Bulan ini umat Islam memasuki tahun baru Hijrah, tahun 1443 H, dan juga bersamaan dengan hari kemerdekaan Indonesia yang genap berusia 76 tahun yang selalu dirayakan pada tanggal 17 Agustus. Memang 76 tahun yang lalu Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaannya. Namun pada kenyataannya, negara ini baru merdeka dari penjajahan secara fisik. pada aspek lainnya, seperti ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan, kita belum bisa dikatakan merdeka.
Bicara soal kemerdekaan, saya teringat dengan event Muharram yang diselenggarakan Oleh Hizbut Tahrir Saat tahun baru Hijriyah 1435, yang jatuh pada tanggal 5 November 2013. Meski saya absen karena suatu hal pada acara tersebut, namun ada pesan yang sangat membekas yang saya dapat dari peserta yang ikut acara tersebut. Saat itu pembicaranya adalah Ust. Dwi Condro. Beliau mengatakan dengan gaya retorikanya; "Kalau kemerdekaan Indonesia adalah tanggal 17 Agustus 1945, mako kapankah hari kernerdekaan umat Islam? Apakah umat Islam punya hari kemerdekaan? Ada yang tahu?"
Lalu dengan tegas ust. Dwi Condro melanjutkan; "Hari kemerdekaan umat Islam adalah tanggal 1 Muharram! Penetapan kalender Tahun Baru Islam adalah penetapan kemerdekaan umat. Mengapa? Karena kemerdekaan umat Islam dimulai dari sebuah momen besar, yaitu momen hijrahnya Nabi Muhammad saw. dari Mekkah ke Madinah. penetapan kalender Tahun Baru Islam yang ditetapkan ketika 'Umar bin al-Khaththab menjadi Khalifah (13-23 H/634-644 M) tentu bukan tanpa alasan, sebab ada banyak peristiwa yang lain. Ada peristiwa kelahiran Nabi Muhammad, ada peristiwa Rasulullah menerima wahyu, ada peristiwa wafatnya Rasulullah, juga peristiwa perang Badar di mana di situ pertama umat Islam mendapatkan kemenangan, dst.
Hijrah dijadikan sebagai kalender Tahun Baru Islam, atas usulan 'Ali bin Abi Thalib. Alasan beliau, karena itulah hari di mana Nabi shalla-Llahu alaihi wa sallama meninggalkan wilayah syirik. Memerdekakan umat dari sistem jahiliyyah dan penghambaan kepada hawa nafsu, untuk kembali kepada tauhid, yaitu penghambaan hanya kepada Allah semata. 'Umar pun setuju. Beliau menegaskan, bahwa hijrah itu telah memisahkan antara yang haq dengan yang batil. Antara Islam dengan kekufuran. (Lihat, Ibn Hajar, Fath al-Bari, Juz VlIl/576 dan 5771)
Lalu, mengapa yang dijadikan patokan I Muharram, bukan 12 Rabiul Awwal? padahal riwayat yang paling kuat tentang peristiwa hijrah menyatakan, bahwa hijrah dilakukan oleh Nabi dan Abu Bakar dari Makkah ke Madinah di bulan Rabiul Awwal. (Lihat, Ibn Hajar, Fath al-Bari, Juz Vlll/5751
Ibn Hajar al-Asqalani, mengutip penjelasan as-Suhaili, bahwa dasar penetapan sahabat itu merujuk pada firman Allah: "Sungguh, masjid yang dibangun berdasarkan ketakwaan sejak hari pertama itu lebih pantas dijadikan tempat engkau melaksanakan shalat di sana." [QS at Taubah: 108] para sahabat memahami, bahwa yang dimaksud "hari pertama" di dalam ayat ini bukan hari pertama secara mutlak. Tetapi, hari pertama yang sudah definitif, yaitu hari ketika Nabi tiba di Quba', hari di mana Islam mendapatkan kemuliaan. Nabi shallaLlahu 'alaihi wa sollama juga bisa menunaikan ibadah kepada Rabbnva dengan aman dan tenang. Karena itu, hari yang dijadikan patokan penanggalan adalah "hari pertama kemenangan". (Lihat, Ibn Hajar, Fath al-Bari, Juz VIII/575-5761.
Tapi kapan itu? para sahabat akhirnya menetapkan I Muharram sebagai "hari pertama" di tah un Karena, itu merupakan hari pertama, di bulan pertama, setelah kemenangan yang mereka dapatkan pada Bai'at Aqabah ll. Bai'atyang menandai penyerahan kekuasaan (istilam al-hukm) dari kaum Anshar kepada Nabi shalla-Lahu 'alaihi wa sallama. Bai'at Nushrah Man'ah, vaitu sumpah setia untuk memberikan pertolongan dan perlindungan kepada Nabi dan agamanya.
Karena Bai'at Aqabah ll ini terjadi di pertengahan bulan Dzulhijjah, maka awal bulan berikutnya, yaitu I Muharram ditetapkan sebagai "hari pertama" kemenangan itu. Hijrahnya Nabi saw. dari Makkah ke Madinah tersebut merupakan peristiwa yang sangat penting yang mengubah wajah umat Islam Saat itu. Umat vang awalnya tertindas dan teraniaya di Makkah selama 13 tahun, setelah hijrah ke Madinah dan menegakkan tatanan masvarakat yang Islami dalam sebuah negara, berubah menjadi umat yang terbaik nan mulia (Khairu Ummah), kuat dan disegani, serta sangat istimewa.
Oleh karena itu tatkala mendiskusikan tentang penanggalan Islam, Khalifah (Amirul Mukminin) sayyidina 'Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu menyatakan: "Bahkan kita akan menghitung penanggalan berdasarkan hijrahnva Rasulullah, sesungguhnya hijrah itu memisahkan antara kebenaran dan kebatilan." [Ibnu Al Atsiir, Al-Kamil)
Itulah banyaknya alasan kenapa momen hijrah ini dipilih, namun yang terpenting adalah tonggak pertama berdirinya sebuah kekuasaan. Kekuasaan yang menerapkan Islam secara sempurna.
Sumber disini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.