Majza’ah bin Tsaur al Sadusy

 


“Majza’ah bin Tsaur adalah Seorang Patriot Pemberani yang Mampu Membunuh Seratus Orang Musyrikin. Apa Pendapatmu Tentang Orang yang Berani Membunuh Kaum Musyrikin di Medan Laga!!” 


Merekalah para patriot dan pahlawan jundullah yang telah mengibaskan debu Al Qadisiyah di wajah karena bergembira atas kemenangan yang Allah berikan kepada mereka. Mereka merasa iri kepada para sahabat yang telah mendapatkan pahala syahadah.  Mereka berharap menjumpai peperangan yang begitu besar dan hebat seperti Al Qadisiyah. Mereka juga menanti-nanti perintah dari Khalifah Umar bin Khattab untuk meneruskan jihad demi merobohkan kekuasaan Kisra dari akarnya. 
    
Keinginan para pejuang ini tidak membutuhkan banyak waktu untuk terwujudkan.  Tersebutlah seorang utusan khalifah Umar yang berangkat dari Madinah ke Kufah dengan membawa perintah dari khalifah untuk wali (gubernur) Kufah yang bernama Abu Musa Al Asy’ari. Abu Musa Al Asy’ari: Dia adalah Abdullah bin Qais bin Salim Al Asy’ari. Beliau adalah seorang tokoh sahabat ternama berasal dari Yaman. Saat ia hendak berhijrah dari Yaman untuk menemui Rasulullah, ia membuang perahu yang dibawanya di daerah Habasyah dan kemudian ia berjumpa dengan kaum Muhajirin di sana. Rasul pernah memerintahkannya untuk memimpin wilayah Zubaid dan Adn, lalu Umar bin Khattab menjadikannya wali Basrah. Dia adalah salah seorang penengah dalam perselisihan antara Ali dan Muawiyah dan ia adalah utusan dari pihak Ali.

Surat tersebut memerintahkan untuk menggerakkan pasukan Islam yang ada di sana dan bergabung dengan pasukan muslimin yang berasal dari Bashrah, kemudian berangkat bersama menuju Ahwaz untuk mengejar Hurmuzan dan membunuhnya. Lalu membebaskan kota Tustar sebagai jantung negeri raja Kisra. 

Ahwaz: Sebuah distrik di Persia yang terletak di teluk di sebelah barat Iran pada zaman sekarang. 
Hurmuzan: adalah panglima perang pasukan Persia. Dalam surat khalifah Umar yang diperuntukkan kepada Abu Musa Al Asy’ari dinyatakan bahwa Abu Musa harus ditemani oleh seorang penunggang kuda yang gagah berani bernama Majza’ah bin Tsaur Al Sadusy seorang pemuka dan pemimpin Bani Bakr. 
                                                      
Abu Musa Al Asy’ari melaksanakan perintah khalifatul muslimin. Lalu ia mempersiapkan pasukannya. Sebagai panglima pasukan infantri adalah Mazja’ah bin Tsaur Al Sadusy. Kemudian pasukan Abu Musa bergabung dengan pasukan muslimin yang datang dari Basrah, lalu bersama-sama menuju ke medan peperangan sebagai pejuang di jalan Allah. Pasukan kaum muslimin terus menerus berhasil membebaskan berbagai kota, melepaskan belenggu pada para penduduknya dan Hurmuzan selalu berlari dari kaum muslimin sehingga ia berlindung di kota Tustar. 
    
Tustar yang dijadikan tempat berlindung Hurmuzan adalah sebuah kota yang paling indah dan kuat pertahanannya. Tustar juga merupakan kota bersejarah yang terletak di sebuah dataran tinggi dan dibangun dengan seni ala Persia. Tempat ini dialiri oleh sebuah sungai besar yang disebut dengan Dujail. Di bagian atas kota tersebut ada sebuah pancuran yang dibangun oleh raja Sabur untuk mengangkat air sungai yang melintasi beberapa saluran yang ia gali di bawah bumi. 

Pancuran Tustar dan salurannya adalah hal yang paling menarik dari bangunan tersebut, karena ia diikat dengan batu besar, ditopang dengan tiang-tiang baja dan pancuran serta salurannya dilapisi dengan kapur. Di sekeliling Tustar dibangun tembok besar dan tinggi yang mengelilingi Tustar dengan begitu rapatnya. Para ahli sejarah mengatakan tentang kehebatan tembok ini: “Tembok ini adalah tembok pertama dan terbesar yang pernah dibangun di muka bumi.”  Lalu Hurmuzan menggali sebuah parit besar di sekeliling tembok untuk menghalangi pasukan musuh yang ingin masuk, dan iapun menyiapkan barisan pasukan berkuda yang terbaik sebagai pendukungnya. 
    
