Menurut Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri dalam Ar-Rahiq Al-Makhtum, bahwa turunnya surat Al ALaq ayat 1-5 terjadi pada hari Senin, malam ke-21 Ramadhan (bersesuaian dengan 10 Agustus 610 Masehi). Umur beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika itu diperkirakan berusia 40 tahun, 6 bulan, 12 hari menurut hitungan Qamariyah dan berdasarkan hitungan Syamsiyah sekitar 39 tahun, 3 bulan, 20 hari.
Turunnya ayat Al Alaq tersebut juga menandai waktu pelantikan Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib sebagai Nabiullah. Peristiwanya terjadi di Gua Hira. Imam Bukhari mencatat lengkap peristiwa pelantikan tersebut dalam hadits shahih berikut ini.
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ بُكَيْرٍ قَالَ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ عُقَيْلٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Bukair berkata, Telah menceritakan kepada kami dari Al Laits dari 'Uqail dari Ibnu Syihab dari 'Urwah bin Az Zubair
َنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ أَنَّهَا قَالَتْ أَوَّلُ مَا بُدِئَ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ الْوَحْيِ الرُّؤْيَا الصَّالِحَةُ فِي النَّوْمِ فَكَانَ لَا يَرَى رُؤْيَا إِلَّا جَاءَتْ مِثْلَ فَلَقِ الصُّبْحِ ثُمَّ حُبِّبَ إِلَيْهِ الْخَلَاءُ وَكَانَ يَخْلُو بِغَارِ حِرَاءٍ فَيَتَحَنَّثُ فِيهِ وَهُوَ التَّعَبُّدُ اللَّيَالِيَ ذَوَاتِ الْعَدَدِ قَبْلَ أَنْ يَنْزِعَ إِلَى أَهْلِهِ وَيَتَزَوَّدُ لِذَلِكَ ثُمَّ يَرْجِعُ إِلَى خَدِيجَةَ فَيَتَزَوَّدُ لِمِثْلِهَا
Dari Aisyah -Ibu Kaum Mu'minin-, bahwasanya dia berkata: “Permulaaan wahyu yang datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah dengan mimpi yang benar dalam tidur. Dan tidaklah Beliau bermimpi kecuali datang seperti cahaya subuh. Kemudian Beliau dianugerahi kecintaan untuk menyendiri, lalu Beliau memilih gua Hiro dan bertahannuts yaitu 'ibadah di malam hari dalam beberapa waktu lamanya sebelum kemudian kembali kepada keluarganya guna mempersiapkan bekal untuk bertahannuts kembali. Kemudian Beliau menemui Khadijah mempersiapkan bekal.
حَتَّى جَاءَهُ الْحَقُّ وَهُوَ فِي غَارِ حِرَاءٍ فَجَاءَهُ الْمَلَكُ فَقَالَ اقْرَأْ قَالَ مَا أَنَا بِقَارِئٍ قَالَ فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي حَتَّى بَلَغَ مِنِّي الْجَهْدَ ثُمَّ أَرْسَلَنِي فَقَالَ اقْرَأْ قُلْتُ مَا أَنَا بِقَارِئٍ فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي الثَّانِيَةَ حَتَّى بَلَغَ مِنِّي الْجَهْدَ ثُمَّ أَرْسَلَنِي فَقَالَ اقْرَأْ فَقُلْتُ مَا أَنَا بِقَارِئٍ فَأَخَذَنِي فَغَطَّنِي الثَّالِثَةَ ثُمَّ أَرْسَلَنِي
Sampai akhirnya datang Al Haq saat Beliau di gua Hiro, Malaikat datang seraya berkata: “Bacalah?” Beliau menjawab: “Aku tidak bisa baca”. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan: Maka Malaikat itu memegangku dan memelukku sangat kuat kemudian melepaskanku dan berkata lagi: “Bacalah!” Beliau menjawab: “Aku tidak bisa baca”. Maka Malaikat itu memegangku dan memelukku sangat kuat kemudian melepaskanku dan berkata lagi: “Bacalah!”. Beliau menjawab: “Aku tidak bisa baca”. Malaikat itu memegangku kembali dan memelukku untuk ketiga kalinya dengan sangat kuat lalu melepaskanku,
فَقَالَ } اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ {
dan berkata lagi: (Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah).”
