'Umar yang mendengar hasil-hasil perjanjian Hudaibiah saat itu juga tak dapat menahan diri lagi. Ia bangkit menghadap Nabi dan berkata, “Bukankah engkau Nabi Allah?” dan beliau mengiyakan. “Bukankah kita di pihak yang benar dan musuh kita di pihak yang salah?” katanya, dan kembali Nabi mengiyakan. “Lantas, mengapa kita begitu lemah mempertahankan kehormatan agama kita?” tanya 'Umar. Nabi segera menjawab, 'Aku Rasulullah dan aku tidak akan menentang-Nya. Ia akan memberiku kemenangan.” “Tetapi bukankah engkau mengatakan kepada kami, kita harus pergi ke Rumah Suci dan bertawaf di sana?” tanya Umar. “Begitulah,” kata Nabi, “namun bukankah aku tidak mengatakan, kita akan pergi tahun ini?” 'Umar mengakui, beliau memang benar. “Sesungguhnya kalian akan pergi ke Ka'bah,” kata Nabi, “dan akan bertawaf di sana.”
Namun, kedongkolan Umar belum reda dan ia menemui Abu Bakr untuk mengungkapkan perasaannya. Ia menanyakan hal yang sama seperti yang ditanyakan kepada Nabi. Namun, meskipun Abu Bakr tidak mendengar jawaban Nabi, ia memberikan jawaban yang sama pada setiap pertanyaan, bahkan hampir dengan kata-kata yang sama. Di akhir pembicaraan ia menambahkan, “Karena itu, berpeganglah pada pendapat Rasulullah, karena Demi Allah, beliau itu benar.”
Hal ini mengesankan 'Umar, dan meskipun perasaannya belum lega, ia tidak lagi mendesak mereka. Ketika Nabi memintanya untuk menuliskan namanya pada perjanjian itu, ia melakukannya dengan diam. Nabi juga meminta putra Suhayl, Abd Allah, untuk membubuhkan namanya di sana. Muslim lainnya yang menandatangani perjanjian itu adalah Ali, Abu Bakr, Abd al-Rahman ibn Auf dan Mahmud ibn Maslamah.
Sebagai sebuah kebijakan politik, perjanjian Hudaybiah tidaklah sepi dari kontroversi, justru karena kebijakan ini diperkirakan berdampak luas terhadap seluruh sendi kehidupan bermasyarakat dan bernegara, khususnya berkaitan dengan hubungan antar negara, maka terjadi perbedaan pendapat diantara sahabat. Namun secara keseluruhan, semua sahabat tetap taat dan patuh kepada setiap kebijakan politik yang diputuskan Rasulullah SAW.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.