Pasukan muslimin berkemah di sekeliling parit Tustar selama 18 bulan karena tidak bisa melewatinya. Dan mereka sudah melakukan perang selama masa tersebut sebanyak 8 kali melawan pasukan Persia. Setiap peperangan tersebut di mulai dengan duel antara pasukan berkuda, yang kemudian diteruskan dengan peperangan yang hebat antara kedua pasukan. Majza’ah bi n Tsaur telah membuat sebuah aksi fantastis dan mengejutkan baik kawan maupun lawan pada saat yang sama. 

Ia telah mampu membunuh 100 orang pejuang berkuda pasukan musuh. Karenanya, nama Majza’ah membuat pasukan Persia menjadi gentar dan sebaliknya hal itu membuat pasukan muslimin semakin teguh dan tak gentar. Sejak saat itulah orang-orang yang belum mengerti sebelumnya menjadi mengerti mengapa Amirul Mukminin begitu berkeras agar Majza’ah yang gagah berani ini ditempatkan pada posisi terdepan pasukan muslimin. 
     
Pada akhir dari peperangan yang berjumlah delapan itu, pasukan muslimin telah berhasil mengalahkan pasukan Persia, sehingga Persia membuka pagar yang dibangun di atas parit dan akhirnya mereka berlindung di dalam kota. Sesampainya di kota, mereka menutup semua gerbang kota dengan begitu rapat. 
    
 Pasukan muslimin yang telah menjalani masa penantian yang begitu lama kini mengalami situasi yang lebih parah lagi. Hal itu disebabkan, karena pasukan Persia menghujani pasukan muslimin dengan anak panah yang mereka lesatkan dari ketinggian menara-menara. Mereka juga melemparkan rantai-rantai besi dari atas tembok. Di ujung setiap rantai terdapat penjepit yang begitu panas. 

Jika ada salah seorang dari pasukan muslimin hendak menaiki tembok tadi atau mendekatinya,  maka pasukan Persia akan melemparkan rantai dan penjepit besi tadi dan menariknya ke arah mereka. Karenanya, badan yang terkena rantai besi yang amat panas tadi akan terbakar di buatnya, dan dagingnya akan terkelupas sehingga dapat menyebabkan kematian. 
    
Kali ini kondisi pasukan muslimin amat sulit terasa. Mereka semua berdo’a dengan hati yang khusyuk kepada Allah karena khawatir mereka akan dikalahkan. Mereka juga meminta kepada-Nya agar diberikan kemenangan melawan musuh Allah dan musuh mereka. 
    
Ketika Abu Musa Al Asy’ari sedang merenungi kehebatan tembok Tustar yang besar dan hal itu membuatnya putus asa untuk dapat menembusnya. Lalu tiba-tiba ada sebuah anak panah yang jatuh dihadapannya yang berasal dari atas tembok. Ia lalu melihatnya dan ternyata anak panah tersebut membawa sebuah surat yang berbunyi: “Aku percaya kepada kalian, wahai kaum muslimin. Aku meminta jaminan kepada kalian atas diriku, hartaku, keluargaku dan para pengikutku. Sebagai kompensasinya aku akan menunjukkan kepada kalian sebuah jalan rahasia menuju kota Tustar.” 

Maka Abu Musa memberikan jaminan keamanan kepada penulis surat tadi, dan ia langsung mengirimkannya lewat sebuah anak panah. Orang tersebut lalu yakin dengan jaminan keamanan yang diberikan kaum muslimin karena sifat mereka yang terkenal dengan menepati janji dan menjaga perjanjian. Ia pun akhirnya menyusup ke barisan kaum muslimin pada saat kegelapan malam dan berbicara kepada Abu Musa dengan fakta yang dibawanya:  “Kami adalah pembesar bangsa Persia. Hurmuzan pernah membunuh kakak tertuaku. Ia juga telah merampas harta dan keluarga kakakku. Ia juga hendak melakukan kejahatan kepadaku sehingga aku sudah tidak percaya kepadanya atas keamanan diriku dan keluargaku. Maka aku memilih kalian yang adil atas kezalimannya. Aku memilih kalian yang menepati janji daripada dia yang suka berkhianat. Aku berniat untuk memberitahukan kalian sebuah jalan rahasia yang dapat menghantarkan kalian menuju Tustar. Kirimkanlah kepadaku seorang yang pemberani, cerdas dan pandai berenang agar aku dapat menunjukkan kepadanya jalan tersebut!” 
    
Abu Musa Al Asy’ari lalu memanggil Majza’ah bin Tsaur al Sadusy. Ia lalu memberitahukan berita ini. Abu Musa berkata: “Kirimkan seorang dari kaummu yang cerdas dan pemberani, juga pandai berenang!”  Majza’ah menjawab: “Biarkanlah aku yang melakukannya, wahai Amir!” 

Abu Musa berkata: “Jika kau menginginkannya, semoga engkau diberkati Allah!” Kemudian Abu Musa berwasiat kepada Majza’ah untuk menghapal jalan, mengenali letak jalan tersebut, menginformasikan persembunyian Hurmuzan dan selalu mengawasinya dan jangan pernah melakukan apapun hal selain itu. 

