Nabi Musa AS

 


وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ مِنْ بَعْدِ مَا أَهْلَكْنَا الْقُرُونَ الأولَى بَصَائِرَ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَرَحْمَةً لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ (٤٣)

“Dan Sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa Al-Kitab (Taurat) sesudah Kami binasakan generasi-generasi yang terdahulu, untuk men- Jadi pelita bagi manusia dan petunjuk dan rahmat, agar mereka ingat. (Qs 28:43)

Musa (موسى), nasabnya adalah  Musa bin Imran bin Qahats bin Azar bin Lewi bin Ya'qub as bin Ishaq. Musa lahir di Mesir tahun 1527 SM dan meninggal di Gunung Nebo (tanah Tih), dataran Moab, tepi timur Sungai Yordan pada 1407 SM.  Ia hidup selama 120 tahun, Ia di angkat menjadi nabi sekitar tahun 1450 SM. Menurut Ibnu Katsir ia di angkat menjadi Nabi pada usia 40 tahun. Ia seorang pemimpin dan nabi orang Israel yang menyampaikan Hukum Allah (Taurat). Musa AS ditugaskan untuk membawa Bani Israil (Israel) keluar dari Mesir. Namanya disebutkan sebanyak 136 kali di Al-Quran. Ini adalah jumlah nama nabi yang paling banyak disebutkan Al Quran.

Nabi Musa dilahirkan oleh ibunya, dihanyutkan di Sungai Nil, di pelihara oleh istri Fir'aun, hingga Musa dikejar-kejar hingga keluar dari Mesir dan sampai di Madyan dan bertemu dengan Nabi Syuaib dan anak-anaknya (Qs 28:25-28). Nabi Musa menerima wahyu permulaan di Lembah Thuwa. 

طسم (١) تِلْكَ آيَاتُ الْكِتَابِ الْمُبِينِ (٢) نَتْلُوا عَلَيْكَ مِنْ نَبَإِ مُوسَى وَفِرْعَوْنَ بِالْحَقِّ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ (٣) إِنَّ فِرْعَوْنَ عَلا فِي الأرْضِ وَجَعَلَ أَهْلَهَا شِيَعًا يَسْتَضْعِفُ طَائِفَةً مِنْهُمْ يُذَبِّحُ أَبْنَاءَهُمْ وَيَسْتَحْيِي نِسَاءَهُمْ إِنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ (٤) وَنُرِيدُ أَنْ نَمُنَّ عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الأرْضِ وَنَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَنَجْعَلَهُمُ الْوَارِثِينَ (٥) وَنُمَكِّنَ لَهُمْ فِي الأرْضِ وَنُرِيَ فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَجُنُودَهُمَا مِنْهُمْ مَا كَانُوا يَحْذَرُونَ (٦)

1. Thaa Siin Miim[1110] 2. ini adalah ayat-ayat kitab (Al Quran) yang nyata (dari Allah). 3. Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Fir'aun dengan benar untuk orang-orang yang beriman. 4. Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka[1111]. Sesungguhnya Fir'aun Termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. 5. dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi)[1112], 6. dan akan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi dan akan Kami perlihatkan kepada Fir'aun dan Haman beserta tentaranya apa yang se- lalu mereka khawatirkan dari mereka itu[1113].  (Qs 28:1-6)

Nabi Musa menerima dua mu'jizat, yaitu tongkat yang dapat berubah jadi ular dan untuk kepentingan yang lain yaitu membelah laut, memukul batu dll, serta cahaya putih pada tangannya (Qs 17:101-102). Musa mendapat wahyu dari Allah. Menurut Hadits shahih dari Abu Hurairah, dalam debat antara Nabi Musa dan Nabi Adam, Nabi Adam menyebutkan Musa As menerima Al-Alwah (lembaran-lembaran) yang menjelaskan segala sesuatu.  Selain mendapatkan wahyu Musa AS juga mendapat perintah dari Allah untuk mendakwahi Firaun dengan lemah lembut.

“Pergilah kamu beserta saudaramu dengan membawa ayat-ayat-Ku, dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku; Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, Sesungguhnya Dia telah melampaui batas; Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut". berkatalah mereka berdua: "Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya Kami khawatir bahwa ia segera menyiksa Kami atau akan bertambah melampaui batas". Allah berfirman: "Janganlah kamu berdua khawatir, Sesungguhnya aku beserta kamu berdua, aku mendengar dan melihat". Maka datanglah kamu berdua kepadanya (Fir'aun) dan Katakanlah: "Sesungguhnya Kami berdua adalah utusan Tuhanmu, Maka lepaskanlah Bani Israil bersama Kami dan janganlah kamu menyiksa mereka[921]. Sesungguhnya Kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti (atas kerasulan Kami) dari Tuhanmu. dan keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk. (Qs. 20:42-47)

(921) Bani Israil di waktu mereka berada di Mesir adalah di bawah perbudakan Fir'aun. mereka dipekerjakan untuk mendirikan Bangunan-bangunan yang besar dan kota-kota dengan kerja paksa. Maka Nabi Musa a.s. meminta kepada Fir'aun agar mereka dibebaskan. 

