Pengertian Nabi dan Rasul



1. Pengertian Nabi
Kata nabiy (نَبِيّ) berasal dari naba'a - yanba'u -nab'an (نَبَأَ يَنْبَأُ نَبْأً ). Kata ini, jika berdiri sendiri, mempunyai banyak pengertian, antara lain berarti 'bersuara pelan', 'naik' atau 'tinggi', dan juga berarti 'menghindar dan menjauh'. Dari kata ini muncul bentukan yang lain, seperti anba'a - yunbi'u - inba'an ( أَنْبَأَ  يُنْبِأُ   إِنْبَاءً   ) yang berarti 'memberitakan', 'memberitahukan', serta 'mengusir dan mengasingkan' dan nabba'a - yunabbi'u - tanbi'an (نَبَّأَ  يُنَبِّئُ   تَنْبِيْئًا) yang berarti 'memberitakan dan memberitahukan'. Kata an-naba' merupakan bentuk dasar dari kata itu yang mengandung pengertian 'kabar, berita, dan keterangan'. 

Kata nabiy (نَبِيّ) merupakan salah satu bentukan yang berasal dari kata naba'a (نَبَأَ). Kata nabiy (نَبِيّ, tanpa menggunakan hamzah di akhir) dan kata nabi'a (نَبِئَ, dengan menggunakan hamzah di akhir) tampaknya berasal dari kata yang sama, yaitu kata naba'a (نَبَأَ), tetapi keduanya mengandung pengertian yang berbeda. 

Kata nabi lebih mengandung pengertian positif (baik) dibandingkan dengan kata nabi'a yang lebih condong mengandung pengertian yang negatif. Al-Ashfahani menjelaskan bahwa semua nabi memunyai kedudukan yang tinggi, sedangkan nabi'i tidak semuanya mendapat kedudukan yang tinggi. Perbedaan penggunaan kedua kata tersebut juga telah diterangkan oleh Rasulullah di dalam hadist yang diriwayatkan oleh Al-Hakim dari Abu Zarr yang menyatakan: Bahwa suatu ketika seorang A'rabi (penduduk gunung) mendatangi Nabi Muhammad saw seraya memanggil beliau dengan mengatakan, "Ya Nabi'allah, ( يَا نَبِئَ الله= wahai Nabi'a Allah). Rasulullah lalu menyatakan, "Lastu bi nabi'illah, lakinni nabiyyullah, 
 لَسْتُ بِنَبِئِ اللّهِ لَكِنِّي نَبِيُّ اللّه= Aku bukanlah Nabi'a Allah, melainkan Nabi Allah).  

Kata nabiy adalah bentuk tunggal, sedangkan bentuk jamaknya ada dua, yaitu nabiyyun/nabiyyin (نَبِيُّون  نَبِيِّيْن) dan anbiya' (أَنْبِيَاء), yang berarti "Orang-orang yang menyampaikan berita tentang Allah SWT." Kedua bentuk ini ditemukan di dalam Al-Qur'an. Seorang manusia disebut nabi, menurut Ar-Raghib Al-Ashfahani, karena kedudukannya yang tinggi di atas kedudukan semua manusia lainnya. Hal ini seperti dinyatakan oleh Allah di dalam QS. Maryam [19]: 57, wa rafa'nahu makdnan 'aliyya, (  = Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi).  

Penjelasan lain dikemukakan oleh Dawam Rahardjo, bahwa kata Nabi berasal dari kata an-naba’ yang artinya berita. Di dalam Al Quran, kata nabi’ (jamaknya nabiyyun, anbiyaa’u) berasal dari satu kata dasar yaitu naba’ yang artinya nubuwah (prophecy yaitu ramalan, prophethood yaitu kenabian), nabba’a dan anba’a (to tell yaitu bercerita) dan istinba’a (meminta untuk diceritakan).  

Pengarang kitab Shafwatut Tafasir menyebutkan bahwa kata annabiyyu adalah orang yang di beri wahyu oleh Allah SWT dam di beritahu tentang hal-hal sebelumnya tidak diketahui dengan usahanya sendiri, baik berupa berita atau hukum yang dengan adanya pemberitahuan itu, dia langsung mengerti bahwa berita atau hukum itu berasal dari Allah SWT. 

