Jika kita memperhatikan satu organisasi, paling tidak ada tiga hal yang menarik perhatian, yaitu yang pertama adalah strukturnya, sumber dana dan distribusinya, dan yang terakhir aktifitasnya.
Struktur organisasi
Setiap organisasi selalu memiliki struktur, dan bentuk struktur akan dipengaruhi oleh aktifitas organisasi, misalnya, jika aktifitasnya bisnis atau perdagangan, maka akan dicari struktur yang efektif, guna menghasilkan profit sebesar-besarnya. Jika aktifitas organisasi adalah sosial kemasyarakatan, tentu struktur yang di bentuk adalah yang favorable untuk itu, misalnya yayasan.
Jika aktifitas organisasi adalah kemiliteran pembentukan pasukan komando, tentu strukturnya pun adalah komando. Semacam komandemen adalah tidak wajar, jika aktifitas sosial kemasyarakatan semacam pengajian-pengajian tetapi memakai struktur komandemen.
Sedangkan kalau kita perhatikan dari sejarah terbentuknya struktur paling tidak menurut Crane Banton dalam bukunya The anatomi of revolution, ada dua jenis :
1. Stuktur yang terbentuk secara pemecahan cel dari arus bawah ( radix ), artinya recruitment sera pertumbuhan cel berawal dari akar (aslun) dimana proses harakah dilandasi oleh kesamaan aqidah (ideologi), kesamaan pandangan dan tujuan dalam pelaksanaan perubahan (revolusi). Dari basic (aslun) yang kokoh kuat, menghujam jauh ke dasar bumi inilah struktur organisasi secara bertahap tumbuh dan berkembang secara alami (conditional), yang pada hakekatnya adalah pembelahan cel secara konstan dan berkesinambungan dari cel akar itu tadi, hingga nampak menjulang keangkasa, sebagai monumen yang kokoh tahan badai hujan ataupun panas, kekokohan struktur ini disebabkan ikatan cel yang kuat dan homogen baik dalam idiologi, visi maupun sasaran akhir yang dituju.
2. Struktur yang terbentuk, terangkai dari unsur partialis. Artinya tidak perlu menunggu waktu lama untuk membentuk akar yang terdiri dari cel-cel yang homogen, baik dari idiologi, visi maupun sasaran akhir. Struktur model kedua ini dibentuk oleh parsial-parsial yang kendatipun tidak berasal dari satu cel yang sama, satu aqidah (idiologi) yang sama dan tidak berasal dari visi (frame of reference) yang sama, tapi cukup adanya tujuan yang sama, entah tujuan awalnya saja, tujuan antara atau mungkin kesamaan dalam tujuan akhir, maka dirangkailah sebuah struktur darifarsial dahan, farsial cabang, farsial ranting dst. Modal dari struktur ini adalah keinginan yang sama untuk memetik buah sasaran baik itu awal, antara ataupun akhir.
Karena struktur suatu organisasi merupakan tulang punggungnya maka, wajarlah bila pembentukannya harus sesempurna mungkin sejauh kapasitas manusia, lebih apalagi jika struktur itu merupakan cerminan struktur kekhalifahan dalam ajaran islam, landasan kesempurnaan harus meliputi azas-azas Islami selaras yang digariskan kitabullah dan disunahkan rosulullah saw. Mengapa demikian ? Karena usaha-usaha semua ini merupakan rangkaian jalinan pengabdian kepada Allah Swt, dan sebagaiman pengabdian-pengabdian lainnya tidak dibenarkan keluar dari konfigrasi hukum hudud yang ditetapkan Allah Swt. Sebab jika demikian adanya maka itulah yang namanya thoghut.
Usaha untuk menyempurnakan sebuah struktur sepanjang sunah rosulullah saw, adalah dimulai dari proses homogenitas A’qoidus Samawiyah, dengan jalan membersihkan segala bentuk kemusyrikan hingga mencapai iahlahu I’ aqiedatu tauhid yang nantinya akan melatar belakangi ikrar syahadah seseorang. Atau dengan perkataan lain. Diawali dengan proses pembentukan Ashluhaa tsabitun akar yang kokoh dan kuat.
Dalam proses lanjutannya secara fitrahi akan terbentuk batang, cabang, ranting dst. Jika para pelaku tidak sabar lebih apalagi bagi mereka yang bersifat ajallah, akan terasa membosankan, lambat atau mungkin akan terasa stastis, bagi mereka yang tidak terlibat dalam proses atau bagi mereka yang sekedar jadi penonton. Dan bukan mustahil orang-orang tersebut belakangan ini akan pindah haluan dari proses menanam pohon pisang beralih menjadi menanam jantung pisang guna mendapatkan buah pisang.
