TAMAN ARKEOLOGI PULAU ONRUST DAN SEKITARNYA
ONRUST YANG TAK PERNAH SEPI SELAMA 400 TAHUN
Pulau Onrust dan ketiga pulau di sekitarnya yaitu Pulau Cipir (Kuiper, Kahyangan), Kelor dan Bidadari (Purmerend) merupakan gugus pulau di kepulauan seribu yang banyak menyimpan potensi wisata sejarah masa kolonial cukup eksotik. Keempat pulau tersebut kini dikenal sebagai Taman Arkeologi yang dilindungi oleh pemerintah. Selain masih menyimpan sisa-sisa bangunan bersejarah sejak masa kolonial, juga banyak menyimpan cerita dan kisah-kisah sejarah ratusan tahun silam.
Kisah ini bermula sejak awal abad ke17 Masehi. Wilayah Perairan Nusantara ketika itu sudah menjadi jalur lalu-lintas pelayaran niaga yang sangat ramai. Banyak armada kapal-kapal Spanyol, Portugis atau Belanda yang pergi ke timur, ke pusat-pusat perdagangan Asia.
Mereka mencari teh atau sutra di Cina, tembaga di Jepang, dan rempah-rempah di berbagai wilayah Nusantara. Saat itu rempah-rempah menjadi komoditas primadona di pasaran Eropa.
Timbul persaingan di antara orang-orang Eropa sendiri untuk dapat memonopoli perdagangannya. Namun Belanda dengan VOC-nya, terbilang cukup berhasil menguasai perdagangan rempah-rempah di Nusantara.
Di bawah pengawasan VOC, Pulau Onrust mulai berperan dalam perdagangan internasional sebagai tempat persinggahan kapal-kapal. Selain itu ia juga menjadi tempat penampungan sementara komoditi-komoditi Asia yang akan di kirim ke Eropa.
Pulau ini sebelumnya disebut sebagai pulau Kapal oleh penduduk di sekitarnya karena banyak hilir mudiknya kapal-kapal bangsa Eropa yang singgah di pulau ini. Karena sedemikian sibuknya pulau ini melayani bongkar muat barang-barang komoditi dan kegiatan perbaikan kapal, maka orang-orang Belanda menyebut pulau ini dengan Onrust.
ONRUST yang artinya un-rest, “tanpa istirahat” atau “sibuk” menjadi nama inilah yang dikenal sejak abad 17. Namun nama Onrust hanya dikenal dikalangan orang-orang Belanda, sementara penduduk di sekitarnya tetap menyebutnya dengan Pulau Kapal.
Bangunan Onrust Masa Lalu
Dengan fungsinya sebagai tempat persinggahan berbagai komoditas Asia, pada tahun 1615 (atas izin Pangeran Jayakarta), Belanda mulai membangun Dermaga dan Galangan Kapal untuk memperbaiki kapal-kapal VOC di Pulau Onrust.
Ketika Jayakarta dikuasai Belanda, kerajaan-kerajaan di Nusantara dan tentara Inggris berusaha menyerang dan menggempur Belanda. Untuk melindunginya, Belanda membangun benteng besar dan kokoh di pulau-pulau sekitar Jayakarta tahun 1656. Pada tahun 1658 dibangun sebuah benteng kecil di Pulau Onrust yang kemudian tahun 1671 diperluas menjadi Benteng segi-lima.
Selanjutnya tahun 1671 di pulau ini pula dibangun gudang Dok dan Kincir Angin. Kincir angin kedua dibangun pada tahun 1864. Pada tahun 1827 Hindia Belanda di bawah Gubernur Jenderal G.A Baron van der Capellen memberi perhatian lagi kepada Pulau Onrust.
Orang-orang Cina, pribumi dan tawanan-tawanan kriminal dikerahkan untuk membangun kembali Onrust yang porak poranda akibat serangan tentara Inggris tahun 1800, 1806 dan 1810. Pekerjaan dimulai tahun 1828 dan selesai tahun 1848. Pada tahun 1856, sarana pelabuhan di Pulau Onrust ditambah dengan pembangunan dok terapung untuk perbaikan kapal di lepas pantai.
Namun sejak Belanda membangun pelabuhan yang lebih modern di Tanjung Priok, peranan Pulau Onrust kian meredup dan dilupakan. Akhirnya letusan Gunung Krakatau tahun 1883 meratakan seluruh kawasan Pulau Onrust dan sekitarnya.