Majza’ah kemudian berangkat di kegelapan malam bersama orang Persia yang menunjukkannya. Kemudian orang tersebut memasukkan Majza’ah ke dalam saluran di bawah tanah yang menyambungkan antara sungai dan kota Tustar. Saluran tersebut terkadang akan menjadi luas sehingga Majza’ah dapat berjalan dengan kedua kakinya. Namun terkadang ia menjadi sempit  sehingga membuat Majza’ah harus berenang di dalamnya. 

Sungai tersebut terkadang bercabang dan meninggi, dan terkadang juga lurus.  Demikianlah perjalanan Majza’ah di bawah saluran air sehingga ia tiba di sebuah lobang yang menuju kota. Orang Persia tersebut memperlihatkan kepada Majza’ah Hurmuzan yang telah membunuh kakaknya dan tempat persembunyiannya. 

Begitu Majza’ah melihat Hurmuzan, ia langsung ingin melesatkan anak panah ke leher Hurmuzan. Akan tetapi ia teringat pesan Abu Musa kepadanya agar tidak melakukan apa-apa. Maka Majza’ah langsung menahan diri dan kembali lewat jalan yang ia lalui sebelum datangnya Fajar. 

Abu Musa lalu menyiapkan 300 orang pemberani, paling teguh dan cekatan dari pasukan muslimin. Pasukan ini dipimpin oleh Majza’ah bin Tsaur yang dilepas dan diberi wasiat langsung oleh Abu Musa. Abu Musa kemudian meneriakkan takbir sebagai tanda seruan kepada pasukan muslimin untuk menyerang kota Tustar. 

Majza’ah memerintahkan kepada pasukannya untuk mengenakan pakaian seringan mungkin agar tidak dirasuki air sehingga akan menyulitkan gerak mereka. Ia juga memperingatkan pasukannya agar tidak membawa apapun selain pedang dan mengikatkannya di bawah pakaian. Mereka pun berangkat pada pertiga malam pertama. 
    
Majza’aah dan pasukannya yang gagah berani mengarungi rintangan saluran air ini selama 2 jam berturut-turut. Terkadang mereka mampu mengarunginya dengan mudah dan kadang kala, air dalam saluran tersebut menyulitkan gerak mereka. 

Saat mereka tiba di lobang saluran yang menuju kota, Majza’ah mendapati bahwa saluran air tersebut telah merenggut 220 orang dari pasukkannya, dan yang tersisa hanyalah 80 orang saja. 
    
Begitu Majza’ah dan pasukkannya menginjakkan kaki mereka di kota tersebut, mereka langsung menghunuskan pedang dan mengalahkan para penjaga benteng. Mereka lalu meletakkan pedang di atas dada mereka. Kemudian mereka melompat ke arah gerbang kemudian membukanya sambil meneriakkan takbir. 

Maka takbir mereka yang berada di dalam benteng disambut dengan takbir para sahabatnya yang masih berada di luar. Maka merangseklah pasukan kaum muslimin ke dalam kota Tustar saat fajar. Lalu berkecamuklah perang yang hebat di antara mereka dan musuh-musuh Allah dimana jarang sekali terdapat dalam sejarah peperangan yang sehebat dan seganas serta yang paling banyak memakan korban seperti peperangan ini. 

Saat peperangan berlangsung dengan sengitnya, Majza’ah bin Tsaur lalu melihat Hurmuzan. Maka langsunglah Majza’ah menghampirinya dan melompat ke arahnya dengan menghunuskan pedang. Namun Majza’ah tidak dapat menangkapnya karena gelombang gerak yang ditimbulkan oleh para pasukan yang sedang bertempur membuat Majza’ah kehilangan pandangan. Kemudian Majza’ah sekali lagi melihat Hurmuzan, lalu ia segera datang ke arahnya… 

Lalu Majza’ah dan Hurmuzan saling menyerang dengan pedang yang mereka bawa. Masing-masing mengibaskan pedang mereka dengan ganasnya. Namun pedang Majza’ah tidak mengenai sasaran, dan sebaliknya Hurmuzan berhasil mengarahkan pedangnya. Maka tersungkurlah patriot muslim yang berani di tengah medan laga. Hatinya tenang dengan janji Allah yang telah ia raih. Pasukan muslimin masih saja meneruskan peperangan, sehingga Allah Swt memberikan kemenangan kepada mereka. Akhirnya, Hurmuzan menjadi tawanan kaum muslimin. 

Pasukan muslimin kembali ke Madinah Al Munawarah dengan membawa kabar gembira penaklukan Persia kepada Umar bin Khattab. Mereka menggiring Hurmuzan yang mengenakan mahkota berhiaskan berlian, dan dipundaknya terdapat selendang sutra yang dijahit dengan benang emas. Mereka menggiringnya untuk dibawa menghadap kepada khalifah. Meski demikian, mereka membawa kabar duka yang mendalam kepada khalifah tentang pejuang mereka yang gagah berani bernama Majza’ah bin Tsaur. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.