Pelaksanaan recruitmen di lapangan malah akan terasa lebih sulit lagi karena kita harus mencari bahan atau cel yang bukan saja bersih dari virus syirik, tetapi juga memiliki qualitas yang kapabel layak terap pada pos yang dibutuhkan, misalnya untuk membentuk struktur dahan, diperlukan cel atau bahan yang memiliki kapasitas yang cukup untuk itu, dan itu harus dipilih dan dipilah dari cel-cel batang yang ada, demikian selanjutnya untuk membentuk struktur ranting dicarikan yang memiliki kapasitas dari dahan yang ada. Dst.
Proses peningkatan kapasitas dan kapabilitas cel-cel inilah yang disebut PEMBINAAN. Yaitu dengan menyampaikan saran-saran pesan-pesan serta wawasan-wawasan sepanjang kitabullah dan sunah rosulullah saw kepada bahan-bahan yang ada, yang kemudian secara sunnatullah di adakan uji coba lapangan sebagai proses selecting people, tanpa pemilahan serta pemilihan bahan secara selecting people, tentu bukan pembinaan namanya dan untuk seterusnya dilakukan penjenjangan guna terpenuhinya hirarki managemen.
Dalam menyampaikan pesan-pesan, saran-saran atau wawasan yang ingin kita sampaikan dalam proses pembinaan agar efective dan efesien seseorang pembina atau tutor harus memiliki pengetahuan dasar-dasar komunikasi, karena pada hakekatnya da’wah atau pembinaan adalah suatu proses “Two Way Comunication“ yang membutuhkan respons atau feedback. Barangkali disini letak perbedaan dengan tabligh yang hanya one way comunication hingga tidak terjadi respons atau feedback.
Komunikasi yang pada intinya adalah proses dimana seseorang individu da’i (komunikator) mengoporkan perangsangan (biasanya lambang-lambang bahasa) untuk merubah tingkah laku obyect da’wah (OD) atau kominikan.
Sesuai dengan pedefinisikan tadi maka kata-kata atau esan (message) yang disampaikan da’i (komunikator) harus mempunyai pengertian yang sama dengan OD (komunikan) agardapat dimengertinya, sehingga da’i akan mengetahui bagaimana reaksi dan respons dari OD terhadap pesan yang disampaikan. Hingga tercapainya fungsi management yaitu mampu menggerakkan bawahan kearah sasaran yang dikehendaki.
Faktor lainnya yang penting dan harus diperhatikan di dalam penyampaian pesan da’wah kepada obyectda’wah adalah channel atau media yang akan digunakan. Pesan yang khusus sifatnya dan ditujukan kepada OD tertentu, penyampaiannya memerlukan media yang khusus pula.
Respons dari publik OD tidak automatis dapat diterima atau diketahui tutor pembina atau da’i. Untuk mengetahuinya memerlukan reseach atau uji coba lapangan sebagai proses selecting people. Sebab pada hakekatnya pembina disebut berhasil manakala tiap-tiap OD mengenal jati dirinya. Sebagai dahankah, sebagai rantingkah, bunga atau buah. Tiap manusia di tuntut mengabdi kepada Allah Swt pada kapasitas jati dirinya. I’maluu’aki makanatikum.
Oleh karena itu, untuk berhasilnya suatu proses pembinaan atau da’wah secara umum perlu diperhatikan tahapan-tahapan proses komunikasinya. Menurut outlit and centre (1958) komunikasi yang efektif harus dilaksanakan dengan melalui empat tahap, yakni :
1. Fact finding
2. Planning
3. Communicating
4. Evaluation
Fact Finding
Yang dimaksud adalah mencari atau mengumpulkan facta-facta atau data seseorang OD, lewat survey, hingga diketahui tentang status, sia, latar belakang pendidikan, keorganisasian dsb.
Planning
Berdasarkan facta-facta tadi seseorang muda’i (tutor) membuat rencana tentang apa yang akan atau harus dilakukan dalam menghadapi problem-problem yang ada dalam melaksanakan da’wahnya. Untuk menghindarkan kegagalan-kegagalan dalam melaksanakan tugasnya dan memperoleh hasil yang diharapkan, maka da’wah atau pembina harus WELL PLANNED yang meliputi antara lain :
a. Da’i atau komunikator.
Siapa orangnya yang tepat ? Apakah ia memenuhi syarat? Misalnya; jujur, berakhlak baik, cakap, under standing, bijaksana, sudah dikenal dsb.
b. Message atau pesan
Ayat alqur’an atau hadistapa yang akan disampakan sudah dikuasai materinya, termasuk kemungkinan pertanyaan yang muncul. Apa yang jadi sasarannya, membentuk opini dulu atau langsung recruitment, feedback apa yang diharapkan muncul. Setiap pernyataan yang disampaikan baik secara lisan atau tulisan haruslah meaningful bagi keduabelah pihak.
c. Media
Media apa yang tepat untuk menyampaikan pesan ini, dan kapan waktunya yang tepat.
d. Objec da’wah
Kepada siapa pesan itu ditujukan, individu atau kelompok ?. Bagaimana pengetahuan OD tentang masalah yang ada hubungannya dengan pesan itu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.