Nabi adalah orang yang mendapat nubuwwah. An-nubuwwatu adalah pangkat kenabian. Pangkat nubuwah ini diberikan kepada Rasulullah SAW (Qs. 6:89  3:79), kepada Ibrahim  AS, Ishaq AS dan Ya’qub AS (Qs. 29:27), diberikan kepada bani Israil (Qs. 45:16), kepada Nuh AS dan Ibrahim AS (Qs. 57:26).

Di dalam Al Quran, seorang Nabi itu dicirikan dengan adanya wahyu Allah SWT yang turun kepadanya. Ini ciri utama seorang Nabi, ia mendapat wahyu dari Allah SWT.
إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَى نُوحٍ وَالنَّبِيِّينَ مِنْ بَعْدِهِ وَأَوْحَيْنَا إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالأسْبَاطِ وَعِيسَى وَأَيُّوبَ وَيُونُسَ وَهَارُونَ وَسُلَيْمَانَ وَآتَيْنَا دَاوُدَ زَبُورًا (١٦٣)
“Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub dan anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. dan Kami berikan Zabur kepada Daud”. Qs. 4/163 

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلا صَالِحًا وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا (١١٠)
“Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". Qs. 18:110  

ثُمَّ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (١٢٣)
“Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): "Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif" dan bukanlah Dia Termasuk orang-orang yang mempersekutukan tuhan. Qs. 16:123

Seorang Nabi juga melakukan perjanjian dengan Allah SWT, perjanjian yang sangat kuat sehingga disebut Mitsaqan Ghalizan.
وَإِذْ أَخَذْنَا مِنَ النَّبِيِّينَ مِيثَاقَهُمْ وَمِنْكَ وَمِنْ نُوحٍ وَإِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ وَأَخَذْنَا مِنْهُمْ مِيثَاقًا غَلِيظًا (٧)
“Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil Perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri) dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka Perjanjian yang teguh[1202].[1202] Perjanjian yang teguh ialah kesanggupan menyampaikan agama kepada umatnya masing-masing. Qs. 33/7 

Salah satu isi perjanjian yang dilakukan oleh seorang Nabi adalah untuk menerima Kitab dan Hikmah, juga untuk beriman dan menolong Rasul yang membenarkan apa yang ada padanya. Para Nabi berjanji kepada Allah SWT bahwa bilamana datang seorang Rasul bernama Muhammad mereka akan iman kepadanya dan menolongnya. Perjanjian nabi-nabi ini mengikat pula kepada ummatnya.
وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ النَّبِيِّينَ لَمَا آتَيْتُكُمْ مِنْ كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنْصُرُنَّهُ قَالَ أَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ عَلَى ذَلِكُمْ إِصْرِي قَالُوا أَقْرَرْنَا قَالَ فَاشْهَدُوا وَأَنَا مَعَكُمْ مِنَ الشَّاهِدِينَ (٨١)
“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil Perjanjian dari Para nabi: "Sungguh, apa saja yang aku berikan kepadamu berupa kitab dan Hikmah kemudian datang kepadamu seorang Rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya"[209]. Allah berfirman: "Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?" mereka menjawab: "Kami mengakui". Allah berfirman: "Kalau begitu saksikanlah (hai Para Nabi) dan aku menjadi saksi (pula) bersama kamu". (Qs 3:81)

Nubuwah merupakan anugerah tertinggi yang Allah SWT berikan kepada manusia-manusia tertentu yang telah dipilih-Nya dari sekian banyak manusia yang ada di bumi untuk menjalankan misi suci dan tugas risalah menyampaikan wahyu Allah SWT. 
“Mereka itu adalah orang-orang yang telah di beri nikmat oleh Allah, Yaitu Para Nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. apabila dibacakan ayat-ayat Allah yang Maha Pemurah kepada mereka, Maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.Qs. 19/58 

“Allah berfirman: "Hai Musa, Sesungguhnya aku memilih (melebihkan) kamu dan manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu Termasuk orang-orang yang bersyukur." Qs.7/144 

“Apabila datang sesuatu ayat kepada mereka, mereka berkata: "Kami tidak akan beriman sehingga diberikan kepada Kami yang serupa dengan apa yang telah diberikan kepada utusan-utusan Allah". Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan. orang-orang yang berdosa, nanti akan ditimpa kehinaan di sisi Allah dan siksa yang keras disebabkan mereka selalu membuat tipu daya. Qs. 6/124 

Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil Perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri) dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka Perjanjian yang teguh[1202]. Qs. 33/7

[1202] Perjanjian yang teguh ialah kesanggupan menyampaikan agama kepada umatnya masing-masing. 