Musa berdoa dan mohon agar Harun, saudaranya, dijadikan pembantunya dalam dakwah. Allah pun mengabulkan permohonannya. Ibnu Katsir menceritakan bahwa secara fisik Musa memang gagap kalau berbicara karena pada masa kecil pernah oleh Firaun diletakkan bara api yang merusak  lidahnya, sehingga ketika berdebat dengan Firaun mencelanya dengan orang yang “hampir tidak dapat menjelaskan perkatannya”. 

Keduanya kemudian berangkat menyeru Fir'aun yang telah mengaku sebagai Rabbul A’la (Qs 20:24-36  20:40-46) Keduanya menyeru Firaun untuk beriman kepada Allah dan melepaskan Bani Israil dari kekuasannya (Qs. 20:47-48). Diserunya Fir'aun dan pengikut setianya untuk mengakui dan taat kepada Allah Rabb Semesta Alam, terjadi pula perdebatan antara Musa dan Firaun (Qs. 26:23-28)  

Setelah kalah dalam perdebatan, mulailah Firaun menggunakan kekuasaan dan kekuatannya Qs. 26:29-33). Musa menundukkan tukang sihir dengan mu'jizat dari Allah, akhirnya tukang sihir pun beriman dan mengikuti Nabi Musa. (Qs 20:61-69  7:121) Fir'aun dan pengikutnya mendustakan seruan Musa, kendati telah di beri tangguh beberapa lamanya. (Qs. 7:123-126)

Setelah para pembesar dari kaum Qibti menyarankan Firaun agar membunuh Musa setelah beriman penyihir Firaun (Qs. 7:127-129), Firaun berusaha menangkap dan menyiksa Musa dan Harun. Musa pergi pada malam hari dari Mesir ke Palestina beserta pengikutnya, yang kemudian di susul oleh Fir'aun dan bala tentaranya pada waktu matahari terbit. 

Nabi Musa membelah laut dengan tongkatnya untuk jalan, Fir'aun dan pengikutnya mengejarnya namun tenggelam dalam laut tersebut. Saat tenggelam itulah Fir'aun menyatakan keimanannya, tetapi pengakuan itu sudah terlambat. Tubuh/raga Fir'aun diselamatkan oleh Allah agar menjadi pelajaran bagi orang-orang yang kemudian. 

Dalam kubur ditampakkan kepada Fir'aun neraka pada pagi dan petang. Pada hari Kiamat, dia berjalan di muka pengikutnya menuju ke neraka. Dalam neraka mereka berbantahan untuk membela diri dan saling menyalahkan yang lainnya. Negeri Syam dan negeri Mesir yang pernah dikuasai oleh Fir'aun diwariskan kepada Bani Israil (Qs 28:5  7:137). Menurut Ibnu Katsir, selain Firaun, seluruh pembesar kerajaan dan bala tentara Firaun tewas seluruhnya, sehingga hanya tersisa rakyat biasa. 

Setelah Nabi Musa dan Nabi Harun beserta rombongannya berhasil keluar dari Mesir dengan membelah lautan, Nabi Harun dan Nabi Musa melanjutkan perjalanannya ke negeri Kan’an. Di tengah perjalanan mereka harus melewati bukit yang diberi nama bukit Sinai. Di atas bukit tersebut, Nabi Musa menerima wahyu dari Allah berupa kitab Taurat. Hal ini disebutkan dalam Alquran QS Al-A’raf: 142. Kitab Taurat diterima Nabi Musa selama 40 hari. 

Di tempat itu, Nabi Musa sempat meninggalkan kaumnya untuk sementara waktu dan kepemimpinanya dialihkan kepada Nabi Harun AS. Hal itu lantaran Nabi Musa khawatir kaum Bani Israel akan kembali kepada suatu kerusakan jika tidak ada yang memimpin. 

Ternyata kekhawatiran Musa menjadi kenyataan. Ketika Nabi Harun AS memimpin, terjadi permasalahan yang tidak dapat diatasi. Semua kaum Bani Israel kembali menyembah berhala dan membuat sebuah patung sapi berbahan dasar emas yang mereka bawa. Perbuatan ini merupakan hasutan Samiri. Untuk bisa bertaubat dari perbuatan musyrik tersebut, sungguh mengerikan jenis taubat yang harus mereka lakukan, yaitu mereka harus membunuh diri mereka sendiri. 

