Imam Muhammad bin Jarir At Thabari dilahirkan pada tahun 224 hijriyyah di daerah yang disebut Thabaristan, wafat pada tahun 310 hijriah diusia 86 tahun. Tafsirnya dinamakan: “Jami’ul Bayan Fi Ta’wili Aayatil Qur’an”. Abu Hafidz Al Isfiraini berkata: Jika seseorang pergi ke negri Cina hanya untuk mendapatkan ilmu dari kitabnya maka hal itu sangat layak dimengerti.” (Dari kitab “Thabaqaatul Mufassirin” Oleh Ad Daawidi, 2/106)
Ibnu Khuzaimah berkata: Aku menelaah kitab Tafsirnya dari permulaan hingga akhirnya, maka aku tidak mengetahui jika ada seorang di permukaan bumi ini yang lebih mengerti dari pada Ibnu Jarir. (Dari kitab “Siyar A’laamil Nubala”, 14/273)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: Adapun kitab-kitab tafsir yang beredar di tengah masyarakat; maka yang paling shahih di antara kitab-kitab tafsir tersebut adalah karangan Muhammad bin Jarir At Thabari. Karena di dalamnya disebutkan perkataan para ulama salaf dengan sanad yang tidak diragukan lagi kesahihannya serta tidak ada bid’ah di dalamnya Tidak pula menukil perkataan orang-orang yang diduga dengan kedustaannya seperti Muqotil bin Bakir dan Al Kalbi. (Majmu Al Fatawa, 13/358). Dia juga mengatakan dalam kitab “Muqaddimatun Fi Ushulut Tafsir”, hal 39 tentang tafsir Ibnu Jarir, “Tafsir At Thabari adalah tafsir yang paling mulia dan paling berbobot isinya.”
Tafsir ini bersandar kepada perkataan tiga tingkatan dari tingkatan para ahli tafsir ulama salaf. Mereka adalah para sahabat, tabi’in dan tabi’ti tabi’in. Disebutkan perkataan mereka dengan sanad yang disandarkan kepada mereka dan inilah bentuk keistimewaan yang amat luar biasa dalam penulisan kitabnya yang tidak didapati dikebanyakan kitab-kitab tafsir yang ada pada kita Akan tetapi keistimewaan ini tidak sepadan dengan keadaan kaum Muslimin pada umumnya yang rata-rata tidak memiliki kemampuan untuk menelaah sanad-sanad dan mengetahui serta membedakan yang sahih dari yang dla’if. Mereka merasa cukup dan berhenti sebatas pada kebenaran sanad dan kedha’ifannya dengan ungkapan yang ringkas, jelas dan terang.
Apabila imam At Thabari telah selesai mengutarakan perkataan-perkataan para ulama, beliau merajihkan (menguatkan) atau memilih pendapat yang beliau anggap paling benar kemudian beliau sebutkan sanadnya dalam tarjih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.