Manusia sebagai makhluq Allah adalah Ciptaan-Nya yang paling sempurna, dengan sebaik-baik bentuk. Jika diteliti lebih mendalam manusia memiliki potensi-potensi diri yang sedemikian besar, yaitu :
1. Potensi Rasio/Pemikiran (Fikr)
Rasio berbeda dengan aqal, sasaran rasio adalah segala sesuatu yang diamati dan diperoleh dengan pengalaman inderawi, sedangkan aqal selain terdapat unsur rasio juga terdapat unsur fitrah yang membuat rasa percaya. Allah menyeru manusia menggunakan rasionya untuk memikirkan ayat-ayat-Nya dan memanfaatkannya untuk kehidupannya (Qs. 16:44 13:3 16:65-69 16:5-18 45:13 30:20-21 39:42 10:24 16:3-4)
2. Potensi Akal ('Aqlu)
Aqal terdiri dari unsur rasio dan rasa Beberapa hal yang menjadi catatan adalah : Yang masuk aqal belum tentu dapat dirasionalkan, kemampuan rasio terbatas sedangkan aqal melampaui kemampuan rasio dalam mencerna suatu fenomena (Qs. 22:46 7:179 8:22-24 59:19-20 20:124-127 17:72) Yang rasional tentu dapat dicerna oleh aqal (Qs. 10:5 29:43 14:52 13:19 3:190-191)
3. Potensi Hati (Oalbu)
Hati manusia tiada tetap (Qs. 6:110 24:35 85:19-22 24:40 47:24-25 22:52-53). Rugilah orang yang mengotori hatinya (Qs. 91:7-10 83.12-15 7:100 5:41), Beruntunglah orang yang menyucikan hatinya (Qs. 91:9 87:14-15 13:28 87:8-10 38:82-83 7:200-201). Hati menjadi instrumen ruhani bagi seorang mu'min dalam mengarungi kehidupannya di dunia
4. Potensi Nafsu
• Nafsu Ammarah Bissu, nafsu ini selalu melepaskan diri dari tantangan dan tidak mau menentang, bahkan patuh tunduk saja kepada nafsu syahwat dan godaan syaithon (Qs. 12:53 45:23 25:43-44 4:135 30:29 38:26)
• Nafsu Lawwamah yaitu nafsu yang belum sempurna ketenangannya karena selalu menentang atau melawan kejahatan tetapi suatu saat teledor dan lalai berbakti kepada Allah sehingga dicela dan disesali (Qs. 75:1-5 79:37-41)
• Nafsu Muihmaimiah yaitu nafsu yang tenang dan jauh dari keguncangan yang disebabkan oleh bermacam-macam bisikan dan godaan syaithon (Qs. 12.53 41:30 23:57-61 10:62-64 79:40-41 89:27-30
5. Potensi Raga/Jasad
Manusia diciptakan dengan sebaik-baik rupa (Qs. 64:3) dalam bentuk yang seindah-indahnya (Qs. 95:4) dilengkapi dengan indera penglihatan, pendengaran dan hati agar bersyukur (Qs. 16:78 46:26).
Cara bersyukur diantaranya adalah menggunakan penglihatan, pendengaran dan hati untuk mempelajari ayat-ayat Allah (Qs. 7:179).
Panca indera ini akan menjadi saksi di akhirat kelak (Qs. 24:34 75:14 41:20-21 2:171), termasuk menjadi saksi apakah indera tersebut digunakan untuk mempelajari ilmu (Qs. 17:36)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.