Tujuan Puasa

 

Shaum bertujuan untuk membentuk jiwa muttaqin. 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (١٨٣)

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” (Qs Al Baqarah 2:183)

At-Taqwa (اَلتَّقْوَى) berasal dari kata al-wiqoyah (اَلْوِقَايَةُ), bentuk masdar dari وَقَى يَقِى وِقّايَةً yakni al-Himaayah (اَلْحِمَايَةُ) yang artinya "penjagaan". Dan asal at-taqwa menurut lughah adalah qillatul kalaam (قِلَّةُ الْكَلاَمِ) yang artinya "sedikit bicara", demikian diceritakan Ibnu Faris sebagaimana disebutkan dalam Tafsir Al Qurtubi, jilid 1 juz 1 hal. 112. 

Pengertian taqwa secara lughah (etimologi) yang berasal dari kata waqa’ dalam Al Quran artinya adalah menjaga atau memelihara memelihara, perhatikan beberapa ayat berikut ini.

فَوَقَاهُ اللَّهُ سَيِّئَاتِ مَا مَكَرُوا وَحَاقَ بِآلِ فِرْعَوْنَ سُوءُ الْعَذَابِ (٤٥)

”Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka, dan Fir'aun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang Amat buruk.” (Qs. 40/45)  

فَمَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا وَوَقَانَا عَذَابَ السَّمُومِ (٢٧)

” Maka Allah memberikan karunia kepada Kami dan memelihara Kami dari azab neraka.” (Qs. 52/27)  

فَوَقَاهُمُ اللَّهُ شَرَّ ذَلِكَ الْيَوْمِ وَلَقَّاهُمْ نَضْرَةً وَسُرُورًا (١١)

”Maka Tuhan memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati.” (Qs. 76/11)  

Juga masih terdapat beberapa ayat lagi dalam Al Quran yang menunjukkan bahwa kata waqa’ itu bermakna memelihara seperti di dalam  Qs. 44/56, Qs. 52/28 dan Qs. 7/96.

Menurut Ibnu Katsir dalam tafsirnya bahwa taqwa adalah menjaga dari hal-hal yang dibenci, karena kata taqwa berasal dari kata alwiqoyah ﺍﻠﻮﻘﺎﻳﻪ   yang artinya penjagaan.  Dengan demikian muttaqin adalah mereka yang menjaga dirinya dari hal-hal yang bisa mendatangkan hukuman atasnya, dengan menjalankan seluruh perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. 

Diceritakan bahwa Umar bin Khattab radhialla ̅hu ‘anhu pernah bertanya kepada Ubay bin Ka’ab mengenai taqwa, maka Ubay bertanya kepadanya : “Tidakkah engkau pernah melewati jalan yang berduri ?” Umar menjawab : “Ya”. Ia bertanya lagi, “Lalu apa yang engkau kerjakan ?” Umar menjawab : “Aku berusaha keras dan bekerja sungguh-sungguh untuk menghindarinya.” Kemudian Ubay menjawab : “Yang demikian itu adalah taqwa”. 

Berdasar jawaban Ubay bin Ka’ab ini, maka bisa disebutkan bahwa taqwa merupakan sikap kesungguhan untuk menjalani kehidupan senantiasa berpegang kepada Al Quran dan sunnah Rasulullah saw.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.