Kriteria seorang Nabi adalah dianugerahi al-kitab/suhuf, al-hukmu dan nubuwah sebagaimana disebutkan dalam  Qs. 6/89,
أُولَئِكَ الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ فَإِنْ يَكْفُرْ بِهَا هَؤُلاءِ فَقَدْ وَكَّلْنَا بِهَا قَوْمًا لَيْسُوا بِهَا بِكَافِرِينَ (٨٩)
“Mereka itulah orang-orang yang telah Kami berikan kitab, hikmat dan kenabian Jika orang-orang (Quraisy) itu mengingkarinya, maka sesungguhnya Kami akan menyerahkannya kepada kaum yang sekali-kali tidak akan mengingkarinya.” (Qs 6:89)

Menurut ayat ini, seorang Nabi itu mempunyai 3 (tiga) kriteria yaitu:
a. menerima wahyu yang kemudian terhimpun dalam sebuah kitab; 
b. membawa syariat dan hukum sebagai pedoman cara hidup, sehingga keteladanan rasul menjadi sumber hukum pula; 
c. memiliki kemampuan memprediksi (forecasting) berbagai hal yang akan datang kemudian, seperi Nabi Ibrahim, Nabi Nuh dan Nabi Luth yang telah memperingatkan kaumnya sekalipun telah didustakan.

Berkaitan dengan nubuwah dalam pengertian menyampaikan berita tentang hal-hal yang akan terjadi pada masa yang akan datang ini, Sayid Hawa mengatakan, 
“Kenabian yang dengannya memberitahukan kepada kita akan perkara-perkara yang ghaib telah menunjukkan kepada kita bahwa pemilik kenabian (nubuwah) tersebut punya hubungan yang utuh dengan Allah SWT. Jika tidak demikian, mustahil dalam pembicaraannya tampak pengaruh ilmu-ilmu Allah Yang Maha Mengetahui tentang masa lalu dan masa sekarang, yang seolah hal ihwal masa depan terpampang di depannya karena Allah SWT menyingkapkan hal itu kepadanya.” 

Pada beberapa nabi, Allah SWT memberikan kepada mereka beberapa bayyinat (tanda-tanda yang nyata) Qs.10:75  2:92  2:87  3:184  35:25, atau aayat (keterangan) yang ghaib Qs.10:20, ayat yang mubzhirotan Qs.27:13. Al Quran tidak menggunakan istilah mukjizat, tetapi Al Quran menggunakan istilah aayat atau bayyinat. Nabi Musa As termasuk yang mendapat mukjizat paling banyak dari Allah sejumlah 9 mukjizat Qs. 27:12.

Nabi terakhir adalah Rasulullah SAW Qs 33:40, kata yang digunakan adalah khatama dan bukan khatim, yang berarti bukan sekedar penutup tetapi juga melengkapi, menggenapi dan menyempurnakan.

Quraish Shihab menyebutkan di dalam Al-Qur'an persoalan nabi dan kenabian diungkap dengan menggunakan kata nabiy sebanyak 54 kali, kata nabiyyiin/nabiyyin  sebanyak 16 kali, kata anbiya' sebanyak 5 kali, dan kata nubuwwah sebanyak 5 kali. Sedangkan menurut catatan Dawam Rahardjo, Kata nabi disebutkan 75 kali dalam 20 surat, sedangkan kata naba’ sendiri disebutkan sebanyak 29 kali dalam 21 surat. 

