadah di malam hari. Ada pula diantara kamu yang membanting tulang mencari rezeki untuk kebutuhan pokok hidupmu. 

Allah tidak mau menelantarkan kehidupan kamu lantaran ingin beramal dengan syiar-syiar Islam sepanjang waktu seperti apa yang diperbuat oleh para pendeta dan rahib-rahib. Dan ada pula orang-orang yang berperang di jalan Allah, maka Allah berfirman:
وَاٰخَرُوْنَ يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ
"... dan orang-orangyang lain lagi yang berperang dijalan Allah ..."

Allah mengetahui bahwa Ia akan memberi izin perang untuk mempertahankan diri dari kezaliman dan menjunjung panji-panji Islam di bumi Allah sehingga disegani oleh orang-orang kafir. Karena itu janganlah memberatkan diri, bacalah sekedar yang mudah bagimu:
فَاقْرَءُوْا مَا تَيَسَّرَ مِنْهُۙ وَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ
"... maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari al-Qur'an dan dirikanlah shalat..."

Janganlah bersusah payah berbuat melebihi apa yang diberikan Allah berupa kadar kemampuan yang ada padamu. Di samping itu sempurnakanlah perintah agama yang wajib dengan istiqomah. Dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat._Sebagaimana perintah Allah di bawah ini:
وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ وَاَقْرِضُوا اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًاۗ 
"... tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. ..."

Sesudah itu bersedekahlah sebagai pinjaman yang kau berikan kepada Allah. Balasannya nanti berupa pahala yang baik dan kekekalan dengan karunia yang berlimpah-limpah. Menghadaplah kepada Allah, memohon limpahan ampunan-Nya atas segala kelemahan dan kekurangannya, karena manusia itu betapapun kesungguhannya berusaha dan beramal namun ia tetap lemah dan membikin kesalahan-kesalahan. 

Allah menyuruh kita istighfar kepada-Nya sedap saat sebagaimana perintah dibawah ini:
وَاسْتَغْفِرُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ 
"... Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.".

Ayat ini merupakan perlindungan dan cinta kasih Allah kepada kita semua. Selanjutnya Allah telah memberi keringanan, dengan menetapkan sholat fardhu 'ain hanya pada sholat yang lima waktu saja. Namun Rasulullah SAW beserta para sahabat sendiri, terus melakukan sholat malam walaupun perintah itu disunatkan. 

Mereka terus sholat malam tidak kurang sepertiga malam, bermunajat dan berhubungan erat dengan Allah SWT dalam kesepian dan keheningan malam untuk mendapatkan bekal hidup dan bekal jihad. Walaupun mata mereka tidur, namun jiwanya tetap bangun sepanjang waktu karena qolbu tetap berzikir kepada Allah, mengharap dan berkonsentrasi kepada Allah setiap saat. Hatinya boleh melupakan dunia dan sisinya, tapi tetap ingat kepada Allah semata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.