Ibrahim (bahasa Arab: إبراهيم ) merupakan nabi dalam Islam. Ia bergelar Khalilullah (خلیل اللہ, Kesayangan Allah) (Qs 4:125). Menurut Ibnu Katsir nasabnya adalah Ibrahim bin Tarikh bin Nahur bin Sarugh bin Rau bin Fligh bin Abir bin Syalih bin Arfakhsyadz bin Sam bin Nuh. Dari nasab ini bisa kita ketahui bahwa yang menjadi penyembah berhala yaitu Azar bukan ayah Nabi Ibrahim. Azar adalah pamannya Ibrahim as, sedangkan bapaknya bernama Tarikh.
Nabi Ibrahim berusia 75 tahun, dan hidup pada masa 2295-2220. Nabi Ibrahim bertugas di wilayah Ur di daerah selatan Babylon (Irak). Kaumnya mendapat sebutan: Bangsa Kaldan. Al Quran menyebut namanya sebanyak 69 kali. Dikatakan bahwasanya nama Ibrahim berasal dari dua suku kata, yaitu ib/ab (إب) dan rahim (راهيم). Jika disatukan maka nama itu memiliki arti "ayah yang penyayang”. Perhatikan sifat penyayang Ibrahim ini dalam Qs 9:114.
Perjuangannya sebagai berikut. Nabi Ibrahim lahir di saat Raja Babilonia yaitu Raja Namrudz berkuasa. Saat itu setiap bayi laki-laki yang lahir harus di bunuh menurut perintah Namrudz, namun Allah menyelamatkan Ibrahim dari makar tersebut. Menurut ulama nasab dan sejarawan, Raja Namrudz tersebut bernama Namrud bin Falih bin Abir bin Shalih bin Arfakhsyiadz bin Sam bin Nuh.
Ibrahim mengalami dialog bathin yang mengarahkannya kepada tauhid kepada Allah ketika ia melihat fenomena langit dan bintang-bintang (Qs. 6:75-83). Kemudian Ibrahim mengajak ayah kandungnya bernama Azar supaya meninggalkan penyembahan berhala supaya berangkat bersamanya dalam mengikut kepada Allah. Namun, sang ayah telah merasa lelah terhadap seruan-seruan semacam ini, dan menghendaki Ibrahim pergi meninggalkannya untuk waktu yang lama.
Meskipun demikian, Ibrahim masih sempat berdoa memohonkan pengampunan untuk ayahnya sebagai janji dan wujud anak yang berbakti terhadap orang tua. Akan tetapi terdapat Ibrahim AS peringatan Allah yang menyadarkan Nabi Ibrahim supaya tidak lagi memohonkan pengampunan untuk ayahnya, sebab ayahnya merupakan orang yang menolak serta memusuhi penyembahan kepada Allah.
Raja Namrudz, yang telah mendakwakan diri sebagai raja di muka bumi, memerintahkan seluruh rakyatnya datang membawa banyak batu dan patung untuk mendirikan sebuah tugu menjulang tinggi di Babilonia sebagai tempat berhala khusus sehingga seluruh orang di negeri itu di ajak bersatu sebagai sebuah kaum penyembah patung berhala agar orang-orang tersebut menganggap segala jenis ibadah yang tidak menyembah patung berhala sebagai ibadah menyimpang. Raja Namrud pernah berdebat dengan Ibrahim tentang ketuhanan Qs 2:258. Ibrahim juga berdakwah secara terbuka kepada masyarakat Babilonia untuk meninggalkan berhala-berhala (Qs 29:25 Ash Shafat:83-98).
Terdapat satu hari khusus dalam satu di masyarakat Babilonia untuk menyembah berhala dan seluruh warga hadir disana (Qs 20:59). Namun Ibrahim sengaja tidak hadir pada hari penyembahan berhala itu dan membuat sebuah tipu daya terhadap berhala mereka. Ibrahim menghancurkan dan meremukkan berbagai patung berhala sebagai bentuk perlawanan terhadap Namrudz dan kesesatan kaumnya.