Kisah taubatnya kaum Nabi Musa ‘alaihis salam disebutkan dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim (1: 396), ‘Abdurrahman bin Zaid bin Aslam menceritakan, ketika Musa ‘alaihis salam kembali kepada kaumnya, di antara mereka ada tujuh puluh orang yang beruzlah (mengasingkan diri) bersama Harun dan tidak menyembah anak lembu, maka Musa berkata kepada mereka (kaumnya), “Berangkatlah menuju janji Rabb kalian.” Lalu mereka pun berkata, “Hai Musa, apakah kami masih bisa bertaubat?” Musa menjawab, “Masih.” Allah perintahkan,

فَاقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ عِنْدَ بَارِئِكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

“Dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Rabb yang menjadikan kamu; maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”

Maka mereka pun melepaskan pedang dari sarungnya, dan mengeluarkan alat-alat potong, juga pisau-pisau. Lalu Allah pun mengirim kabut kepada mereka, lalu mereka saling mencari-cari dengan tangannya masing-masing, lalu saling membunuh. Ada seseorang yang berhadapan dengan bapaknya atau saudaranya, lalu membunuhnya sedangkan ia dalam keadaan tidak mengetahuinya. Pada saat itu mereka saling berseru, “Semoga Allah memberikan rahmat kepada hamba yang bersabar atas dirinya sampai ia mendapatkan ridha-Nya. Akhirnya mereka yang terbunuh gugur sebagai syuhada’, sedangkan orang-orang yang masih hidup diterima taubatnya. Kemudian dibacakanlah firman Allah,

فَتَابَ عَلَيْكُمْ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

“Maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”  (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, 945, dengan sanad yang shahih)

Setelah Nabi Musa dan Bani Israil melewati laut Merah maka mereka berjalan menuju Negeri Syam yaitu Baitul Maqdis. (Qs. 7:138-139) Musa memerintahkan mereka untuk berjihad dalam rangka merebut Baitul Maqdis sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Ibrahim AS, namun mereka tidak mau berjihad karena takut dengan orang-orang besar yang berada di balik kota Baitul Maqdis. 

Inilah sebab Allah SWT menimpakan kepada mereka rasa takut dan mendamparkan mereka di Tiih. Mereka berjalan, menempat, berjalan, pulang dan pergi dalam waktu 40 tahun tanpa bisa keluar dari padang Tiih tersebut.  (Qs 5:20-26) Mereka berputar-putar hingga seluruhnya mati di Padang Tiih tersebut, kecuali anak keturunan mereka yaitu Yusya bin Nuun dan Kaalib bin Yuqana (suaminya Maryan, saudaranya Harun dan Musa), demikian kisah Ibnu Katsir. 

Adapun kaum Nabi Musa yang beriman kepadanya tetap mendampingi Musa untuk memasuki Baitul Maqdis. Kaum Bani Israil merasakan haus yang teramat sangat, hingga mereka meminta air dan makanan kepada Nabi Musa. Musa memohonkan air untuk kaumnya sehingga memancarlah dari sebuah batu besar 12 aliran air untuk 12 suku di Baitul Maqdis. Di saat panas terik, Allah menaungi mereka dengan awan. Dan ketika mereka kelaparan, Allah memberinya karunia yang sangat nikmat, yaitu Manna dan Salwa.

"Dan mereka Kami bagi menjadi dua belas suku yang masing-masingnya berjumlah besar dan Kami wahyukan kepada Musa ketika kaumnya meminta air kepadanya: 'Pukullah batu itu dengan tongkatmu!.' Maka memancarlah dari padanya duabelas mata air. Sesungguhnya tiap-tiap suku mengetahui tempat minum masing-masing. Dan Kami naungkan awan di atas mereka dan Kami turunkan kepada mereka Manna dan Salwa. (Kami berfirman): 'Makanlah yang baik-baik dari apa yang telah Kami rezkikan kepadamu.’’ Mereka tidak menganiaya Kami, tapi merekalah yang selalu menganiaya dirinya sendiri.’’ (QS Al-A’raf [7]: 160).

Sayangnya, nikmat yang telah diberikan Allah SWT tidak membuat Bani Israil berhenti menginginkan hal yang lebih banyak. Mereka menginginkan beragam jenis sayuran, ketimun, bawang merah, bawang putih, kacang dan miju-miju. (QS Al-Baqarah [2]: 61) Makanan yang merupakan jenis makanan khas Mesir.

Nabi Musa mengingatkan kaumnya agar tidak berbuat zalim. Musa meminta mereka untuk bersyukur atas nikmat yang telah diberikan. Namun, Bani Israil tetap manja dan meminta-minta. Begitulah sebagian dari sikap Bani Israil, yang telah digambarkan oleh Allah dalam Alquran. Wa Allahu A’lam. 

Musa AS meninggal pada usia 120 tahun, kepemimpinannya diwariskan kepada pengikutnya yaitu Yusya bin Nuun. usya inilah yang berhasil membawa masuk Bani Israil memasuki Baitul Maqdis. Yusya ini pula yang dikisahkan dalam riwayat Bukhari dan Muslim sebagai Nabi yang meminta kepada Allah untuk menahan matahari yang sudah hampir terbenam karena peprangan sudah hampir berakhir dengan upayanya memasuki Baitul Maqdis. Menurut Ibnu Katsir, Yusya berhasil membawa Bani Israil menguasai Baitul Maqdis, ia pula yang menjadi pemimpin mereka setelah wafatnya Musa AS. Yusya memimpin bani Israil dengan Taurat dan memutuskan perkara dengannya. Hingga Allah mewafatkannya dalam usia 127 tahun, 27 tahun diantaranya dilaluinya setelah wafatnya Musa AS. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.