فَرَجَعَ بِهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرْجُفُ فُؤَادُهُ فَدَخَلَ عَلَى خَدِيجَةَ بِنْتِ خُوَيْلِدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا فَقَالَ زَمِّلُونِي زَمِّلُونِي فَزَمَّلُوهُ حَتَّى ذَهَبَ عَنْهُ الرَّوْعُ
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kembali kepada keluarganya dengan membawa kalimat wahyu tadi dalam keadaan gelisah. Beliau menemui Khadijah binti Khawailidh seraya berkata: “Selimuti aku, selimuti aku!”. Beliau pun diselimuti hingga hilang ketakutannya.
Ibnu Hisyam mencatat bahwa ketika Jibril AS mendiktekan surat al Alaq, Rasulullah SAW berkata, “Aku pun membacanya, sedang Jibril pergi dari hadapanku. Setelah itu aku bangun dari tidurku dan aku merasakan ada yangtertulis dalam hatiku. Kemudian aku keluar dari goa Hira. Ketika aku berada di tengah-tengah gunung, tiba-tiba aku mendengar suara dari langit, “Hai Muhammad, engkau utusan Allah dan aku adalah Jibril”. Aku hadapkan kepalaku ke langit, saat itu kulihat Jibril menjelma seperti orang laki-laki yang membentangkan kedua lututnya ke ufuk langit.
Jibril berkata lagi, “Hai Muhammad, engkau utusan Allah dan aku adalah Jibril”.aku berdiri untuk melihatnya tanpa maju dan mundur, aku arahkan pandanganku kepadanya di ufuk langit, dan aku tidak melihat arah maju dan tidak mundur, hingga akhirnya Khadijah mengutus orang-orangnya untuk mencariku. Mereka tiba di Mekkah Atas dan kembali menemui Khadijah, sedang aku tetap berdiri di tempatku semula. Kemudian Jibril pergi dari hadapanku dan aku pulang menemui keluargaku”.
Dalam bahasa arabnya, perkataan Jibril adalah
يا محمد انت رسول الله و أنا جبريل
Artinya adalah, “Hai Muhammad, engkau adalah Rasulullah dan aku Jibril”.
Jabatan Muhammad bin Abdullah sebagai Nabiullah dan Rasullah inilah dalam konteks aqidah-siyasah menjadi masalah bagi Quraisy Mekkah. Karena sebagaimana disebutkan oleh Suhayl bin Amr yang menjadi utusan Quraisy dalam perjanjian Hudaybiah, bahwa jabatan inilah yang menjadi sebab dimusuhinya Muhammad bin Abdillah dan para sahabatnya.
Ketika Rasululah SAW mendikte isi Perjanjian Hudaybiah, beliau berkata, “Ini adalah pernyataan kesepakatan gencatan senjata antara Muhammad Rasululillah dan Suhayl putra Amr”. Namun Suhayl memprotes lagi, “Jika kami tahu engkau menjadi Rasulullah,” katanya, “kami tidak akan melarangmu masuk Rumah Suci, juga tidak akan memerangimu, tulislah Muhammad putra Abdillah.”