Zona Pertahanan
Setelah Jayakarta dikuasai VOC dan dirubah menjadi Batavia tahun 1619, Pulau Onrust dikembangkan sebagai zona pertahanan VOC di utara. Untuk itu dibangunlah sebuah benteng. Dihitung dari perencanaannya, benteng di Pulau Onrust mulai dibangun tahun 1656. arsiteknya bernama Johannes Listingh.
Awalnya berbentuk belah ketupat, dengan dua buah Bastion (yaitu bagian menjorok pada sudut benteng) yang berseberangan secara diagonal. Pada tahun 1671 diputuskan untuk memperluas benteng menjadi segi-lima dengan bastion di setiap sudutnya. Keseluruhan pembangunannya memakan waktu 20 tahun. Benteng ini juga dilengkapi dengan gudang amunisi.
Sisa-sisa benteng yang masih bisa ditemukan kini adalah pondasi Bastion Utama. Bastion utama ini dibangun Belanda pada 1672. Bastion ini berfungsi sebagai pos pengintai dan tempat penyimpanan mesiu. Bastion ini hancur lebur setelah 3x digempur Inggris.
Dilatarbelakangi oleh peperangan yang melanda Eropa tahun 1795 hal ini turut memperlemah kedudukan VOC di Batavia. Kesempatan ini dimanfaatkan Inggris. Tahun 1800 armada Inggris yang dipimpin H.I. Ball memblokade Batavia, menyerang dan membumihanguskan Pulau Onrust.
Tahun 1803 Belanda membangun kembali Pulau Onrust dari kehancurannya. Namun, lagi-lagi tahun 1806 armada Inggris yang dipimpin Admiral Edward Fellew kembali menyerang. Bahkan pada tahun 1810 Inggris menghancurkan sama sekali Pulau Onrust dan menguasainya sampai angkat kaki dari sana tahun 1816.
Menara Mortello pada Abad ke 19
Bangunan-bangunan Onrust dari abad ke-19 Masehi seperti Gudang, barak tentara atau penjara, saat ini sudah tidak terlihat lagi. Yang ada hanya sebagian pondasinya saja yang terpendam. Mungkin serangan-serangan Inggris atau letusan Gunung Krakatau telah meratakannya, atau musnah akibat pembongkaran besar-besaran di tahun 1968.
Akan tetapi wakil dari bangunan abad ke-19 yang masih dijumpai di Pulau Kelor dan Bidadari, yaitu Menara Martello atau benteng bundar. Keduanya diperkirakan dibangun setelah Inggris hengkang dari Batavia. Mungkin kekokohannya membuat keduanya bertahan dari kerusakan akibat tsunami letusan Krakatau. Menara Mortello di Pulau Kelor terbilang kurang terawat namun lebih bebas dikunjungi dibanding yang berada di pulau Bidadari.
Belakangan, melalui penemuan sisa-sisa pondasinya di Onrust - dan juga Cipir-, dahulu di Onrust pernah pula memiliki benteng bundar seperti itu. Sisa reruntuhan Benteng Martello (benteng bundar) yang masih ada di Onrust adalah Benteng Martello yang dibangun 1850. Benteng ini dibangun guna memperkuat pertahanan Pulau Onrust. Tahun 1883 Benteng Martello di Onrust porakporanda setelah diterjang gelombangTsunami dari letusan Gunung Krakatau.
Berganti-Ganti Fungsi
Pada awalnya Pulau Onrust dijadikan sebagai tempat singgah berbagai kapal sekaligus galangan kapal untuk kepentingan ekonomi. Namun karena lokasinya yang strategis yaitu dekat Batavia pulau ini difungsikan juga sebagai zona pertahanan.
Berbagai fasilitas pertahanan dan ekonomi tersebut hancur oleh gempuran Inggris dan letusan Krakatau (1883). Sejak itulah Pulau Onrust berubah fungsi. Tahun 1905, Belanda membangun kembali pulau Onrust dan juga Pulau Cipir (Kahyangan). Namun kali ini hanya stasiun pengamatan cuaca.
Tahun 1911-1933 Pulau Onrust beralih fungsi lagi menjadi karantina haji. Setelah itu sampai masa kekuasaan Jepang, Pulau Onrust hanya digunakan sebagai penjara dan tempat bagi para tawanan.
