Pewarisan Nilai-Nilai Al Quran



Al Quran surat Al Fathir (35) ayat 32 menjelaskan bahwa isi kitab suci itu hanya diwariskan kepada orang-orang yang dipilih oleh Allah. "Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan[1260] dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar."

Generasi qur'ani adalah generasi yang menjadikan alqur'an sebagai manhaj kehidupan (minhajul hayah). Generasi ini adalah hamba-hamba yang telah dipilih Allah untuk mewarisi alqur'an. Pesan-pesan langit, rahasia-rahasia ghaib dan petunjuk-petunjuk Al Our'an hanya bisa diwariskan kepada mereka yang dalam Qs 35:29-31 disebutkan sebagai : Selalu membaca alqur'an, Menegakkan shalat. Menginfakkan rizkinya, Mengharapkan  perniagaan yang tiada pernah merugi (48:10-12), Mereka inilah yang memiliki sikap proaktif dalam menegakkan alqur'an dalam kehidupannya (35:32).

Al-Hajj menyebutkan sebuah hakikat penting dalam masalah ini, yaitu bahwa pada hakikatnya generasi Al Our'an itu adalah orang-orang yang telah dipilih oleh Allah untuk berjuang menegakkan Dinullah (Qs. 22:78). Agar seorang muslim bisa memperolehmaqom yang sangat mulia ini, memang harus melalui ujian yang sangat berat (Qs. 2:214), ujianlah yang akan dapat membedakan mukmin dan sekedar mengaku mukmin (Qs. 29:1-2 49:14-15). Kuncilah adalah melakukan jihad dengan sebenar-benarnya (haqqa jihadih Qs. 22:78), sebab dengan cara berjihad inilah Allah akan menunjuki jalan-Mya kepada mukmin (Qs. 29:69). Dengan demikian, jalan jihadlah yang membedakan seseorang di mana ia berpijak, apakah pada jalan Allah (sabilillah) atau pada jalan Thugyan, jalannya orang-orang yang melampauai batas. (Qs 4:76 16:36)

At-Taubah dan Al-Baqarah dalam salah satu ayatnya menyebutkan tahapan prosedural dan methodologi s dalam usaha penggapaian maqom terbaik disisi Allah, yang menempati derajat tertinggi dalam setelah maqom Anbiyaullah dan Rasulullah, yaitu proses mencapai keimanan yang sejati, kemudian pindah secara ruhaniyah dan tanzhimiyah serta pada akhirnya berjuang dalam tanzhim harakah yang bersendikan Al Our'an dan Hadist Shohih sebagai basis tatanan siyasah dan hukumnya (Qs. 2:218 9:20).

Agar dapat memasuki dunia Al Qur'an yang seakan-akan Allah berbicara kepada kita melalui kitab-Nya, maka ada beberapa persyaratan yang perlu kita persiapkan, a) Kriteria Qur'ani tentang keterlibatan hati. Katakanlah kepada diri sendiri, "Bacaan Our'an saya tidak akan menjadi tilawah yang benar jika tidak melibatkan diri ke dalamnya seperti yang dikehendaki Allah". Seperti apa yang dikehendaki Allah, yaitu seperti yang disebutkan didalam Qs. 8:2 39:23 17:107-109 19:58 5:83

b) Allah adalah dekat. Katakan pada diri bahwa Allah adalah dekat, di mana saja kita berada, saat kapan kita membaca. Yakini dan sadari bahwa Allah mendengar, melihat, mengetahui dan mencatat apa yang sedang kita lakukan. Qs. 57:4 50:16 58:7 20:46 52:48 36:12 10:61. Inilah sikap ihsan sebagaimana hadits Nabi.

c) Mendengar dari Allah Katakan pada diri sendiri bahwa saat membaca AlQur'an kita mendengar Allah berfirman melalui bacaan kita, usahakan seakan-akan kita mendengar langsung firman Allah, huruf-huruf yang kita baca, kalimat demi kalimat yang kita baca adalah kita mendengar pada saat itu juga dari Allah SWT. Dalam buku ihya, Al Ghazali bercerita tentang seseorang yang berkata, "Saya telah membaca Al Our'an, tetapi tidak pernah merasakan manisnya perasaan setelah membacanya, kemudian saya membacanya dengan perasaan seakan-akan saya sedang mendengarnya dari majlis Rasulullah yang sedang membacakannya didepan shahabat. Kemudian saya membacanya dengan perasaan seakan-akan Al Qur'an itu saya dengar dari Jibril saat menyampaikanya kepada Rasulullah. Kemudian Allah meningkatkan saya ketingkat yang lebih tinggi, yaitu saya mulai membaca Al Qur'an dengan perasan seakan-akan saya mendengarnya dari Sang Pemberi Kalam".

d) Setiap kata untuk kita. Katakan pada diri bahwa setiap kata dalam Al Qur'an ditujukan kepada kita sendiri. Jika berbicara larangan, seakan-akan larangan itu untuk diri kita sendiri, jika berbicara tentang perintah, seakan-akan Allah secara langsung memberikan kita perintah untuk melakukan sesuatu. Laksana seorang prajurit yang bersiap menerima Perintah Harian dari komandannya, maka seorang muslim ketika pagi hari membaca Al Qur'an ia bersiap untuk menerima perintah apa yang akan dikerjakan pada hari itu dari Allah SWT.

e) Percaya dan yakin akan setiap janji Allah SWT. Janji-janji Allah meliputi janji kebaikan dan keburukan, bagi mukmin yang melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya maka kebaikan untuknya kelak di akhirat, demikian sebabnya bagi kafirin. Bukan saja kebahagiaan dan keburukan dihari akhir, Allah juga memberikan nilai lebih dan kebaikan kepada mukmin ketika mereka masih di dunia. Janji Allah untuk melepaskan muttaqin dari setiap masalah yang dihadapinya, janji Allah untuk menjadikan mukmin yang beramal sholeh dengan Khilafah Islamiyah di dunia, sebelum datang hari Kiamat.

Jika syarat-syarat itu dipenuhi Insya Allah, wahyu akan diterima oleh orang-orang mukmin untuk menjadi bekal dan petunjuk dalam menjalani kehidupan dunia yang teramat fana ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.