Legimitasi misi pembawa Risalah, definisinya Muhammad bin Abdilah sebagai Nabi dan Rasul/Khalifah Allah di bumi dengan prosedur : Al Mitsaq
Untuk predikat nubuwah, hanya ada satu prosedur pengesahannya (pelegitimasiannya) yaitu Mitsaqan Ghalizan, sebagaimana disebutkan dalam ayat berikut ini,
وَإِذْ أَخَذْنَا مِنَ النَّبِيِّينَ مِيثَاقَهُمْ وَمِنْكَ وَمِنْ نُوحٍ وَإِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ وَأَخَذْنَا مِنْهُمْ مِيثَاقًا غَلِيظًا (٧)
“Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri) dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh.(Qs. Al Ahzab 33:7)
Para nabi selanjutnya di angkat oleh Allah SWT melalui suatu prosedur standar yang disebut dengan mitsaqan ghalizan, yaitu perjanjian yang sangat kuat. Seluruh Nabi melakukan perjanjian ini dengan Allah SWT.
Menurut Dr. Muhammad Hasan Al Hamsi, ketika menampilkan ayat di atas dalam Tafsir wa Bayan Mufrodatul Quran ‘Ala Mishaf at-Tajwid ma’a Asbabun Nuzul li as-Suyuthi, memberikan catatan bahwa mitsaqan ghalizan adalah
عَهْدًا وَثِيْقًا قَوِيًّا عَلَى اْلوَفَاءِ
“Sebuah perjanjian terkait kuat untuk dipenuhi”
Hal ini menandakan bahwa perjanjian Allah SWT dengan para Nabi dan Rasul merupakan perjanjian yang sangat berat konsekuensinya, terkait dengan sangat kuat serta harus dipenuhi dan direalisasikan sepanjang hidupnya.
a. Pernyataan Muhammad SAW. Kepada Malaikat Jibril : “Maa ana bi Qoori” dalam perspektif Nubuwah.
Pernyataan Muhammad SAW kepada malaikat Jibril AS yaitu “aku tidak bisa membaca” dalam dialog pertama di gua hira menandakan bahwa nubuwah tersebut memang tidak diminta oleh Muhammad SAW. Namun ia merupakan pilihan dari Allah SWT kepada Muhammad SAW untuk menjadi nabi dan rasul-Nya.
وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ مِلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ قَبْلُ وَفِي هَذَا لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ فَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَاعْتَصِمُوا بِاللَّهِ هُوَ مَوْلاكُمْ فَنِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيرُ (٧٨)
“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan Jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang Muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, Maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, Maka Dialah Sebaik-baik pelindung dan sebaik- baik penolong. Qs. 22:78
Nubuwah merupakan anugerah tertinggi yang Allah SWT berikan kepada manusia-manusia tertentu yang telah dipilih-Nya dari sekian banyak manusia yang ada di bumi untuk menjalankan misi suci dan tugas risalah menyampaikan wahyu Allah SWT. Seluruh para Nabi diangkat karena dipilih oleh Allah SWT.
أُولَئِكَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ مِنْ ذُرِّيَّةِ آدَمَ وَمِمَّنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ وَمِنْ ذُرِّيَّةِ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْرَائِيلَ وَمِمَّنْ هَدَيْنَا وَاجْتَبَيْنَا إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُ الرَّحْمَنِ خَرُّوا سُجَّدًا وَبُكِيًّا (٥٨)
“Mereka itu adalah orang-orang yang telah di beri nikmat oleh Allah, Yaitu Para Nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. apabila dibacakan ayat-ayat Allah yang Maha Pemurah kepada mereka, Maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.Qs. 19:58
قَالَ يَا مُوسَى إِنِّي اصْطَفَيْتُكَ عَلَى النَّاسِ بِرِسَالاتِي وَبِكَلامِي فَخُذْ مَا آتَيْتُكَ وَكُنْ مِنَ الشَّاكِرِينَ (١٤٤)
