Al Qur'an adalah wahyu yang diturunkan kedalam hati manusia (Qs. 16:2) dan bukan kedalam otak manusia. Sekalipun Al Qur'an mampu menggugah fikiran dan menguras otak, tetapi tujuan utama Al Qur'an diturunkan adalah untuk menjadi konsumsi ruhani/hati. Karena itu Al Qur'an tidak akan masuk kedalam hati manusia yang masih berpenyakit, baik penyakit sombong, hara/ dan lain sebagainya (Qs. 26:192-194 41:3-5 7:2 36:70 6:51)
Jika hati manusia sudah tunduk patuh (taslim) maka secara otomatis hatipun akan memerintahkan otak/fikiran untuk menerjemahkan Al Qur'an kedalam tatanan yang konsepsional dan praktikal. Orang yang hanya menjadikan Al Our'an sebatas konsumsi fikiran maka hanya itulah yang ia dapatkan dan hatinyapun akan gersang. Al Qur'an akan dapat dirasakan kelezatan isinya manakala hati dihadirkan dan dilibatkan sepenuhnya.
Hati dalam konteks ini hati bukanlah "sepotong daging dalam tubuh manusia", tetapi hati yang merupakan pusat segala perasaan, emosi, motif, dorongan, aspirasi, ingatan, perhatian dan pemahaman. Adalah hati:
a. Yang seringkah melemah (Qs. 39:23)
b. Mengeras dan membatu (Qs.2:74)
c. Yang dapat membuat manusia menolak kebenaran (Qs. 22:46)
d. Yang memberikan alasan dan memahami (Qs. 7:179 22:46 50:37)
e. Didalamnya merupakan sumber penyakit ruhani (Qs. 5:52 2:10)
f. Yang merupakan tempat tinggal iman (Qs. 5:41)
g. Tempat tinggal kemunafikan (Qs. 9:77)
h. Yang merupakan pusat segala yang baik dan buruk, ketentraman dan kedamaian (Qs. 13:28)
i. Kekuatan untuk menghadapi mushibah (Qs. 64:11)
j. Tempatnya cinta persaudaraan (Qs. 8:63)
k. Ketaqwaan (Qs. 49:3 22:32)
l. Juga keraguan dan kebimbangan (Qs. 9:45)
m. Penyesalan (Qs.3:156)
n. Amarah (Qs. 9:15)
o. Manusia harus mempertanggungjawabkan kondite hatinya dihadapan Allah SWT kelak (Qs. 2:225 26:88-89).
Mengingat hati sedemikian penting dalam memahami dan menerima pesan-pesan langit dan rahasia-rahasia ghaib dari Al Qur'an maka kaum muslimin sangat ditekankan untuk menjaga kesucian dan kebersihan hati ini. Menurut Qs. 5:12-13 dalam konteks kepemimpinan dan kelembagaan, hati dapat menjadi keras membatu (Qashiyah) karena melanggar perjanjian, merubah perkataan Allah dari "tempat-tempatnya", melupakan sebagian dari apa yang telah diperingatkan kepada mereka dan pengkhianatan terhadap jama'ah. Untuk orang berpenyakit semacam ini, Al Our'an sudah tidak bisa lagi menjadi penawar, urusannya langsung dipegang Allah dan hanya Dia-lah yang mampu merubah keadaan tersebut.
Orang yang menggunakan hatinya dalam memahami Al Qur'an akan merasakan perubahan revolutif dalam dirinya, terutama pada ruhani dan jiwanya. Ia akan merasakan suatu perasaan-perasaan tertentu seolah-olah ia berhadapan dan berdialog langsung dengan Allah SWT dimana dalam penghadapan dan dialog tersebut maka dengan harap-harap cemas dan terus terang ia akan mengungkapkan seluruh isi hatinya, persoalan-persoalan
hidupnya dan kegalauan yang dialaminya selama ini dan setelah melakukan dialog spiritual tersebut ia merasa yakin dan lebih mampu memecahkan persoalan-persoalan hidupnya serta menjalani kehidupannya selanjutnya. (Qs. 17:107-111 5:83-85). Mereka itulah yang akan mampu membaca Al Our'an dengan "Bacaan Yang Sebenarnya" (Qs. 2:121).
Dalam Shiroh Nabawiyah, penerapan Al Our'an sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabat memiliki sasaran untuk membentuk tatanan masyarakat yang berdasar pada prinsip-prinsip Islam. Dalam fiqh siyasah, bentuk yang diidealkan adalah bentuk Daulah sebagaimana halnya Madinah Al Munawwarah.
Didalam washilah Mulkiyaiullah inilah ibadah menjadi terasa nikmat, Al Qur'an terasa lezat menjadi hidangan ruhani dan kehidupan terasa ringan karena yakin innallaha ma'ana, masalah-masalah yang muncul menjadi ringan karena ditanggung secara 'amal jama'i Inilah gambaran yang disebut dengan Baldah Thayyibah Wa Rahhun Ghafur yakni Negeri yang penuh dengan kebaikan bahkan Allah SWT berkenan menurunkan rahmah, maghfirah dan ridho-Nya. (Qs. 34:15 7:96)
Al Qur'an menyebutkan beberapa ekspresi yang akan didapatkan seorang muslim ketika ia menerima pesan-pesan langit dan rahasia-rahasia ghaib dari Al Qur'an yang dibacanya dengan menghadirkan dan melibatkan hati secara optimal
a. Qs. 8:2 Akan muncul getaran-getaran transendental dalam hati manusia, yang dengan getaran tersebut akan mampu menggetarkan frekuensi akal untuk berfikir dan gerakan anggota tubuh untuk beramal
b. Qs. 39:23 Akan memunculkan getaran-getaran dalam hati yang secara fisik akan ditandai dengan sentuhan secara impresif kedalam kulit manusia, akan menimbulkan ketenangan spiritual dan psikologikal untuk menghadapi berbagai problematika kehidupan yang bagaimanapun
c. Qs. 17:107-109 19:58 5:83 32:15-17 Mereka menangis dan bersujud syukur atas hidayah yang telah diterimanya atas kasih sayang Allah kepada dirinya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.