Dalam penelitian kami terhadap kitab Mu’jamul Mufahrats li Alfadz Quranil Karim karya Muhammad Fuad Abdul Baqi, tercatat bahwa:
a. kata An-Nabi  النبي disebutkan dalam 43 tempat; 
b. kata Nabiyyan  نَبِيًّاdisebutkan dalam 8 tempat (Qs.  3:39  19:30  19:41  19:49  19:51  19:53  19;56  37:112);
c. kata Nabiyyuhum   نَبِيُّهُمdisebutkan dalam 2 tempat (Qs. 2:247  2:248);
d. kata Annabiyyun   اَلنَّبِيُّونdigunakan dalam  16 tempat (Qs. 2:136  3:84  5:44  2:61  2:177  2:213   3:21  3:80  3:81  4:69  4:163  17:55  19:58   33:7  33:40  39:69);
e. kata alAnbiya   الأَنْبِيَاءdisebutkan dalam 5 tempat (Qs. 2:91  3:112  3:181  4:155   5:20); 
f. kata Nubuwah   النُّبُوَّةdisebutkan dalam 5 tempat (Qs. 3:79  6:89  29:27  45:16   57:26).

2. Pengertian Rasul. 
Kata rasul berasal dari kata arsala-rasala-rasulan yang artinya utusan. Menurut Ar-Raghib dalam Mufradat fi Gharibil Quran, asal kata ar-rasul adalah  terdorong unuk melakukan apa yang disampaikan (al-ibi’aats ‘alat-tu-aadah). Dikatakan (unta mengirim asal panah dengan selamat, mudah).  Ar-rasul adalah bentuk mufrad sedangkan jamaknya adalah rasulan. 

Kata rasala dalam Al Quran dipergunakan dalam beberapa bentuk, yaitu rasala berarti “membiarkan” (Qs 12:12), rasala berarti “menguasai” (Qs 19:83), rasala berarti “menimpakan”, yakni mengirimkan (menjatuhkan) sesuatu dari atas (Qs 51:33), rasala berarti “mencurahkan air” (Qs 6:6), disebutkan mencurahkan karena lebatnya Qs. 11:52.

Tidak hanya manusia, kata ar-rasul juga dipergunakan untuk malaikat, seperti untuk malaikat Jibril dalam Qs Attakwir:19. Pengarang tafsir Al Maraghi menyebutkan bahwa al Mursalat adalah para malaikat yang di utus Allah untuk menyampaikan nikmat kepada suatu kaum dan niqmah (azab) kepada kaum yang lain. 

Di dalam Al Quran pengertian Rasul الرسول dijelaskan dalam beberapa ayat. Rasul, sebagaimana para Nabi juga mendapat wahyu dari Allah SWT, 
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا أَنَا فَاعْبُدُونِ (٢٥)
“Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan aku". Qs.21:25

Di dalam Qs. 10;47 disebutkan bahwa setiap ummat itu memiliki rasul masing-masing, yang di angkat dari kalangan mereka sendiri. Tugas Rasul itu adalah untuk memberikan keputusan dengan adil di antara ummatnya apabila terdapat permasalahan yang muncul.
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ رَسُولٌ فَإِذَا جَاءَ رَسُولُهُمْ قُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْقِسْطِ وَهُمْ لا يُظْلَمُونَ 
“Tiap-tiap umat mempunyai rasul; Maka apabila telah datang Rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikitpun) tidak dianiaya. Maksudnya: antara Rasul dan kaumnya yang mendustakannya. Qs. 10/47  

Salah satu permasalahan yang muncul adalah yang berkaitan dengan hukum, di mana seseorang menganiaya dirinya sendiri sehingga harus mendapat sanksi sesuai ketentuan yang berlaku. 

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ رَسُولٍ إِلا لِيُطَاعَ بِإِذْنِ اللَّهِ وَلَوْ أَنَّهُمْ إِذْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ جَاءُوكَ فَاسْتَغْفَرُوا اللَّهَ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُولُ لَوَجَدُوا اللَّهَ تَوَّابًا رَحِيمًا (٦٤)فَلا وَرَبِّكَ لا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا (٦٥)
“Dan Kami tidak mengutus seseorang Rasul melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah. Sesungguhnya Jikalau mereka ketika Menganiaya dirinya[313] datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. 65. Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. Qs. 4/64-65  