“Allah berfirman: “Hai Musa, Sesungguhnya aku memilih (melebihkan) kamu dan manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara langsung dengan-Ku, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu Termasuk orang-orang yang bersyukur.” Qs.7:144
وَإِذَا جَاءَتْهُمْ آيَةٌ قَالُوا لَنْ نُؤْمِنَ حَتَّى نُؤْتَى مِثْلَ مَا أُوتِيَ رُسُلُ اللَّهِ اللَّهُ أَعْلَمُ حَيْثُ يَجْعَلُ رِسَالَتَهُ سَيُصِيبُ الَّذِينَ أَجْرَمُوا صَغَارٌ عِنْدَ اللَّهِ وَعَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا كَانُوا يَمْكُرُونَ (١٢٤)
“Apabila datang sesuatu ayat kepada mereka, mereka berkata: “Kami tidak akan beriman sehingga diberikan kepada Kami yang serupa dengan apa yang telah diberikan kepada utusan-utusan Allah”. Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan. orang-orang yang berdosa, nanti akan ditimpa kehinaan di sisi Allah dan siksa yang keras disebabkan mereka selalu membuat tipu daya. Qs. 6/124
وَإِذْ أَخَذْنَا مِنَ النَّبِيِّينَ مِيثَاقَهُمْ وَمِنْكَ وَمِنْ نُوحٍ وَإِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى
وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ وَأَخَذْنَا مِنْهُمْ مِيثَاقًا غَلِيظًا (٧)
Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil Perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri) dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka Perjanjian yang teguh. Qs. 33:7
Pengangkatan Nabi dan Rasul yang secara implisit juga merupakan pengangkatan khalifah, terjadi tidak secara kebetulan. Hanya manusia-manusia pilihan yang dipercayakan Allah SWT untuk mengemban jabatan Nabi dan Rasul ini. Dalam bahasa Al Quran disebutkan, “Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan tersebut”.
Perhatikan lengkapnya di ayat berikut.
وَإِذَا جَاءَتْهُمْ آيَةٌ قَالُوا لَنْ نُؤْمِنَ حَتَّى نُؤْتَى مِثْلَ مَا أُوتِيَ رُسُلُ اللَّهِ اللَّهُ أَعْلَمُ حَيْثُ يَجْعَلُ رِسَالَتَهُ سَيُصِيبُ الَّذِينَ أَجْرَمُوا صَغَارٌ عِنْدَ اللَّهِ وَعَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا كَانُوا يَمْكُرُونَ (١٢٤)
“Apabila datang sesuatu ayat kepada mereka, mereka berkata: “Kami tidak akan beriman sehingga diberikan kepada Kami yang serupa dengan apa yang telah diberikan kepada utusan-utusan Allah”. Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan. orang-orang yang berdosa, nanti akan ditimpa kehinaan di sisi Allah dan siksa yang keras disebabkan mereka selalu membuat tipu daya. Qs. 6:124
b. Makna dan pengrtian : “Iqra Bismi Rabbikalladzi Khalaq” dalam konteks sosio politik da’wah Muhammad Saw.
Turunnya wahyu pertama dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW yang di bawa Malaikat Jibril telah menjadi bukti adanya legitimasi dari Allah Rabbul Izzati atas nubuwah Rasulullah Muhammad SAW. Rasulullah SAW diperintahkan Allah SWT melalui ayat itu untuk membaca dengan nama rabb yang telah menciptakan. Tentu perlu digali lebih lanjut apa makna dari peristiwa di gua hira tersebut.
Yang jelas, bahwa setelah peristiwa di gua hira, Jibril alaihissalam menyatakan bahwa Muhammad adalah Rasulullah. Makna rasulullah disini adalah sebuah jabatan (wazhifah) yang diberikan Allah SWT kepada Muhammad SAW. Dengan demikian, bisa dimaknai bahwa apa yang terjadi di Gua Hira merupakan proses pelantikan nubuwah. Dengan demikian, surat al-alaq ayat 1-5 merupakan naskah pelantikan Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul-Nya. Jadi, pernyataan Jibril untuk Iqro kepada Muhammad SAW adalah ajakan untuk membaca naskah pelantikan Muhammad SAW sebagai nabi dan Rasul-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.