Rumah Dokter di Pulau Onrust dibangun pada 1939, ketika itu di Pulau Onrust difungsikan sebagai tempat barak orang sakit. Dari tahun 1948-1960-an Onrust berturut-turut digunakan sebagai karantina penderita penyakit menular, tempat penampungan gelandangan dan pengemis, serta pangkalan latihan militer.
Karantina Haji
Tahun 1911 Pulau Onrust berperanan sebagai tempat karantina Haji. Sebagian besar bangunan kuno di Pulau Onrut sekarang adalah sisa-sisa fasilitas karantina haji dari awal abad ke-20. Saat itu jalur laut memang merupakan jalur utama transportasi haji. Keberangkatan dan kepulangan para jamaah haji diatur di pulau ini.
Fasilitas yang ada antara lain barak, rumah dokter, rumah sakit, kantor registrasi, pos keamanan, dan sarana MCK (termasuk tempat pencucian umum). Beberapa diantaranya sudah ada yang dipugar sehingga cukup utuh keberadaannya. Bahkan rumah dokter kini difungsikan sebagai museum bagi Taman Arkeologi Pulau Onrust.
Setelah peristiwa 1968, berbagai fasilitas karantina haji ini hanya menyisakan reruntuhan saja. Sisa reruntuhan tersebut yang kini masih bisa dilihat adalah reruntuhan barak karantina haji yang dibangun tahun 1911. berjumlah 35 unit barak, dan setiap barak menampung 100 jamah haji. Pada tahun 1933 kegiatan karantina haji dipindahkan ke Pelabuhan Tanjung Priok.
Sisa reruntuhan lainnya adalah tempat cuci umum bagi jamaah haji dan pagar anti tikus yang dibangun dan dipelahara selama tahun 1911-1930 an untuk menghalangi tikus masuk ke dalam bangunan. Pada saat itu masyarakat Batavia terjangkit penyakit yang disebabkan Kencing Tikus (Leptospirosis)
Pulau Tahanan.
Lokasi yang dikelilingi laut dan jauh dari daratan membuat Pulau Onrust menjadi penjara atau tempat isolasi. Di zaman Belanda, pulau ini pernah menjadi tempat hukuman bagi taruna akademi militer yang bandel serta pemberontak. Saat Perang Dunia II tempat ini menjadi tempat tawanan orang-orang Jerman, salah satunya adalah Steinfurt, mantan Kepala administrasi Pulau Onrust sendiri.
Di zaman pendudukan Jepang, Pulau Onrust menjadi penjara bagi tahanan kelas berat dan politik -diantaranya DN Aidit dan Lukman- yang kelak menjadi tokoh PKI. Bangunan penjara yang kini masih bisa dilihat di Pulau Onrust adalah bangunan penjara yang pernah dimanfaatkan tentara Jepang pada tahun 1942 sebagai tempat mengadu kekuatan para tahanan. Setelah Indonesia merdeka, pulau ini pernah menjadi tempat eksekusi tokoh utama DI-TII Kartosuwirjo, bahkan makamnya masih bisa dilihat hingga kini.
Onrust Masa Kini
Pembongkaran besar-besaran pada tahun 1968 terhadap seluruh bangunan yang ada di Pulau Onrust menjadikan Onrust menjadi pulau yang hampir dilupakan orang. Mungkin yang tersisa hanya pepohonan yang hampir mati akibat abrasi pantai dan kekeringan. Hal ini menjadi keprihatinan Gubernur DKI Jakarta ketika itu.
Tahun 1972 berdasarkan Gubernur KDKI Jakarta No.C8.11/2/16/72, pulau Onrust dan sekitarnya kemudian ditetapkan sebagai SUAKA PURBAKALA. Setelah itu kemudian dilakukan berbagai eskavasi arkeologi untuk menemukan sisa-sisa peninggalan kekayaan sejarah Pulau Onrust.
Eskavasi arkeologi di Pulau Onrust yang dilakukan sejak tahun 1979 sampai 1989 berhasil menemukan pondasi benteng segi lima serta pondasi kincir angin, sebagaimana yang ada dalam denah Pulau Onrust tahun 1740 yang digambar oleh orang Jerman JW Heydt. Beberapa bangunan sebelum abad ke-20 pun, seperti kolam penampungan air bawah tanah (reservoir ?), berhasil ditampakkan.