Apabila sudah diputuskan maka tidak boleh ada keraguan sedikitpun dari kalangan orang beriman terhadap keputusan Rasul tersebut. Bahkan dikatakan tidak beriman apabila seseorang merasa berkeberatan hati terhadap keputusan yang diberikan. Tidak ada pilihan lain bagi seorang mukmin kecuali ucapan sami’na wa atho’na terhadap Rasul.
وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلالا مُبِينًا (٣٦)
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya Maka sungguhlah Dia telah sesat, sesat yang nyata. Qs. 33/36 

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (٥١)
“Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka adalah ucapan. "Kami mendengar, dan Kami patuh". dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung. Qs. 24/51  

Misi seorang Rasul adalah menyerukan ibadah hanya kepada Allah dan menjauhi Thagut.
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُمْ 
مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلالَةُ فَسِيرُوا فِي الأرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ (٣٦)
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", Maka di antara umat itu ada orang-orang yang di beri petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)”. Qs. 16/36 

هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الأمِّيِّينَ رَسُولا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ (٢)
“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka kitab dan Hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”, Qs. 62/2  

Salah satu misi Rasul adalah melakukan pembinaan terhadap ummatnya sehingga ummatnya mau mempelajari dan melaksanakan wahyu yang turun kepada mereka. 
لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ (١٦٤)
“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata”. Qs. 3/164 

Nabi Muhammad SAW juga merupakan seorang Rasul, sebagaimana telah berlalu rasul sebelumnya. Dan sebagaimana Rasul lainnya, juga berlaku prinsip estafeta kepemimpinan di mana setelah wafatnya Rasulullah SAW, maka harus ada yang menggantikan tugas imamah Nabi Muhammad SAW. 
وَمَا مُحَمَّدٌ إِلا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ 
انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللَّهَ شَيْئًا 
وَسَيَجْزِي اللَّهُ الشَّاكِرِينَ (١٤٤)
“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika Dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, Maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi Balasan kepada orang-orang yang bersyukur”. Qs. 3/144. 


Berdasar penjelasan di atas, sesungguhnya Nabi dan Rasul memiliki makna dan kedudukan yang sama. Hanya saja perbedaan keduanya adalah pada titik tekan perannya. Dari asal katanya, istilah Nabi menekankan segi kesanggupannya menerima wahyu Allah, sedangkan kata rasul menekankan pada misinya untuk menyampaikan risalah atau nubuwah kepada manusia.  

Peran menonjol seorang Rasul, yang membedakannya dengan Nabi, adalah pada menyampaikan (arsala) berita tersebut (wahyu) kepada manusia. Istilah Rasul dalam Al Quran terlihat sangat komunikatif dan interaktif dengan manusia yang lain, di banding dengan istilah Nabiy yang lebih komunikatif dan interaktif dengan Allah SWT. 

Menurut Muhammad Fuad Abdul Baqi, kata arsala (اَرْسَلَ) terdapat di dalam 7 (tujuh) ayat, yaitu Qs. 9:33  48:28  61:9   26:53   35:9   105:3  25:48.  Pada tiga ayat terakhir yang disebutkan, kata arsala dengan makna menyampaikan diartikan dengan proses pengiriman makhluk Allah seperti angin (Qs 25:48 35:9) dan burung (Qs. 105:3). Sedangkan di dalam Qs. 26:53 disebutkan kata arsala diartikan kegiatan mengirim manusia, seperti  yang dilakukan oleh Firaun untuk mengumpulkan tentaranya (junudu Fir’aun).
فَأَرْسَلَ فِرْعَوْنُ فِي الْمَدَائِنِ حَاشِرِينَ (٥٣)
 “Kemudian Fir'aun mengirimkan orang yang mengumpulkan (tentaranya) ke kota-kota. (Qs 26:53)

Sedangkan dalam Qs. 9:33  48:28  61:9 disebutkan bahwa kata arsala bukan sekedar menyampaikan risalah dan wahyu Allah SWT, melainkan juga menegakkan risalah dan wahyu Allah SWT tersebut sehingga menjadi tegak dan nyata di hadapan manusia lainnya. Al Quran menggunakan kata liyuzhhirahu yang secara harfiah berarti “untuk dizahirkan” (lawan dari kata bathin), namun pengertian yang lebih mewakili adalah yang disebutkan oleh Muhammad Al-Hamsi yaitu liyu’liyahu wa liyughallibuhu, yaitu Din Islam itu harus ditinggikan dan dimenangkan atas din-din lain. 

