Makna Hakiki Syahadatin


Substansi pokok 'aqidah yaitu persaksian kepada Allah dan Rasulullah SAW. Intisari aqidah tertuang dalam kalimat syahadah yang menjadi kalimat persaksian/perjanjian seorang muslim. Syahadah kepada Allah artinya meyakini Allah sebagai satu-satunya Ilah bagi manusia, sedangkan Syahadah kepada Rasulullah adalah meyakini Muhammad SAW sebagai Rasulullah, aparatur Mulkiyah Allah fil Ardhi yang menjadi penerjemah wahyu.

Kalimat syahadah mengandung makna yang sangat dalam dan luas, diatas kalimat inilah Bunyan Islam ditegakkan beserta seluruh pranata otoritas, legalitas dan power yang digunakan dalam pergerakan unsur-unsur sistem di dalamnya. Nilai-nilai yang mendasari kalimat syahadah adalah sebagai berikut:

a) Kalimat syahadah adalah satu-satunya kalimat penyelamat manusia dari ancaman adzab diakhirat. Dari Abu Dzar ra ia mengatakan : "Saya datang kepada Rasulullah SAW, kebetulan beliau sedang tidur memakai baju putih Kemudian saya datang lagi dan beliau masih tidur. Kali ketiga saya datang, beliau sudah bangun, lalu saya duduk disampingnya, baliaupun bersabda : Tidak seorang hambapun yang mengucapkan La ilaha illallah kemudian ia meninggal dalam keadaan demikian, kecuali ia masuk surga. Saya bertanya Walaupun ia berzina atau mencuri ? Beliau menjawab : Walaupun ia berzina atau mencuri. Jawaban ini diulanginya tiga kali. Kemudian kali yang keempat beliau bersabda : Meskipun Abu Dzar menolaknya. " HR Bukhari dan Muslim.

b) Syahadatain adalah dasar terpenting untuk tegaknya Islam. Sebagai sebuah sistem (bunyan). Islam tidak akan tegak kalau rukun-rukunnya (tiang-tiang) tidak tegak, dan rukun-rukun (tiang-tiang) ini tidak tegak kalau fundasi syahadah itu sendiri tidak tegak. Bahkan tidak ada Islam sebelum adanya syahadatin ini, artinya bagi siapa saja yang belum mengucapkan syahadatain maka Islam belumlah tegak pada dirinya. Syahadatain melambangkan jiwa totalitas Islam, laksana nyawa yang merupakan nadi seluruh tubuh manusia syahadatain menjiwai seluruh gerakan dan aktifitas keislaman. Seorang muslim, biarpun ia banyak amal kebajikannya maka menjadi sia-sia disisi Allah jika tidak didasari ruh Syahadatain. (Qs. 42:20) Sebagaimana sabda Rasulullah SAW : "Sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya, dan sesuatu amal seseorang terletak pada niatnya. Barang siapa yang niat hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka ia dianggap hijrah kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang berhijrah karena ingin dapat bagian dunia, atau menginginkan wanita, maka ia akan dapat yang ia hijrahkan itu."

c) Allah SWT menguji hamba-hambanya dengan kalimat syahadah ini. Apakah hamba tersebut betul-betul melaksanakan isi kalimat ini dengan benar atau malah meninggalkannya (Qs. 48:26 14:24-25 3:64).

Pada intinya, kalimat syahadatain memiliki makna-makna hakiki:
a) Bahwa Allah adalah Ilah dilangit dan dibumi manusia. (Qs. 114:3 43:84)
b) Bahwa kemutlakan kekuasaan atas segala sesuatu dialam semesta, diatas permukaan bumi dan seluruh langit serta semua isinya. (Qs. 16:17-20 35:3 6:46 28:70-72 34:22-23 39:5 27.60-64 6:101-102)
c) Bahwa kemutlakan kekuasaan atas pembuatan hukum dan aturan. Uluhiyah dan Shulthah (kekuasaan) berjalin satu dengan lainnya dan tidak terpisahkan. (Qs. 39:6 25:2-3)
d) Bahwa yang menduduki singgasana kekuasaan yang mutlak atas seluruh alam semesta, langit, bumi dan seluruh isinya hanyalah Allah SWT. (Qs. 21:22-23 23:91 17:41-42)
e) Bahwa meyakini uluhiyah berarti mengukuhkan kekuasaan dan hak milik yang mutlak sekaligus. Karena itu konsekuensi uluhiyah adalah tidak menyekutukan barang sesuatupun dengan Allah dalam masalah-masalah dan urusan tersebut diatas. (Qs 3:26 114:1-3 40:16 39:67)

