NILAI PENTING ILMU


Allah swt berfirman
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗاِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا 
36.  Janganlah engkau mengikuti sesuatu yang tidak kauketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. (Qs Al Isra 17:36)

DI dalam Tafsir Ath Thabari disebutkan bahwa lafadz wala taqfu  وَلَا تَقْفُ terambil dari kata اَلْقَفْوُ yang memiliki akar makna berbohong (العَضَهُ) dan memalsukan (وَالبَهْتُ). Arti lafadz wala taqfu adalah jangan mengikuti apa yang tidak engkau ketahui dan tidak berguna bagimu
 (لَا تَتَّبِعْ مَالَا تَعْلَمُ وَلاَ يَعْنِيْكُ).

At Thabari menjelaskan pendapat yang paling mendekati kebenaran adalah yang mengatakan bahwa artinya adalah,
لا تَقُلْ للناسِ وفيهم ما لا علمَ لك به فتَرْمِيَهم بالباطلِ وتَشْهَدَ عليهم بغيرِ الحقٌّ فذلك هو القَفْوُ
"Jangan berkata kepada manusia dan tentang mereka apa yang tidak engkau ketahui, sehingga kamu menuduh mereka secara keliru dan bersaksi atas mereka dengan jalan tidak benar. Itulah maksud lafazh اَلْقَفْوُ . Tafsir Ath Thabari Juz 14 halaman 595-596

Sementara Ibnu Karisr dalam tafsirnya menyebutkan bahwa Allah tabaaraka wa ta'ala melarang berbicara tanpa didasari pengetahuan yang tidak lain hanyalah khayalan belaka. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah bersabda,
اِيَّاكُمْ وَالظَنَّ فَإِنَّ الظَنَّ أَكْذَبُ الْحَدْيْثِ
"Jauhilah oleh kaian prasangka, karena prasangka itu merupakan sedusta-dusta ucapan, (muttafaq alaih). 

Makna-makna tersebut mengisyaratkan akan pentingnya ilmu pengetahuan dalam Islam. bahwa seseorang tidak boleh mengikuti apa yangtidak ia ketahui dan apa yang tidak bermanfaat bagi dirinya.
Mengingat fungsi dasar dari pembinaan ummah adalah merupakan media kajian, maka hal-hal yang terkait dengan ilmu dalam pandangan Islam perlu juga dijelaskan kepada kelompok binaan. Dalam pandangan Islam, ilmu memiliki nilai yang sangat penting, yaitu 
a. Tanpa ilmu seseorang cenderung untuk mendustakan kebenaran padahal belum datang kepadanya penjelasan tentang kebenaran itu sendiri (Qs. 10:39)
b. Tanpa ilmu seseorang cenderung untuk mengikuti syariat (peraturan) yang dibuat berdasar hawa nafsu manusia (Qs. 45:18)
c. Tanpa ilmu seseorang dapat menjadi agen profokator musuh dan menjelek-jelekkan 'Jalan Allah' (Qs. 31:6)
d. Wajib berpaling dari orang bodoh (Qs. 7:199)
e. Allah mengampuni kesalahan yang dilakukan karena kebodohan, tetapi kemudian orang tersebut harus memperbaiki dirinya dengan mempelajari pengetahuan agar tidak terjerumus pada kesalahan yang sama (Qs. 16:119), dan jangan mengikuti sesuatu kalau tidak punya pengetahuan tentangnya (Qs. 17:36)
f. Orang yang takut kepada Allah hanyalah mereka yang berilmu (Qs. 35:28)
g. Konsep ketauhidan hanya diyakini oleh mereka yang memiliki ilmu, kesadaran bahwa tiada ilah kecuali Allah hanya dimiliki oleh mereka yang memilik ilmu (Qs. 3:18)
h. Hanya dengan ilmu-lah seseorang dapat menyatakan keyakinannya bahwa Al Qur'an itulah sumber al-Haq dan dapat menjadi hudan bagi muttaqin, tidak ada konsepsi lainnya yang bisa menjadi sumber kebenaran, kalaupun manusia merumuskan 'konsepsi kebenaran' itu hanyalah angan-angan mereka semata (Qs. 34:6)
i. Hanya dengan ilmu seseorang beriman kepada Al Qur'an, Al Our'an tidak bisa ditangkap pesan-pesan langit dan rahasia-rahasia ghaibnya tanpa ilmu (Qs. 4; 162)
j. Allah meninggikan orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat (Qs. 58:11)
k. Bertanyalah kepada orang-orang yang berilmu jika kamu tidak mengetahui tentang sesuatu (Qs. 16.43 21:7) 1)  Carilah dengan ilmu pengetahuan konsepsi tentang Lailaha illallah itu (Qs. 47:19)

Sedemikian pentingnya ilmu ini, sampai-sampai Rasulullah saw memiliki doa yang rutin dibacakannya setelah shalat shubuh yaitu

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا
Allahumma innii as-aluka ‘ilman naafi’a, wa rizqon thoyyibaa, wa ‘amalan mutaqobbalaa.

“Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat (bagi diriku dan orang lain), rizki yang halal dan amal yang diterima (di sisi-Mu dan mendapatkan ganjaran yang baik).” (HR. Ibnu Majah, no. 925 dan Ahmad 6: 305, 322. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.