Dalam penelitian kami terhadap kitab Mu’jamul Mufahrats li Alfadz Quranil Karim karya Muhammad Fuad Abdul Baqi, bahwa di dalam Al Quran tercatat penggunaan kata-kata berikut disebutkan, yaitu:
a. kata Rasulun/Rasulin/Rasulan digunakan di 139 tempat;
b. kata Rasulakum digunakan di 2 tempat (Qs. 2:108  26:27);
c. kata Rasuluna/Rasulina digunakan di 4 tempat;
d. kata Rasuluhu/Rasulihi digunakan di     tempat;
e. kata Rasulahum digunakan di     tempat;
f. kata Rasulihi  digunakan di     tempat.

Sebagai pelengkap dari bahasan tentang pengertian rasul ini adalah adanya sebuah hadits Rasulullah SAW berikut.
حَدَّثَنَا هَنَّادٌ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ أَبِي عَوْنٍ الثَّقَفِيِّ عَنْ الْحَارِثِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ رِجَالٍ مِنْ أَصْحَابِ مُعَاذٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَ مُعَاذًا إِلَى الْيَمَنِ فَقَالَ كَيْفَ تَقْضِي فَقَالَ أَقْضِي بِمَا فِي كِتَابِ اللَّهِ قَالَ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِي كِتَابِ اللَّهِ قَالَ فَبِسُنَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِي سُنَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَجْتَهِدُ رَأْيِي قَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي وَفَّقَ رَسُولَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Telah menceritakan kepada kami Hannad, telah menceritakan kepada kami Waki' dari Syu'bah dari Abu 'Aun Ats Tsaqafi dari Al Harits bin Amr dari seseorang dari kalangan sahabat Mu'adz bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah mengutus Mu'adz ke Yaman, lalu beliau bertanya: "Bagaimana engkau memutuskan hukum?" ia menjawab; Aku memutuskan hukum dari apa yang terdapat di dalam kitabullah. Beliau bertanya lagi: "Jika tidak ada di dalam kitabullah?" ia menjawab; Dengan sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau bertanya: "Jika tidak terdapat di dalam sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam?" Ia menjawab; Aku akan berijtihad dengan pendapatku. Beliau mengatakan: "Segala puji bagi Allah yang telah memberi taufiq kepada utusan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam." (HR At-Turmudzi No.1249).

Perhatikan bagian akhir hadits tersebut, disebutkan bahwa Rasulullah menyebutkan Muadz bin Jabal dengan sebut rasula rasulullah, yang artinya ‘rasulnya’ Rasulullah. 
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي وَفَّقَ رَسُوْلَ رَسُوْلِ اللّهِ صلعم
“Segala puji bagi Allah yang telah memberi taufiq kepada pesuruh (rasul) Rasulullah”

Pengertian rasul ini tentu mengacu kepada tugas dan jabatan yang di pikul oleh Muadz bin Jabal yang ketika itu di lantik oleh Rasulullah SAW untuk menjadi wali daerah sekaligus hakim di daerah tersebut. 

Karakteristik Nabi dan Rasul
Sekalipun mengemban misi yang sangat besar, pada kenyataannya seorang nabi atau rasul itu layaknya manusia biasa. Al Quran menjelaskan karakteristik Nabi dan Rasul sebagai berikut. Para rasul adalah seorang laki-laki manusia biasa yang menerima wahyu Allah Qs.18:110  12;109  21:7  41:6, bukan dari kalangan malaikat Qs 17:94-95. Rasul dibangkitkan dan berasal dari kalangan ummatnya sendiri, bukan dari ummat lainnya Qs.16:113. Setiap rasul mendapat streotype yang buruk dari umatnya sendiri, seperti tukang sihir dan suka berdusta  Qs.38:4-5.  