Makna kata ilah
a. Ilah dengan makna Pencipta

b. Ilah dengan makna Pemberi RIzki

c. Ilah dengan makna Penguasa dan Pengatur


Namun bukan berarti kaum musyrikin menolah ketiga makna tersebut, tetapi justru mereka juga mengakui Allah sebagai pencipta, pemberi rizki dan pengatur. 

قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمْ مَنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ “Katakanlah: Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan? Maka mereka akan menjawab: Allah. Maka katakanlah Mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)? (QS. Yunus [10] : 31)

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ “Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka menjawab: Allah, maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah Allah)?” (QS. Az Zukhruf [43] : 87)

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ نَزَّلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهَا لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ “Dan sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka: Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya? Tentu mereka akan menjawab: Allah, Katakanlah: Segala puji bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak memahami(nya).” (QS. Al ‘Ankabut [29] : 63)

أَمْ مَنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الْأَرْضِ أَئِلَهٌ مَعَ اللَّهِ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ “Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi ? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya).” (QS. An Naml [27] : 62)

Namun masalahnya adalah mereka masih menyekutukan Allah dengan yang lain, inilah masalahnya.

وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلَّا وَهُمْ مُشْرِكُونَ

“Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain).” (QS. Yusuf: 106)

Jadi makna La ilaha illah adalah mengakui dan meyakini Allah sebagai satu-satunya ilah dengan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu yang lain.

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ “Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada sesembahan yang benar selain Allah.” (QS. Muhammad [47] : 19)

إِلَّا مَنْ شَهِدَ بِالْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ “Akan tetapi (orang yang dapat memberi syafaat ialah) orang yang mengakui dengan benar (laa ilaha illallah) dan mereka meyakini(nya).” (QS. Az Zukhruf : 86)

Makna Kalimat مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ (Muhammad Rasulullah)
Makna dari syahadat مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ (Muhammad Rasulullah) adalah: 
(a). طَاعَتُهُ فِيْمَا أَمَرَ, yaitu mentaati apa-apa yang beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam perintahkan. 
(b). تَصْدِيْقُهُ فِيْمَا أَخْبَرَ , yaitu membenarkan apa-apa yang beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sampaikan. 
(c). اِجْتِنَابُ مَا نَهَى عَنْهُ وَزَجَرَ , yaitu menjauhkan diri dari apa-apa yang beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam larang. 
(d). أَنْ لاَ يَعْبُدَ اللهَ إِلاَّ بِمَا شَرَعَ, yaitu tidak beribadah kepada Allah melainkan dengan cara yang telah disyari’atkan. Artinya, kita wajib beribadah kepada Allah menurut apa yang disyari’atkan dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kita wajib ittiba’ kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. 

Syahadat Muhammad Rasulullah mengandung beberapa konsekuensi:
a. Membenarkan segala apa yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kabarkan, tanpa ada keraguan sama sekali.
b. Menjalankan setiap yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam perintahkan, tanpa menolaknya sama sekali.
c. Meninggalkan setiap yang Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam larang, tanpa menentangnya sama sekali.
d. Tidak mendahulukan perkataan manusia dibanding dengan perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
e. Tidak membuat bid’ah dalam agama yang tidak Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam ajarkan baik kaitannya dengan akidah (keyakinan), perkataan, dan perbuatan. Karenanya setiap orang yang berbuat bid’ah berarti tidak merealisasikan syahadat Muhammad Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan benar karena masih menambah ajaran baru dan berarti juga tidak beradab pada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.
f. Tidak meyakini bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam punya kemampuan rububiyah (punya kemampuan seperti yang Rabb lakukan, yaitu mencipta, memberi rezeki dan mengabulkan doa, pen.). Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam hanyalah ‘abdun wa Rasul (hamba dan utusan Allah). Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bukanlah tuhan yang berhak diibadahi. Namun beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan Allah yang tidak boleh dilecehkan.
g. Menghormati perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Contohnya kita tidak boleh menyebar hadits-hadits palsu dan membuat-buatnya dengan maksud-maksud tertentu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.