Ibrahim menyisakan sebuah patung terbesar yang di anggap sebagai berhala paling hebat bagi kaumnya. Hal inilah yang kemudian menjadi pintu pembuka dakwah Ibrahim AS kepada kaumnya. (Qs 21:51-64) namun sekalipun mereka kalah berdebat dengan Ibrahim AS, mereka tetap ingin membunuh dan membakar Ibrahim AS, namun Allah menyelamatkan Ibrahim (Qs. 21:68-69)
Setelah peristiwa tersebut, Ibrahim hijrah bersama keluarganya menuju negeri Kan'an (Palestina), tempat di mana Baitul Maqdis di bangun. Dengan diiringi banyak pengikut, Ibrahim meninggalkan Babilonia sewaktu Azar memanggil anak-anaknya supaya hadir di rumah Haran untuk pembagian warisan. Kedua anak perempuan Haran masing-masing dijadikan istri untuk dua saudaranya, Ibrahim dan Nahor, sedangkan anak laki-laki Haran, Luth, memilih ikut bersama Ibrahim. Selain karena keberadaan Ibrahim yang pernah tinggal di rumah Haran, Luth juga telah memiliki keimanan terhadap ajaran Ibrahim. Luth bin Haran bin Azar adalah keponakan Ibrahim. (Qs 21:71)
Ibrahim bersama Sarah (istrinya), Luth AS, serta para pengikutnya meninggalkan rumah Haran untuk berangkat kemana pun yang Allah perintahkan. Oleh karena Ibrahim telah beriman, berjihad dan berhijrah untuk Allah. Maka Allah memberkati Ibrahim; juga Allah berjanji akan menghadiahi Ibrahim beserta keturunannya maupun kaum pengikutnya berupa pewarisan "sebuah negeri yang diberkahi atas alam semesta." .
Perjanjian Ilahi untuk Ibrahim tersebut kelak diwariskan kepada Ishaq, yang kemudian diterima Ya'qub, lalu beralih kepada dua belas putra Ya'qub hingga sampai kepada umat Bani Israil. Selain itu, Perjanjian langka ini berisi karunia ganda berupa anugerah istimewa di dunia beserta karunia surga di akhirat. (Qs. Dukhan: 32-33, Al-Maidah: 12). Ibrahim AS bersama banyak pengikutnya hijrah ke Mesir.
Setelah itu beliau hijrah ke Mesir, kemudian kembali lagi ke negeri Sadum di Palestina. Setelah menikah dengan Hajar dan Ismail lahir, Allah memerintahkan Ibrahim untuk membawanya ke Mekah. Di tempat itulah nantinya Ibrahim bersama Ismail membangun Ka'bah Baitullah. Berkat doa Ibrahim dan Ismail untuk kemakmuran negeri Mekah Al-Mukarramah, negeri tandus itu kini menjadi pusat perhatian dunia, di mana setiap tahunnya berjuta-juta kaum muslimin mengunjunginya untuk berhaji.
Nabi Ibrahim memiliki dua keturunan yang menjadi Nabi; Ismail yang kemudian menurunkan Nabi Muhammad as. dan Ishaq yang kemudian melahirkan Ya'qub. Dari Ishaq inilah seluruh Nabi-nabi Bani Israil lahir. Sehingga Nabi Ibrahim disebut sebagai Anba'ul Anbiya' (bapak para nabi).
Ibrahim AS memiliki kedudukan khusus untuk ummat Muhammad SAW karena ketika sholat umat Islam diperintahkan membaca shalawat juga kepada Ibrahim AS. Al Quran juga hanya mencatat kata uswah (teladan) hanya kepada Rasulullah SAW dan Ibrahim AS, sedangkan kata ibrah (pelajaran) kepada seluruh Nabi dan Rasul. Ini mungkin karena perjuangan menegakkan Islam yang luar biasa yang ditunjukkan Ibrahim AS. Ibrahim AS menghadapi dua raja bengis, yaitu Raja Namrudz di Baylonia dan raja di Mesir.
Tatkala menjadi pendatang di negeri Mesir, Ibrahim di sambut raja sebagai tamu kehormatan yang di beri berbagai pemberian. Raja Mesir hendak menjadikan Sarah sebagai istri karena berparas cantik. Ibrahim memperkenalkan Sarah sebagai saudaranya sendiri agar Ibrahim tidak mendapat celaka di negeri Mesir. Semenjak tinggal di rumah Haran, Ibrahim telah menganggap anak perempuan kakaknya ini sebagai saudaranya sendiri, serta sebagai saudara dalam keimanan. Tatkala hendak mengambil Sarah ke istana Mesir, Allah menimpakan kemalangan dan azab kepada raja Mesir, sehingga raja Mesir terhalang untuk menjadikan Sarah sebagai istri.
Sewaktu raja Mesir tersadar bahwa azab telah ditimpakan akibat Sarah yang merupakan istri Ibrahim, maka raja Mesir merasa bersalah karena hendak menikahi wanita yang telah bersuami dan ia merasa takut terhadap Nabi Ibrahim. Sebagai tanda permintaan maaf, raja Mesir memberi banyak hadiah kepada Ibrahim juga sebuah tanah milik di Mesir agar Ibrahim tetap tinggal di Mesir. Bahkan anak perempuan raja Mesir; yakni Hajar, telah diserahkan sebagai budak kepada Sarah untuk penebus kesalahan yang hendak di perbuat raja Mesir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.