Nabi Ayyub AS

 


Ayyub (أيوب), nasabnya adalah Ayyub adalah putra dari Aish (Eswa) bin Ishaq bin Ibrahim. Sebagaimana disebutkan dalam kisah Yaqub, Aish adalah saudara kembar Yaqub, jadi Ayyub masih keponakan Yaqub dan sepupu Yusuf. Sumber lain mengatakan bahwa silsilah Ayyub adalah sebagai berikut, Ayyub bin Amwas bin Zarih dari keturunan Ibrahim. Menurut Ibnu Katsir nasabnya adalah Ayyub bin Mush bin Zurah bin Al Aish bin Ishaq bin Ibrahim al Khalil. 

Ayyub AS diperkirakan hidup sekitar 1540-1420 SM, ia adalah seorang nabi yang ditugaskan berdakwah kepada Bani Israil dan Kaum Amoria (Aramin) di Haran, Syam. Ia di angkat menjadi nabi pada tahun 1500 SM dan mamanya disebutkan sebanyak 4 kali di dalam Al-Quran. Ia mempunyai 26 anak dan wafat di Huran, Syam.

Ayyub AS dikisahkan sebagai seorang nabi yang paling sabar ketika mendapatkan cobaan dari Tuhan, bahkan bisa dikatakan bahwa kesabarannya berada di ambang puncak kesabaran. Allah berfirman, “Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayub) seorang yang sabar. Dialah sebaih-baik hamba. Sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhannya)." (QS. Shad: 44)

Ayyub AS adalah seorang nabi yang awalnya Allah berikan rizki yang sangat melimpah, tubuh yang bagus dan keturunan yang baik. Kemudian Allah mengujinya dengan kehancuran seluruh harta bendanya, termasuk hewan ternak dan sawah ladangnya. Nabi Ayub ditinggalkan sahabat dan keluarganya karena menderita penyakit kronis dalam jangka waktu yang cukup lama, sampai istrinya kemudian ikut meninggalkannya. Sakitnya Ayyub AS ini menurut ulama disebutkan tiga atau tujuh tahun lamanya. Maka ia menyeru Rabbnya, "(Ya Rabbku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang." (Al-Anbiya’: 83). 

Dikatakan kepadanya, "Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan minum." (Shod: 42). Nabi Ayyub AS menghantamkan kakinya, maka memancarlah mata air yang dingin karena hantaman kakinya tersebut. Dikatakan kepadanya, "Minumlah darinya serta mandilah." Nabi Ayyub AS melakukannya, maka Allah Ta’ala menghilangkan penyakit yang menimpa bathinnya dan lahirnya. 

Di akhir hayatnya, nabi Ayyub memperoleh kembali apa yang ia dapatkan di awal hidupnya. Ayyub menerima wahyu/perintah dari Allah untuk kesembuhannya. Allah menyembuhkannya dan mengembalikan keluarganya kepadanya. Ayyub  melaksanakan janji/sumpahnya untuk memukul istrinya; dan dia termasuk orang yang sabar. Setelah itu Ayyub AS menjalani hidupnya selama tujuh puluh tahun di daerah Romawi yang berpegang kepada agama yang hanif. Namun kemudian orang-orang merubah agama Ibrahim AS.

Ayyub AS berwasiat kepada anaknya Haumal untuk mengurus urusan ummatnya. Setelah itu anaknya Bisy bin Ayyub memegang urusannya, memimpin ummat. Dialah yang disebut dengan Dzulkifli AS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.