Akhirnya, situs Pulau Onrust dinyatakan sebagai BENDA CAGAR BUDAYA berdasarkan Peraturan Daerah Pemerintah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 9 Tahun 1999. Memugar, memperbaiki, mengubah bentu, mengubah warna, mengganti bangunan yang merupakan bagian dari bangunan Cagar Budaya serta lingkungannya harus dengan izin Gubernur Profinsi DKI Jakarta dengan rekomendasi dari Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Provinsi DKI Jakarta
Menurut catatan sekitar 30 tahun yang lalu luas Pulau Onrust adalah 12,8 hektare (ha), namun kini tinggal 7,5 ha saja. Abrasi pantai yang cukup hebat setiap tahunnya mengikis pinggir-pinggir pulau tersebut, masalah ini diminimalisir dengan ditanamnya pemecah ombak di pinggir pulau.
Demikianlah Onrust, selama ratusan tahun ia tidak pernah sepi dari berbagai aktifitas. Memang yang tertinggal kini hanya beberapa bangunan saja yang tersisa, sebuah rumah dokter, makam Belanda, makam Pribumi, beberapa pondasi dari bangunan masa silam seperti benteng, Menara Mortello, barak-barak karantina haji, pagar anti tikus, kakus umum dan tonggak-tonggak pondasi jembatan yang pernah menghubungkan Onrus dan Cipir, beberapa lainnya. Semuanya kini menjadi saksi bisu dari perjalanan sebuah pulau yang melewati sejarahnya sendiri selama lebih dari 400 tahun !
Sumber Photo : Istimewa , Jayakarta, 25 April 2009
Sumber Photo : Istimewa , Jayakarta, 25 April 2009
TAHUN-TAHUN PENTING
A. ARMADA DAGANG
1596 Cornelis de Houtman memimpin armada dagang dari Belanda dan sampai di Banten
1598 Yacob van Neck memimpin armada dagang dari Belanda dan sampai di Banten, kemudian melanjutkan sampai ke Maluku
B. VOC (1602-1799)
1602 Para pedagang Belanda membentuk persekutuan dagang yang disebut dengan Verenigde oost Indische Compagnie (VOC) atau serikat dagang Hindia Belanda. Pemerintah Kerajaan Belanda memberikan hak-hak istimewa (octrooi) kepada VOC sebagaimana layaknya sebuah negara. Gubernur Jenderal VOC pertama yaitu Pieter Both dan mengambil Maluku sebagai pusat kekuasaannya
1619 Gubernur Jenderal kedua yaitu Jan Pieterzoon Coen memindahkan pusat kekuasaan VOC ke Jayakarta dan menamainya Batavia. Jayakarta yang sebelumnya berada dibawah kekuasaan pangeran Jayakarta berhasil ditalukkan VOC.
C. PEMERINTAH HINDIA BELANDA (1799-1811)
1719 Akibat banyaknya masalah, terutama lilitan hutang, kekuasaan VOC atas Nusantara diambil alih oleh Pemerintah Kerajaan Belanda.
1800 Tepat pada tanggal 1 Januari 1800, seluruh wilayah Nusantara berada dibawah kekuasaan Belanda, dan sejak itu Nusatara bernama Hindia Belanda yang dipimpin oleh Pemerintah Hindia Belanda.
D. PEMERINTAH INGGRIS (1811-1816)
1811 Kekuasaan Hindia Belanda jatuh ke tangan Inggris melalui serangan militer bertubi-tubi. Nusantara resmi menjadi jajahan Inggris dengan Gubernur Jenderal pertama yaitu Thomas Stamford Raffles.
E. PEMERINTAH HINDIA BELANDA, LAGI (1816-1942)
1816 Disahkan Konvensi London dimana seluruh daerah jajahan Belanda yang direbut Inggris dikembalikan kepada Belanda kecuali Kaapkoloni dan Srilanka. Setelah itu wilayah Nusantara kembali menjadi jajahan Belanda.
Catatan :
bagi yang ingin ke Pulau Onrust agar memperhatikan ketentuan yang bisa dilihat pada gambar berikut ini
bagi yang ingin ke Pulau Onrust agar memperhatikan ketentuan yang bisa dilihat pada gambar berikut ini
Keterangan : seluruh poto dalam tulisan ini bisa dilihat di Museum Pulau Onrust, selamat berkunjung !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.