Para rasul adalah manusia biasa, sedemikian  manusiawinya para rasul itu karena mereka juga memakan makanan biasa, juga berjalan di pasar-pasar Qs. 25:7  25:20  21:8. Para rasul bahkan memiliki istri-istri dan keturunan, mereka bukanlah kaum rahib nashrani yang di larang untuk menikah dan berketurunan Qs. 13:38. Dalam menjalankan tugasnya, para rasul juga tidak didampingi oleh malaikat yang nampak di mata manusia, juga bukan seseorang yang memilki harta kekayaan yang banyak dan memiliki perkebunan yang banyak  Qs. 25:7-8. 

Karena berasal dari kaumnya sendiri maka ia berbicara dengan bahasa kaumnya sendiri agar lebih mudah dimengerti oleh kaumnya tersebut Qs. 14:4  20/28.  Namun tetap saja, para rasul selalu mendapat ejekan dari kaumnya karena kaumnya tidak percaya bahwa ia adalah seorang rasul Qs.  25:41-42. 

Setiap rasul selalu di utus pada tiap-tiap ummat yang berbeda-beda, untuk menjalankan hukum dengan adil Qs. 10:47. 
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ رَسُولٌ فَإِذَا جَاءَ رَسُولُهُمْ قُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْقِسْطِ وَهُمْ لا يُظْلَمُونَ (٤٧)
tiap-tiap umat mempunyai rasul; Maka apabila telah datang Rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikitpun) tidak dianiaya. Qs. 10:47.
.
Sedemikian pentingnya peran Rasul, sampai-sampai Allah SWT tidak akan memberi siksaan kepada sebuah kaum sebelum Allah SWT mengutus seorang Rasul pada kaum tersebut (Qs. 17:15)
مَنِ اهْتَدَى فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ وَمَنْ ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا وَلا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولا (١٥)
 Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), Maka Sesungguhnya Dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang sesat Maka Sesungguhnya Dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan meng'azab sebelum Kami mengutus seorang rasul. (Qs. 17:15)

