Perintah Shalat

 


Allah subhaanahu wa ta‘aala memerintahkan pelaksanaaan shalat ini dan menjadikannya sebagai washilah untuk  mengingat-Nya.

إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي

”Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” (QS. Thaha 20:14)


Firman Allah subhaanahu wa ta‘aala,

وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآَتُوا الزَّكَاةَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ta’atlah kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat.” (QS. An Nur 24: 56)


Lebih lanjut Al Quran juga menegaskan bahwa perintah pelaksanaan shalat ini juga kelak akan diingatkan kembali oleh Allah subhanahu wa ta’ala di akhirat.


يَوْمَ يُكْشَفُ عَنْ سَاقٍ وَيُدْعَوْنَ إِلَى السُّجُودِ فَلَا يَسْتَطِيعُونَ (٤٣) خَاشِعَةً أَبْصَارُهُمْ تَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ وَقَدْ كَانُوا يُدْعَوْنَ إِلَى السُّجُودِ وَهُمْ سَالِمُونَ (٤٣)

“Pada hari betis disingkapkan dan mereka dipanggil untuk bersujud, maka mereka tidak kuasa, (dalam keadaan) pandangan mereka tunduk ke bawah, lagi mereka diliputi kehinaan. Dan sesungguhnya mereka dahulu (di dunia) diseru untuk bersujud, dan mereka dalam keadaan sejahtera.” (QS Al Qalam 68: 43)


Tata cara ibadah shalat dijelaskan sangat rinci oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kaum muslimin untuk melaksanakan shalat sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan shalat.

صَلُّوْا كَمَا رَأَيْتُمُوْنِيْ أُصَلِّي . رواه البخاري

Dari Malik bin Huwairits, ia berkata, “Telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ”Shalatlah sebagaimana kamu lihat aku shalat.”  (H.R. Bukhari)


Setiap muslim yang sudah memasuki usia 7 (tujuh) tahun diperintahkan untuk shalat.

عَنْ عَمْرِوبْنِ شُعَيْبٍ عَنْ اَبِيْهِ عَنْ جَدِّهِ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم مُرُوْا صِبْيَانَكُمْ بِالصَّلاَةِ لِسَبْعِ سِنِيْنَ وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا لِعَشْرِسِنِيْنَ وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ.رواه احمد وابوداود 

Dari Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari datuknya, ia berkata, ”Rasulullah shallallahu  ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Perintahlah anak-anak kalian untuk mengerjakan shalat ketika mereka berumur tujuh tahun, pukullah mereka (karena enggan mengerjakan shalat) pada saat mereka berusia sepuluh tahun, dan pisahkanlah mereka dalam tempat tidur mereka”. (H.R. Ahmad dan Abu Dawud) 

Shalat merupakan ibadah yang diperintahkan Allah subhaanahu wa ta‘aala kepada seluruh kaum muslimin. Ketika Rasulullah shallallahu  ‘alaihi wa sallam mengutus Muadz bin Jabal radhiallahu ’anhu ke Yaman, Rasulullah shallallahu  ‘alaihi wa sallam bersabda, 

فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللهَ قَدِ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ. رواه البخاري ومسلم

“Beritahukan kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan kepada mereka shalat lima waktu dalam satu hari satu malam”. (H.R. Bukhari dan Muslim)


Orang yang tertidur atau lupa diperintahkan untuk shalat tatkala ia ingat.  Ini pun menunjukkan mempertegas pentingnya perintah shalat.  

وَعَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : مَنْ نَسِيَ صَلاَةً فَلْيُصَلِّهَا إِذَا ذَكَرَهَا, لاَكَفَّارَةَ لَهَاإِلاَّ ذّالِكَ . متفق عليه

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ”Barang siapa lupa mengerjakan shalat, hendaklah dia mengerjakan pada saat teringat. Tidak ada kafarat baginya, melainkan hanya itu saja”. (H.R. Bukhari dan Muslim)

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ نَسِيَ صَلاَةً فَلْيُصَلِّ إِذَا ذَكَرَهَا لاَ كَفَّارَةَ لَهَا إِلاَّ ذَلِكَ وَ تَلاَقَوْلَهُ تَعَالَى (وَأَقِمِ الصًّلاَةَ لِذِكْرِي) وَلِمُسْلِمٍ : مَنْ نَسِيَ صَلاَةً أَوْ تَسامَ عَنْهَا فَكَفَرَ تُهَا أَنْ يُصَلِّيَهَا إِذَا ذَكَرَهَا

“Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dia berkata. ‘Rasulullah shallallahu  ‘alaihi wa sallam berrsabda, ‘Barangsiapa lupa shalat, hendaklah dia mengerjakannya ketika mengingatnya, tiada kafarat baginya kecuali yang demikian itu’. Lalu beliau membaca firman Allah. ‘Dan, dirikanlah shalat untuk mengingat-Ku'”. (HR Muslim)

Orang yang tertidur dihukumi sama dengan orang yang tidak sadarkan diri selama tiga hari atau kurang. Pendapat ini telah diriwayatkan dari Ammar, ’Imran bin Hushain dan Samurah bin Jundab radhialla ̅hu ‘anhu. Adapun jika masa tidak sadarkan diri itu lebih dari itu, tidak ada kewajiban baginya untuk shalat, karena orang yang tidak sadarkan diri dalam waktu lebih dari 3 (tiga) hari sama dengan orang yang tidak waras atau hilang akal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.