Jumlah Nabi dan Rasul 
Jumlah Nabi dan Rasul itu sangat banyak. Al Quran menegaskan bahwa pada setiap ummat telah ada padanya seorang pemberi peringatan (Qs. 35:24). Ada yang menyebutkan jumlah Nabi itu 124.000 orang, dengan bersandar kepada sebuah hadits panjang berikut. 
“Telah bercerita kepada kami Abu Mughirah telah bercerita kepada kami Mu'an bin Rifa'ah telah bercerita kepadaku 'Ali bin Yazid dari Al Qasim Abu 'Abdur Rahman dari Abu Umamah berkata; Rasulullah Shallallahu'alaihiWasallam duduk di masjid, mereka mengira wahyu turun pada beliau lalu mereka mengerumuni beliau hingga Abu Dzarr datang dan masuk kemudian duduk didekat Rasulullah ShallallahuAalaihiWasallam. Nabi Shallallahu'alaihiWasallam menghampiri mereka dan bersabda; "Hai Abu Dzarr! Apa kau sudah shalat hari ini?" Ia menjawab; Belum. Rasulullah Shallallahu'alaihiWasallam bersabda; "Berdiri lalu shalatlah." Seusai shalat empat rakaat dhuha, Abu Dzarr mengampiri beliau. Rasulullah Shallallahu'alaihiWasallam bersabda; "Hai Abu Dzarr! Berlindunglah dari setan-setan jin dan manusia." Ia berkata; Hai nabi Allah, apa ada setan manusia? Rasulullah Shallallahu'alaihiWasallam bersabda; "Ya, setan-setan manusia dan jin saling membisikkan kata-kata yang dihiasi satu sama lain. Ucapkan; Laa haula wa laa quwwata illa billaah." Ia berkata; Saya pun mengucapkan; Laa haula wa laa quwwata illa billaah. Kemudian Rasulullah Shallallahu'alaihiWasallam diam padaku lalu aku memperlambat ucapan beliau lalu aku berkata; Wahai Nabi Allah! Dulu kami adalah orang-orang jahiliyah dan para penyembah berhala, lalu Allah mengutus Tuan sebagai rahmat untuk seluruh alam. Menurut Tuan, apakah shalat itu? Rasulullah Shallallahu'alaihiWasallam bersabda; "Kebaikan yang ada ditempatnya, siapa yang mau mempersedikit dipersilahkan dan yang mau memperbanyak dipersilahkan." Ia berkata; Saya berkata; Wahai Nabi Allah! Menurut Tuan, apakah sedekah itu? Rasulullah Shallallahu'alaihiWasallam bersabda; "Ia adalah amal yang terus dilipatgandakan dan di sisi Allah terus bertambah." Ia berkata; Saya berkata; Wahai Nabi Allah! Sedekah apa yang paling utama? Rasulullah Shallallahu'alaihiWasallam bersabda; "Sedekah sembunyi-sembunyi untuk fakir dan jerih payah dari yang rejeki yang terbatas." Ia berkata; Wahai Nabi Allah! Wahyu apa yang paling agung yang turun pada Tuan? Rasulullah Shallallahu'alaihiWasallam bersabda; "Allaahu laa ilaaha illaa huwal hayyul qoyyuum, ayat kursi." Ia berkata; Saya berkata; Wahai Nabi Allah! Budak mana yang paling utama untuk dimerdekakan? Rasulullah Shallallahu'alaihiWasallam bersabda; "Yang paling mahal harganya dan paling berharga bagi pemiliknya." Ia berkata; Saya berkata; Wahai Nabi Allah! Siapakah nabi pertama? Rasulullah Shallallahu'alaihiWasallam bersabda; "Adam Alaihissalam." Ia berkata; Saya berkata; Wahai Nabi Allah! Apakah Adam seorang nabi? Rasulullah Shallallahu'alaihiWasallam bersabda; "Ya, nabi yang diajak bicara, diciptakan Allah dengan tanganNya kemudian ditiupkan ruhNya lalu berfirman padanya; Hai Adam! Majulah." 
يَا رَسُولَ اللَّهِ كَمْ وَفَّى عِدَّةُ الْأَنْبِيَاءِ قَالَ مِائَةُ أَلْفٍ وَأَرْبَعَةٌ وَعِشْرُونَ أَلْفًا الرُّسُلُ مِنْ ذَلِكَ ثَلَاثُ مِائَةٍ وَخَمْسَةَ عَشَرَ جَمًّا غَفِيرًا
Ia berkata; Wahai Nabi Allah! Berapa jumlah para nabi? Rasulullah Shallallahu'alaihiWasallam bersabda; "Seratus dua puluh empat ribu, rasul berjumlah tiga ratus lima belas, sangat banyak." (HR Ahmad No.21257)

Namun secara tegas, tidak ada data yang lengkap tentang hal ini. Al Quran hanya berkata, 
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلا مِنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَنْ لَمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ وَمَا كَانَ لِرَسُولٍ أَنْ يَأْتِيَ بِآيَةٍ إِلا بِإِذْنِ اللَّهِ فَإِذَا جَاءَ أَمْرُ اللَّهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُونَ (٧٨)
“Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang rasul membawa suatu mukjizat, melainkan dengan seizin Allah; maka apabila telah datang perintah Allah, diputuskan (semua perkara) dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.” (Qs 40:78) 

Al Quran menyebutkan 25 Nabi dan diantara mereka terdapat Nabi Ulul Azmi yaitu Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam (SAW), Ibrahim AS, Musa AS, Isa As dan Nuh AS (Qs. 46:35).
فَاصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُولُو الْعَزْمِ مِنَ الرُّسُلِ وَلا تَسْتَعْجِلْ لَهُمْ كَأَنَّهُمْ يَوْمَ يَرَوْنَ مَا يُوعَدُونَ لَمْ يَلْبَثُوا إِلا سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ بَلاغٌ فَهَلْ يُهْلَكُ إِلا الْقَوْمُ الْفَاسِقُونَ (٣٥)   
“Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari Rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka. pada hari mereka melihat azab yang diancamkan kepada mereka (merasa) seolah-olah tidak tinggal (di dunia) melainkan sesaat pada siang hari. (inilah) suatu pelajaran yang cukup, Maka tidak dibinasakan melainkan kaum yang fasik. (Qs 46:35)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.